Wednesday, November 8, 2017

NASKAH PIDATO (SPEECH SCRIPT)



NASKAH PIDATO
MENYOAL PERAN PRIBADI DALAM MEMARTABATKAN BAHASA INDONESIA
ASSALAMU ALAIKUM WR.WB
SALAM BAHASA BAGI YANG BERBUDAYA
Sebagai bangsa yang bersila ketuhanan yang maha esa, sewajarnya kita mengucap syukur atas segala limpahan rahmat dan hidayah yang telah kita nikmati sekarang ini. Sejarah telah memberikan sebuah amanah kepada kita, amanah yang harus dijaga dengan penuh tanggung jawab oleh segenap manusia Indonesia yang menjajaki kakinya dipermukaan bumi ini. Sebagaimana yang telah terekam dalam ingatan dan tulisan-tulisan sejarah, 28 Oktober 1928 menjadi sebuah perhelatan akbar dari para pemuda Indonesia yang melahirkan sebuah ikrar “menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia” (Sumpah Pemuda). Perjuangan demi perjuangan terlontar melalui fisik dan berbagai instrument juang lainnya yang menuntut pengorbanan jiwa, raga, dan materi. Mereka tidaklah menghendaki sebuah balas jasa, namun, semua itu semata-mata demi mencapai wujud bangsa yang berdaulat. Setelah tercapai apa yang kita kehendaki, hasil dari keringat sejarah tersebut melahirkan sebuah tatanan stratum kelas atas dimata para bangsa-bangsa lainnya, keberadaannya disegani, dihargai, dan memiliki martabat yang tinggi. Ya, bahasa Indonesia menduduki kursi tahta yang kokoh dimata dunia internasional kala itu.
Hadirin yang berbudaya
            Mari kita semua mengurai fakta social kebahasaan kita sendiri. Melihat pandang dan sisi penilaian kita terhadap bahasa Indonesia, menilai sikap yang telah kita perbuat terhadap bahasa Indonesia, dan sejauh mana kita menjaga dan mencintai, dan melestarikan bahasa Indonesia. Apakah kita tidak terhipnotis akan globalisasi dan modernisasi yang menghendaki bahasa internasional sebagai bahasa lingua pranca, sehingga kita sendiri terkesan melupakan atau merasakan gengsi yang tinggi ketika kita menggunakan bahasa asing?. Sederet pertanyaan tersebut tidak bisa kita abaikan begitu saja, karena saat ini, kita menyoal tentang bagaimana peran diri pribadi dalam merekonstruksi martabat bahasa Indonesia menjadi sebuah bahasa yang bergengsi dan totalitas diatas panggung dunia internasional. Demikian itu yang akan saya uraikan dalam pidato saya.
            Hadirin yang berbudaya
            Berbicara mengenai peran pribadi, ada sebuah slogan yang patut kita pahami dan kita jadikan sebagai pedoman kita bersama
“PRIBADI YANG CERDAS ADALAH PRIBADI YANG  BERPIKIR DAN BERSOLUSI”
Artinya, ukuran cerdas tidaknya seorang pribadi bukan dari seberapa banyak teori yang bisa ia hafal, bukan dari sebanyak apa prestasi yang ia torehkan, bukan dari seberapa besar penghargaan orang lain terhadap dirinya, namun pribadi yang cerdas adalah pribadi yang mau dan berusaha berpikir untuk mencari solusi dari sekelumit permasalahan atas dirinya dan orang lain. Pertanyaannya, inginkah anda menjadi sosok yang cerdas? Cerdas bagi sekelumit permasalahan dunia kebahasaan khususnya bahasa Indonesia. Ada segudang masalah yang merongrong eksistensi kebahasaan kita, baik internal maupun eksternal. Satu contoh, ada suatu ketika di atas sebuah mobil angkutan umum, seorang mahasiswa ditanyai oleh seorang bapak, pertanyaannya singkat, “apakah anda seorang mahasiswa? Lalu mahasiswa menjawab “ya”. “Jurusan apa?” “kata mahasiswa “bahasa Indonesia” lalu si bapak berkata “Aiii…. bahasa Indonesia?”. Dari cerita tersebut, dapatlah kita pahami bagaimana seseorang tidak memiliki kepercayaan terhadap bahasa Indonesia, tidak adanya rasa bangga dan cinta terhadap bahasa Indonesia, tidak memiliki sikap positif terhadap bahasa Indonesia, serta terhipnotis akan keberadaan bahasa asing yang dianggapnya mampu mendongkrak kredibilitas, gengsi pribadi dan derajat sosialnya. Namun, hal yang semacam itu hanya membuat pribadi tersebut terpuruk dalam sebuah penghianatan terhadap para pahlawan kita terdahulu.
         

SEMIOTIKA DALAM KAJIAN ETNOLINGUISTIK

          Semiotik atau ada yang menyebut dengan semiotika berasal dari kata Yunani semeion yang berarti “tanda”. Istilah semeion tampaknya ...