Saturday, May 11, 2019

Strukturalisme Semiotika dalam Pengkajian Puisi (Mantra)


Teori strukturalisme adalah suatu pendekatan yang mendeskripsikan semua fenomena yang nampak pada struktur intrinsik teks puisi secara objektif-empiris. Dimana di dalam sebuah karya sastra mempunyai sebuah stuktur yang unsur-unsurnya atau bagian-bagiannya terjalin erat. Bahwa dalam sebuah analisis karya sastra harus mementingkan segi unsur intrinsik. Karya sastra bersifat otonom yang maknanya tidak ditemukan oleh hal di luar karya sastra itu (Wellek, 1958: 24; Culler, 1977: 127 dalam Djodjosuroto 2006: 33).
Strukturalisme secara etimologis berasal dari kata struktural,yakni bahasa Latin yang berarti bentuk atau bangunan. Pengertian stuktur dalam ilmu sastra sudah dipergunakan dengan berbagai cara. Secara kata struktur berhubungan erat dengan bentuk (Ashriyatin, 2010: 14). Oleh karena itu, untuk dapat memahaminya haruslah karya sastra dianalisis (Hill dalam Pradopo 1995:108). Teori struktural memandang karya sastra sebagai sebuah struktur yang unsur-unsurnya atau bagian-bagiannya saling berjalin erat, saling menentukan keseluruhan. Unsur-unsur atau bagian-bagian lainnya dengan keseluruhannya (Hawkes dalam Pradopo 1995:108).
Analisis struktural menurut Pradopo (2003:120) menyatakan bahwa analisis struktural sajak adalah analisis sajak (dalam penelitian ini adalah mantra) ke dalam unsur-unsurnya dan fungsinya dalam struktur sajak dan penguraian bahwa tiap unsur itu mempunyai makna dalam kaitannya dengan unsur-unsur lainnya, bahkan juga berdasarkan tempatnya dalam struktur. Analisis struktural ini merupakan prioritas pertama sebelum yang lain-lain (Teeuw, 1983: 61), tanpa itu kebulatan makna intrinsik yang hanya dapat digali dari karya itu sendiri, tidak akan tertangkap. Maka unsur-unsur karya sastra hanya dapat dipahami dan dinilai sepenuhya atas dasar pemahaman tempat dan fungsi unsur itu dalam keseluruhan karya sastra. Bagi setiap penelitian sastra, analisis struktural karya sastra yang akan diteliti merupakan suatu prioritas atau pekerjaan pendahuluan. Berarti analisis struktur adalah suatu tahap dalam penelitian sastra yang sukar dihindari, sebab setelah analisis semacam ini memungkinkan diungkap pengertian yang lebih mendalam. Analisis struktural karya sastra dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur intrinsik fiksi yang bersangkutan. Dengan demikian, pada dasarnya analisis struktural bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghasilakn sebuah keseluruhan. Analisis struktur tidak cukup dilakukan hanya sekedar mendata unsur tertentu sebuah karya fiksi saja, namun lebih penting adalah menunjukkan bagaimana hubungan antar unsur itu dan sumbangan apa yang diberikan terhadap tujuan estetik dan makna keseluruhan yang ingin dicapai (Nurgiyantoro 2003:37).
Teeuw (1988:135) bahwa pada prinsipnya analisis struktural adalah bertujuan untuk membongkar dan memaparkan apa yang dianalisis dengan cermat, teliti dan semendetail mungkin dan mendalam, mungkin keterkaitan dan keterjalinan dari semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama menghasilkan makna menyeluruh dia juga menambahkan bahwa tugas dan tujuan dari analisis struktur justru mengupas semendalam mungkin dari keseluruhan makna yang telah terpadu. Struktur karya sastra itu merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antara unsur-unsurnya terjadi hubungan yang timbal balik, saling menentukan. Jadi, kesatuan unsur-unsur dalam sastra bukan hanya berupa kumpulan atau tumpukan hal-hal atau benda-benda yang berdiri-sendiri, melainkan hal-hal itu saling terikat, saling berkaitan dan saling bergantung(Pradopo 2000:118).
Hartoko dalam (Taum 1995:38) menyatakan teori strukturalisme sastra merupakan sebuah teori pendekatan terhadap teks-teks sastra yang menekankan keseluruhan relasi antara berbagai unsur teks. Unsur-unsur teks secara berdiri sendiri tidaklah penting. Unsur-unsur itu hanya memperoleh artinya dalam relasi, baik relasi asosiasi ataupun relasi oposisi. Relasi-relasi yang dipelajari dapat berkaitan dengan mikroteks ( (kata, kalimat), keseluruhan yang lebih luas (bait, bab), maupun intertekstual (karya-karya lain dalam periode tertentu). Relasi tersebut dapat berwujud ulangan, gradasi kontras dan parodi.
