Friday, February 2, 2018

METODE QUANTUM




PENERAPAN METODE QUANTUM LEARNING DENGAN TEKNIK PENGELOMPOKAN DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI



A.  Pengantar Latar Belakang Masalah
Pembelajaran menulis merupakan salah satu pokok bahasan yang ada di kurikulum mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dari SD, SMP dan SMA. Kemampuan menulis siswa dapat mengekspresikan gagasan, perasaan, serta pengalamannya. Pentingnya menulis menurut Tarigan (2008: 24) menulis sebagai alat komunikasi tidak langsung. Sebuah tulisan penulis dapat menuliskan atau mendeskripsikan pemahamannya mengenai sesuatu hal, masalah, informasi yang ingin disampaikan oleh penulis. Tulisan juga dapat berfungsi sebagai petunjuk, memerintah, menyampaikan, mengingatkan, berkorespondensi dan memberi tahu.
Puisi merupakan salah satu karya sastra. Pentingnya pengajaran sastra pada anak-anak adalah memberikan nilai pendidikan. Nurgiyantoro (2010: 36-47) mengemukakan bahwa pengajaran sastra anak di sekolah (termasuk puisi) merupakan hal penting karena dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan berbagai pengalaman (baik rasa, emosi, dan bahasa), personal (kognitif, sosial, etis, spiritual), eksplorasi dan penemuan, serta petualangan dalam kenikmatan. Pengajaran sastra anak memberikan kontribusi pada anak yang sedang pada taraf pertumbuhan dan perkembangan secara garis besar dikelompokkan ke dalam nilai personal dan nilai pendidikan. Definisi tersebut menunjukkan bahwa menulis puisi sebagai bagian dari kegiatan menulis merupakan salah satu cara untuk mengekspresikan gagasan, perasaan, dan pengalamannya dengan menggunakan bahasa yang indah. Pendidikan sastra khususnya pengajaran menulis puisi merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada siswa agar mampu menikmati, menghayati, memahami, dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
Di dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK & KD) SD Negeri 13 Biru Bone berdasarkan silabus Sekolah Dasar, pembelajaran puisi pada kelas V diajarkan dalam kegiatan menulis yang merupakan indikator 8.6 yaitu menulis puisi bebas dengan pilihan kata yang tepat. Standar Kompetensi dalam SK & KD tersebut, yaitu mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan fakta secara tertulis dalam bentuk ringkasan, laporan, dan puisi bebas. Kompetensi Dasar dalam SK & KD 8.3, yaitu menulis puisi bebas dengan pilihan kata yang tepat.
Berdasarkan hasil observasi pembelajaran bahasa Indonesia mengenai kemampuan menulis puisi di kelas V SDN 13 Biru Bone, masih rendah. Rendahnya kualitas proses dan hasil kemampuan menulis puisi siswa SD Negeri 13 Biru Bone ini disebabkan oleh beberapa faktor yang menggambarkan proses menulis puisi kurang baik. Faktor yang berasal dari peran dan tugas guru, sikap dan respon KBM saat siswa pembelajaran, metodologi atau metode yang digunakan tidak inovatif lebih banyak ceramah, materi teori dan praktik tidak sesuai, evaluasi yang dilakukan oleh guru, media kurang optimal dan penilaian tidak sesuai dengan pedoman yang ada dalam RPP. Kurang efektifnya pembelajaran yang diciptakan guru disebabkan karena pembelajaran masih berpusat pada guru, guru masih menggunakan metode konvensional dalam mengajar dan guru kesulitan membuat siswa aktif di kelas. Metode yang dipakai guru tidak inovatif lebih banyak ceramah, masih menggunakan metode konvensional sehingga kurang dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada pada diri siswa agar secara leluasa dapat mengekspresikan perasaannya. Seharusnya guru dapat membantu siswa untuk memunculkan dan mengembangkan gagasan, kemudian mengorganisasikannya menjadi sebuah puisi. Dengan demikian, kegiatan menulis puisi memerlukan beberapa kemampuan, misalnya kemampuan memunculkan gagasan, kemampuan mengembangkan gagasan, kemampuan menggunakan pilihan kata secara cermat, memilih rima yang indah, serta mengorganisasikannya sehingga menghasilkan puisi yang bermakna.
Guru hanya menerangkan langkah-langkah menulis puisi. Kemudian guru memberikan contoh dan memberi tugas pada siswa. Sehingga proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru di kelas mengakibatkan minat siswa rendah, selain itu juga mengakibatkan siswa kurang aktif dan sulit dalam pengungkapan ide atau gagasannya serta pembendaharaan kosakatanya kurang dalam menulis puisi. Hal ini juga dipengaruhi oleh lingkungan, lingkungan merupakan salah satu pendukung dalam pembelajaran. Lingkungan yang nyaman membuat pembelajaran juga menjadi nyaman. Berdasarkan observasi, lingkungan pembelajaran di sekolah tersebut kurang kondusif serta terbatasnya media pendukung yang digunakan oleh guru tersebut juga dapat mempengaruhi proses pembelajaran menulis puisi. Evaluasi yang dilakukan oleh guru kurang memberi penguatan dalam pembelajaran menulis puisi. Media kurang digunakan secara maksimal sehingga membuat siswa bosan dalam pembelajaran menulis puisi. Penilaian guru tidak sesuai dengan pedoman yang ada dalam RPP.
