NASKAH
PIDATO
MENYOAL
PERAN PRIBADI DALAM MEMARTABATKAN BAHASA INDONESIA
ASSALAMU ALAIKUM WR.WB
SALAM BAHASA BAGI YANG
BERBUDAYA
Sebagai
bangsa yang bersila ketuhanan yang maha esa, sewajarnya kita mengucap syukur
atas segala limpahan rahmat dan hidayah yang telah kita nikmati sekarang ini. Sejarah
telah memberikan sebuah amanah kepada kita, amanah yang harus dijaga dengan
penuh tanggung jawab oleh segenap manusia Indonesia yang menjajaki kakinya
dipermukaan bumi ini. Sebagaimana yang telah terekam dalam ingatan dan
tulisan-tulisan sejarah, 28 Oktober 1928 menjadi sebuah perhelatan akbar dari
para pemuda Indonesia yang melahirkan sebuah ikrar “menjunjung bahasa persatuan
bahasa Indonesia” (Sumpah Pemuda). Perjuangan demi perjuangan terlontar melalui
fisik dan berbagai instrument juang lainnya yang menuntut pengorbanan jiwa,
raga, dan materi. Mereka tidaklah menghendaki sebuah balas jasa, namun, semua
itu semata-mata demi mencapai wujud bangsa yang berdaulat. Setelah tercapai apa
yang kita kehendaki, hasil dari keringat sejarah tersebut melahirkan sebuah
tatanan stratum kelas atas dimata para bangsa-bangsa lainnya, keberadaannya
disegani, dihargai, dan memiliki martabat yang tinggi. Ya, bahasa Indonesia
menduduki kursi tahta yang kokoh dimata dunia internasional kala itu.
Hadirin
yang berbudaya
Mari kita semua
mengurai fakta social kebahasaan kita sendiri. Melihat pandang dan sisi
penilaian kita terhadap bahasa Indonesia, menilai sikap yang telah kita perbuat
terhadap bahasa Indonesia, dan sejauh mana kita menjaga dan mencintai, dan
melestarikan bahasa Indonesia. Apakah kita tidak terhipnotis akan globalisasi
dan modernisasi yang menghendaki bahasa internasional sebagai bahasa lingua
pranca, sehingga kita sendiri terkesan melupakan atau merasakan gengsi yang tinggi
ketika kita menggunakan bahasa asing?. Sederet pertanyaan tersebut tidak bisa
kita abaikan begitu saja, karena saat ini, kita menyoal tentang bagaimana peran
diri pribadi dalam merekonstruksi martabat bahasa Indonesia menjadi sebuah
bahasa yang bergengsi dan totalitas diatas panggung dunia internasional. Demikian
itu yang akan saya uraikan dalam pidato saya.
Hadirin yang berbudaya
Berbicara mengenai peran pribadi, ada sebuah slogan yang
patut kita pahami dan kita jadikan sebagai pedoman kita bersama
“PRIBADI YANG CERDAS
ADALAH PRIBADI YANG BERPIKIR DAN
BERSOLUSI”
Artinya, ukuran cerdas
tidaknya seorang pribadi bukan dari seberapa banyak teori yang bisa ia hafal,
bukan dari sebanyak apa prestasi yang ia torehkan, bukan dari seberapa besar
penghargaan orang lain terhadap dirinya, namun pribadi yang cerdas adalah
pribadi yang mau dan berusaha berpikir untuk mencari solusi dari sekelumit
permasalahan atas dirinya dan orang lain. Pertanyaannya, inginkah anda menjadi
sosok yang cerdas? Cerdas bagi sekelumit permasalahan dunia kebahasaan
khususnya bahasa Indonesia. Ada segudang masalah yang merongrong eksistensi
kebahasaan kita, baik internal maupun eksternal. Satu contoh, ada suatu ketika
di atas sebuah mobil angkutan umum, seorang mahasiswa ditanyai oleh seorang
bapak, pertanyaannya singkat, “apakah anda seorang mahasiswa? Lalu mahasiswa
menjawab “ya”. “Jurusan apa?” “kata mahasiswa “bahasa Indonesia” lalu si bapak
berkata “Aiii…. bahasa Indonesia?”. Dari cerita tersebut, dapatlah kita pahami
bagaimana seseorang tidak memiliki kepercayaan terhadap bahasa Indonesia, tidak
adanya rasa bangga dan cinta terhadap bahasa Indonesia, tidak memiliki sikap
positif terhadap bahasa Indonesia, serta terhipnotis akan keberadaan bahasa
asing yang dianggapnya mampu mendongkrak kredibilitas, gengsi pribadi dan
derajat sosialnya. Namun, hal yang semacam itu hanya membuat pribadi tersebut
terpuruk dalam sebuah penghianatan terhadap para pahlawan kita terdahulu.