Puisi merupakan struktur. Struktur di sini dalam arti bahwa karya sastra merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antara unsur-unsurnya terjadi hubungan timbal balik, saling menentukan. Jadi kesatuan unsur-unsur dalam karya sastra bukan hanya kumpulan atau tumpukan hal-hal atau benda yang berdiri sendiri melainkan hal-hal itu saling terikat, saling berkait, dan saling bergantung (Pradopo 1995: 118). Dengan demikian analisis struktural merupakan analisis struktur puisi terutama berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur-struktur (Hawkes dalam Pradopo 1995: 119). Sementara itu Pradopo (1995: 119) menyatakan bahwa analisis struktural puisi adalah analisis puisi ke dalam unsur-unsurnya dan fungsinya dalam struktur sajak dan penguraian bahwa tiap unsur itu mempunyai makna dan hanya dalam kaitannya dengan unsur-unsur lainnya bahkan juga berdasarkan tempatnya dalam struktur. Puisi (mantra) adalah struktur yang merupakan susunan keseluruhan unsur pembangun mantra yang meliputi: rima, irama, diksi, dan makna.
Penelitian struktural dipandang lebih objektif karena hanya berdasarkan sastra itu sendiri. Dengan tanpa campur tangan unsur lain, karya sastra tersebut akan dilihat sebagaimana cipta estetis. Strukturalis biasanya mengandalkan pendekatan egosentrik yaitu pendekatan penelitian yang berpusat pada teks sastra itu sendiri (Endraswara 2003: 51). Pertama kali yang penting dalam lapangan semiotik, lapangan tanda, adalah pengertian tanda itu tersendiri. Dalam pengertian tanda ada dua prinsip, yaitu penanda (signifier) yang menandai, yang merupakan bentuk tanda, dan petanda dan penanda, ada tiga jenis tanda pokok, yaitu ikon, indeks, dan simbol. Ikon adalah tanda hubungan antara penanda dan petanda bersifat alamiyah, misalnya potret orang yang menandai orang yang dipotret. Indeks adalah tanda yang bersifat kausal, misalnya asap menandai api. Simbol adalah tanda yang tidak menunjukkan hubungan alamiyah antara penanda dan petandanya.
Hubungan tersebut bersifat arbiter, berdasarkan konvensi (perjanjian) masyarakat (Pradopo, 1995: 121). Sastra merupakan karya imajinatif yang bermedan bahasa, maka tanda-tanda yang utama dalam karya sastra itu adalah tanda kebahasaan meskipun ada konvensi ketandaan sastra yang lain yang merupakan konvensi tambahan. Konvensi itu diantaranya: perulangan, persajakan, pralambang, makna kiasan, kata khusus. Dalam struktur mantra hubungan kalimat dengan kalimat yang lain akan menimbulkan struktur makna dalam karya sastra. Ulangan-ulangan kata atau kalimat dalam mantra akan menimbulkan efek intensitas atau efek yang lainnya yang akan mendukung pemahaman tentang makna mantra. Konsep dan gagasan strukturalisme, sebagaimana diterangkan diatas, dijadikan titik tolak dalam menyikapi objek kajian. Dengan pendekatan struktural maka operasional kajian diarahkan pada elemen-elemen mantra sebagai struktur verbal yang otonom, yang meliputi diksi, kalimat, dan komposisi seutuhnya. Dengan cara kerja ini dapat dideskripsikan ciri-ciri wujud komposisi mantra beserta seperangkat aturan estetikanya. Oleh karena itu, untuk menganalisis karya sastra selain berdasarkan teori strukturalisme diperlukan juga analisis berdasarkan semiotik.
Agar nilai-nilai yang hanya dapat digali melalui analisis struktural yang tidak terabaikan dan analisis puisi tidak terlepas dari dunia luar puisi, maka analisis struktural digabungkan dengan analisis semiotik. Lebih lanjut, konsepsi semiotik pada intinya adalah memahami sepenuhnya karya sastra sebagai struktur, keterkaitan struktur memperlihatkan ciri khas struktur sebagai sistem tanda yang bermakna.

SEMIOTIKA DALAM KAJIAN ETNOLINGUISTIK

          Semiotik atau ada yang menyebut dengan semiotika berasal dari kata Yunani semeion yang berarti “tanda”. Istilah semeion tampaknya ...