Tuesday, December 19, 2017

EVALUASI MATA KULIAH PENGEMBANGAN KURIKULUM UNTUK KELAS III A & B PRODI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Berikut ini saya sajikan permasalahan kurikulum dan pembelajaran yang terjadi di Indonesia atau bahkan di lingkungan kita sekarang ini. Mahasiswa diminta untuk membaca secara cermat dan memahami permasalahan tersebut. selanjutnya, dari setiap permasalahan, mahasiswa diminta untuk memberikan solusi terbaik untuk pemecahan permasalahan tersebut. Mahasiswa harus memberikan komentar minimal lima paragraf dimana setiap paragraf terdiri atas 10 baris. Intinya, berkomentarlah sebanyak mungkin. Komentar Anda adalah jawaban bagi saya. (Isi di kolom komentar). Berikut permasalahannya.
Masalah-masalah Kurikulum dan Pembelajaran di Indonesia
Begitu banyak masalah-masalah kurikulum dan pembelajaran yang dialami Indonesia. Masalah-masalah ini turut andil dalam dampaknya terhadap pembelajaran dan pendidikan Indonesia.
Berikut ini adalah beberapa masalah kurikulum (menurut sudut pandang penulis) :
Kurikulum Indonesia Terlalu Kompleks
Jika dibandingkan dengan kurikulum di negara maju, kurikulum yang dijalankan di Indonesia terlalu kompleks. Hal ini akan berakibat bagi guru dan siswa. Siswa akan terbebani dengan segudang materi yang harus dikuasainya. Ssiswa harus berusaha keras untuk memahami dan mengejar materi yang sudah ditargetkan. Hal ini akan mengakibatkan siswa tidak akan memahami seluruh materi yang diajarkan. Siswa akan lebih memilih untuk mempelajari materi dan hanya memahami sepintas tentang materi tersebut. Dampaknya, pengetahuan siswa akan sangat terbatas dan siswa kurang mengeluarkan potensinya, daya saing siswa akan berkurang.
Selain berdampak pada siswa, guru juga akan mendapat dampaknya. Tugas guru akan semakin menumpuk dan kurang maksimal dalam memberikan pengajaran. Guru akan terbebani dengan pencapaian target materi yang terlalu banyak, sekalipun masih banyak siswa yang mengalami kesulitan, guru harus tetap melanjutkan materi. Hal ini tidak sesuai dengan peran guru.
Seringnya Berganti Nama
Kurikulum di Indonesia sering sekali mengalami perubahan. Namun, perubahan tersebut hanyalah sebatas perubahan nama semata. Tanpa mengubah konsep kurikulum, tentulah tidak akan ada dampak positif dari perubahan kurikulum Indonesia. Bahkan, pengubahan nama kurikulum mampu dijasikan sebagai lahan bisnis oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
Pengubahan nama kurikulum tentulah memerlukan dana yang cukup banyak. Apabila diluhat dari sudut pandang ekonomi, alangkah baiknya jika dana tersebut digunakan untuk bantuan pendidikan yang lebih berpotensi untuk kemajuan pendidikan.
Kurang Lengkapnya Sarana dan Prasarana
Berjalannya suatu kurikulum akan sangat bergantung pada sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki. Sementara, apabila kita terjun langsung ke tempat, maka akan kita dapati masih banyaknya sekolah yang masih belum memiliki sarana yang lengkap.
Sarana prasarana tersebut seperti laboratorium, perpustakaan, komputer, dan lain-lain.
Mungkin sekolah-sekolah di perkotaan sudah banyak yang memiliki sarana dan prasarana tersebut. Namun bagaimana dengan sekolah yang ada di pedesaan dan daerah-daerah terpencil? Masih jarang sekali kita temui sekolah di daerah terpencil yang memiliki sarana seadanya.
Kurangnya Pemerataan Pendidikan
Meninjau mengenai sarana dan prasarana, hal ini berkatan dengan kurangnya pemerataan yang dilakukan Mendiknas. Selain itu, pemerataan pendidikan juga ditinjau dari segi Satuan Tingkat Perdidikannya. Hal ini berkaitan dengan materi yang diajarkan di sekolah pada Tingkat Satuan Pendidikan tertentu.
Pada tingkat Sekoalh Dasar, siswa diajarkan seluruh konsep dasar seperti membaca, menulis, menghitung dan menggambar. Pada tingkat ini siswa cenderung hanya diajarkan saja, tida mengena pada pemaknaanya. Pada tingkat Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas, pelajaran yang diajukan cenderung hanya berkonsep pada tujuan agar anak mampu mengerjakan soal bukan konsep agar siswa mampu memahami soal.
Kurangnya Partisipasi Siswa
Siswa kurang mampu mengeluarkan potensi dan bakatnya. Hal ini karena siswa cenderung pada ketakutan akan guru karena pengenalan selintas materi tanpa berusaka mengembangkan materi (pasif). Siswa hanya terpaku pada materi yang diajarkan oleh guru tanpa adanya rasa ingin berusaha untuk mengembangkan potensinya.

