Thursday, November 2, 2017

BOOK "EFFECTIVE TEACHING AND LEARNING" BY PAUL COOPER AND DONALD McLNTYRE

BOOK "COLLABORATIVE LEARNING AND WRITING" BY KATHLEEN M. HUNZER

BOOK DALE HA. SCHUNK "LEARNING THEORIES AN EDUCATIONAL PERSPECTIVE"

BOOK E. Wayne Ross "THE SOCIAL STUDIES CURRICULUM"

BOOK DONALD T. CAMPBELL "EXPERIMENTAL AND QUASY EXPERIMENTAL DESIGNS FOR RESEARCH

BOOK RICHARD ARENDS "LEARNING TO TEACH"

BOOK "ALEXIS LUDEWIG AND AMY SWAN" (101 GREAT CALSS ROOM GAMES)

BUKU JEAN PIAGET "BEHAVIOR AND EVOLUTION"

BUKU ALBERT BANDURA "SOCIAL LEARNING THEORY

BUKU ROBERT MARIBE BRANCH "INTRUCTIONAL DESIGN" (ADDIE MODELS)

CERPEN "SI HINA"



Sebuah Cerpen
“Si Hina”
Telah dilukiskan garis hidup setiap manusia dari Tuhannya, maka jalani dan berusaha yang terbaik. Karena janji Tuhan itu nyata. Tidak akan berubah nasib suatu kaum atau nasib seseorang jika kaum atau seseorang itu tidak berusaha untuk mengubahnya. Namun, haruskah ada anjing-anjing yang menggonggong dan lintah yang kehausan dari garis hidup yang diciptakan Tuhan pada seorang yang hina. Ataukah Tuhan menciptakan mereka dengan garis hidupnya sebagai anjing dan lintah, entahlah. Ataukah memang garis ditangan ini berbeda dengan garis di tangan mereka. Garis ditangan ini mungkin penuh dengan kelokan dengan tinta hitam sebagai rona hidup yang kelam dan di tangan mereka bergaris lurus dengan tinta emas sebagai rona kehidupan yang bahagian.
Tidak ada seorangpun yang menghendaki dirinya untuk hidup hina lalu kau cabik dengan hinaan yang begitu sakit pula. Andai hidup dapat diubah layaknya siaran televisi yang dapat diganti dari film horor menjadi film romantis melalui sebuah remote control, maka tanpa pikir panjang lagi akan kutekan tombol kehidupan bahagia itu untuk ku. Karena si hina telah lelah menanti takdir Tuhan berubah.

CERPEN "LOSARI"



Sebuah Cerpen
“Losari”
Tidak ada yang pernah menyangka bahwa cerita setahun silam adalah kisah indah yang kita lalui bersama. Pertemuan malu-malu yang tanpa sengaja terjadi di kampus tercinta Unismuh membawa kita pada mahligai kata yang selalu indah untuk kau bagi dikupingku dan senyum manja yang setiap pagi kau lempar melalui jendela kelas saat perkuliahan berlangsung. Lalu tanpa ragu kau mengajakku ke anjungan pantai Losari dengan rayuan gombal dan janji menikmati keindahan pantai dan terbenamnya matahari sore itu. Memang indah, seindah perkataan mu tentang ku yang cantik dan membuatmu jatuh hati. Lalu kau jajakan hatimu di hadapanku sembari berlutut dan menengadahkan kedua tangan mu serupa menyambut dua tangan dari ku sebagai arti bahwa kita telah mengikat cinta kasih. Dan, karena kisah sebelumnya yang begitu membuat ku tersipu, dan harapan dibenakku akan masa depan yang indah dengan mu. Maka bersambutlah tengadah tanganmu dari ku. Maka benar saja, sore itu ikrar cinta kasih kita terjalin.
Terpaan angin laut pantai Losari sore itu semakin lama semakin berat saja. Begitulah pantai di sore menjelang malam hari. Anginnya akan semakin berat. Lalu tanpa ragu kau menyapa tanganku yang mulai dingin dan mengajakku menatap terbenamnya matahari yang begitu indah. Lalu, kau meyakinkanku akan cintamu yang seberat matahari yang terbenam. Aku hanya tersipu malu namun lautan kebahagiaan begitu luas dihati dan pikiranku. Karena kau cinta pertama yang kuharapkan.

CERPEN AMMAKU



Sebuah Cerpen
“Ammaku...”
Banyak yang berkata, “Jalani saja, dunia ji ini”. Memang, tapi haruskah berjalan dengan begitu saja tanpa usaha untuk menghias diri dengan indah. Karena keindahan itu adalah surga dunia dari Tuhan untuk kita, maka bersyukurlah. Jangan seperti mereka yang selalu memandang datar namun ada yang terzholimi. Sebut saja pertemanan. Ada yang ingin berteman karena si dia rupawan, atau ada juga yang berteman karena si dia orang kaya. Atau bahkan ada yang ingin berteman karena si dia se-agama, se-suku, atau lasan-alasan yang lain yang mungkin saja ada diskriminasi di dalamnya. Aduh...janganlah seperti itu karena kita semua adalah sama, kembali menjadi tanah. Namun faktanya tidak jarang kita menemukan hal yang demikian. Ini contoh aja yah, kemarin, aku jalan bareng dengan dua orang teman, sesampainya di tempat tujuan, aku bertemu dengan salah seorang teman yang ku kenal sewaktu di Malang. Orangnya baik, ramah, murah senyum, agamanya Kristen, Albert namanya. Ia seorang Papua yang lagi menimbah ilmu di Kota Malang, Jawa Timur. Kulitnya hitam legam, rambutnya kriul-kriul, unik dan menarik bagi saya. Untuk dijadikan teman curhat pun sangat menyenangkan. Lalu, setelah sedikit bumbu bincang-bincang, saya dan Albert pun say bye karena kami berdua memiliki kesibukan yang berbeda. Mungkin di lain waktu kami akan bertemu. Itulah Albert, kawanku dari Papua. Namun, entah mengapa, setelah kami say bye kedua temanku tertawa kecil namun lirih. Dari tawa itu, aku melihat tidak ada yang lucu atau hal yang membahagiakan, justru sebaliknya. Ada hinaan yang tersungging di balik tawa kecil itu. Oh Tuhan...temanku merasa lebih baik dari Albert. Apa gerangan yang kau banggakan, wajah rupawan?, kulita putih?, atau harta berlimpah?.

MENGAJARKAN SASTRA SEBAGAI BASIS PENDIDIKAN BELA NEGARA

My Brother (Si Bungsu) Abdul Karim Mahmut

DASAR-DASAR KOMPUTER (MICROSOFT OFFICE WORD DAN BERBAGAI KOMPONENNYA"

Semangat Kolaborasi Riset Membangun IKN Berbudaya: Desa Telemow Bersiap Menjadi Laboratorium Hidup Kearifan Lokal

  Penajam Paser Utara, 16 September 2024 – Gemuruh semangat pembangunan Ibu Kota Negara Nusantara di Kalimantan Timur bergema hingga ke pel...