TUGAS EVALUASI MATA KULIAH KAJIAN APRESIASI PUISI MAHASISWA KELAS III E DAN F



Evaluasi ini dikerjakan oleh mahasiswa yang namanya berada pada bilangan genap pada absen (2, 4, 8, dst). Tugas ini berakhir pada Kamis 21 Desember 2017 Pukul 00.00

  1. Kemukakan pendapatmu mengenai pembacaan sastra sebagai bentuk apresiasi! 
  2. Bagaimana kriteria pembacaan sastra yang baik untuk melahirkan cipta dan rasa apresiasi yang baik? 
  3. Kemukakan mengenai hal-hal yang dapat diapresiasi di dalam sebuah karya sastra! 
  4. Apa sajakah acuan dalam menilai karya sastra untuk menentukan kualitas suatu karya?

TUGAS EVALUASI MATA KULIAH KAJIAN APRESIASI PUISI KELAS III E & F

Evaluasi ini diberikan bagi mahasiswa yang namanya berada pada urutan bilangan ganjil (1, 3, 7, dst.)


  1. Kemukakan pendapatmu mengenai hakikat sastra sebagai karya seni yang mengandung unsur estetika! 
  2. Secara spesifik, kemukakan pembeda antara sastra ragam puisi, sastra ragam prosa, dan sastra ragam drama!
  3. Kemukakan pendapatmu mengenai kedudukan pengarang di dalam karya sastra yang diciptakannya! 
  4. Kemukakan pendapatmu, mengapa teks sastra  tidak dapat dikategorikan sebagai karya ilmiah? 
  5. Kemukakan pendapatmu mengenai kondisi kebudayaan lokal yang semakin tergerus oleh arus perkembangan zaman! Bagaimana peran sastra untuk mengendalikan hal tersebut?

Friday, December 8, 2017

HASIL KUIS BESAR MAHASISWA KELAS E DAN F SEMESTER 3 BI

HASIL KUIS BESAR MATA KULIAH KAJIAN APRESIASI PUSI

NAMA
KELAS
SESI
KEDUDUKAN
NILAI
KETERANGAN
MAYA ARGITA PUTRI
E
1
TERBUANG
84

NUNGKI ARDIAH
E
1
TERBUANG
84

DEWI RAHAYU R.
E
1
TETAP
85

NUR RAHMA A.U.
E
1
TETAP
85

RASDIANA
E
1
TETAP
85

UMIANTI
E
1
TETAP
85

INDAH EVATUL J.
E
1
TETAP
85

ANUGARAH J.
E
1
TETAP
85

LISMAWATI
E
1
TETAP
85

SARFIAH S.
E
1
TETAP
85

MUH. RIZAL
E
1
TETAP
85

ARYA HADIKUSUMA
E
1
TETAP
85

FITRIANI RAHMAT
E
2
TERBUANG
90

SELFIANA HERMAN
E
2
TETAP
91

SELVIANA PUTRI
E
2
TETAP
91

SUNARTO
E
2
TETAP
91

FATIMAH
E
2
TETAP
91

DEWI REZKYANA
E
2
TETAP
91

SRY AYU WARSARI
E
2
TETAP
91

SRI DEVI
E
2
TETAP
91

SUKARIA
E
2
TETAP
91

DIANA
E
2
TETAP
91

SISI SUSWANTI
E
2
TETAP
91

SANTRI ASIA
E
2
TETAP
91

AHYANI RHADIANI
E
2
TETAP
91

A. NUR AFIFAH
E
2
TETAP
91

NURUL ISTIQAMAH
E
2
TETAP
91

SELFINA NUGRAWATI
F
1
ERROR
0

HAMARIA
F
1
ERROR
0

MUH. ANIS
F
1
ERROR
0

FAHRUL RIJAL
F
1
ERROR
0

NURUL HIFNI
F
1
TERBUANG
82

ESTIYANTI
F
1
TERBUANG
82

IRNAWATI
F
1
TERBUANG
82

IRA ASHARI
F
1
TERBUANG
82

TENRIANI
F
1
TETAP
83

SURYA L.A
F
1
TETAP
83

ROSMIATI
F
1
TETAP
83

ERNA
F
1
TETAP
83

LILIS AULIA
F
1
TETAP
83

INDAH SARI M.
F
1
TETAP
83

AKBAR
F
1
TETAP
83

KASMAWATI
F
1
TETAP
83

RESKI AMALIA N.S.
F
1
TETAP
83

SRIMULYANI
F
2
KELUAR
90

ANDI ISWANDI A.
F
2
TETAP
91

NURHALIMAH
F
2
TETAP
91

FAJRIAH
F
2
TETAP
91

RISKY TRISNAWATI M.
F
2
TETAP
91

ASWANDI
F
2
TETAP
91

NURISLAMIYAH
F
2
TETAP
91

FITRIANA
F
2
TETAP
91

MUH. IQBAL
F
2
TETAP
91

ADINDA NABILA
F
2
TETAP
91

ZULKAIDAH AHMAD
F
2
TETAP
91

KAMAL
F
2
TETAP
91

NURUL FAJRI H.
F
2
TETAP
91

AYU RISNA
F
2
TETAP
91

MUSARINA
F
2
TETAP
91

SEMIOTIKA DALAM KAJIAN ETNOLINGUISTIK

          Semiotik atau ada yang menyebut dengan semiotika berasal dari kata Yunani semeion yang berarti “tanda”. Istilah semeion tampaknya ...