Berdasarkan fakta hasil observasi awal serta hasil wawancara baik terhadap guru dan siswa membuktikan bahwa proses maupun hasil pembelajaran menulis puisi pada siswa kelas V SD Negeri 13 Biru  masih jauh dari harapan. Nilai pretes dalam pembelajaran menulis puisi yang diperoleh siswa dari 40 siswa hanya ada 18 siswa yang mendapatkan nilai 65 (kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan adalah 65), sedangkan 22 siswa lainnya masih jauh dari batas kriteria ketuntasan minimal. Dilihat dari segi proses pembelajaran menunjukkan bahwa pembelajaran menulis puisi yang selama ini berjalan kurang kondusif. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya keaktifan siswa di kelas dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi. Banyaknya siswa dalam kelas berjumlah 40 anak sehingga guru sulit memberikan perhatian. Tentu saja permasalahan tersebut memunculkan permasalahan berikutnya, yaitu hasil atau nilai kemampuan menulis puisi siswa yang masih kurang baik. Oleh karena itu, perlu adanya solusi untuk memecahkan permasalahan tersebut.
Perbaikan yang dapat mendorong minat seluruh siswa untuk aktif dan kreatif dalam menciptakan kata-kata sehingga pembendaharaan kata bertambah serta siswa kaya konsep (ide atau gagasan). Perbaikan juga diperlukan untuk terciptanya lingkungan pembelajaran yang kondusif dan guru memanfaatkan media agar mengoptimalkan pembelajaran. Maka pembelajaran akan lebih optimal jika model pembelajaran yang digunakan tepat dan inovatif. Upaya mengoptimalkan hasil belajar terutama kemampuan menulis puisi diperlukan menekankan keaktifan, imajinasi dan kreativitas siswa. Kurangnya kemampuan menulis puisi siswa di kelas V SD Negeri 13 Biru Bone tersebut, membuat peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian berkaitan dengan pembelajaran kemampuan menulis dalam rangka meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa. Berdasarkan hasil diskusi dengan guru kelas V di sekolah tersebut, diajukan solusi berupa penggunaan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering).
Teknik pengelompokan (Clustering) dikembangkan oleh seorang penulis dan peneliti bernama Dr. Gabriele L. Rico merupakan salah satu dari teknik belajar bermetode Quantum Learning. Metode belajar Quantum Learning dikemukakan oleh Bobbi DePorter dan Mike Herracki merupakan metode yang nyaman dan menyenangkan. Dalam metode Quantum Learning teknik pengelompokan (Clustering) merupakan salah satu dari tiga tipe teknik menulis sinergi, selain menulis cepat (fastwriting) dan menunjukkan bukan memberitahukan (Show Not Tell). (DePorter, 2011 : 180). Keunggulan teknik pengelompokan (Clustering) mampu memberikan sugesti yang positif bagi siswa, guru, atau penulis yang akan menulis. Menurut DePorter, seseorang dapat menemukan suatu kondisi yang disebut dengan “AHA”, yaitu suatu kondisi ketika seseorang penulis sudah merasa bahwa suatu kata dalam teknik kelompok (Clustering) telah memunculkan titik awal ide yang akan ditulis dan mendapatkan sebuah desakan yang tidak terbendung lagi untuk menulis. Teknik pengelompokan (Clustering) dapat juga digunakan untuk berbagai jenis tulisan dari laporan, esai, proposal, cerita hingga puisi.
Teknik pengelompokan (Clustering) sejalan dengan kerja otak yang mengolah gagasan atau ide dalam bentuk tanda-tanda, gambar, skema, dan warnawarna. Menurut DePotter (2011:182), teknik pengelompokan (Clustering) memiliki keunggulan-keunggulan sebagai berikut mampu melihat dan membuat hubungan-hubungan antara gagasan, membantu mengembangkan gagasan-gagasan yang telah dikelompokkan, serta dapat menelusuri jalur yang dilalui otak untuk tiba pada suatu konsep tertentu. Penerapan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) diharapkan dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran menulis puisi. Melalui penerapan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) guru dapat berhasil menjadikan siswa aktif di dalam kelas dan minat siswa meningkat. Meningkatnya minat siswa maka akan banyak memperoleh pembendaharaan kata dan siswa kaya akan konsep yang berupa ide atau gagasan. Kemudian mampu tercipta lingkungan pembelajaran yang kondusif serta guru dapat mengoptimalkan media pembelajaran menulis puisi. Diterapkannya metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas proses dan kualitas hasil pembelajaran menulis puisi.

B.  Hakikat Metode Quantum Learning
Quantum learning pada dasarnya adalah suatu konsep belajar dengan membiasakan belajar dengan suasana nyaman dan menyenangkan. Suasana tersebut dapat membantu orang untuk berkosentrasi dengan mudah mengerjakan pekerjaan mental dengan rileks. Suasana menyenangkan dalam pembelajaran dapat diciptakan guru dengan peserta didik yang terbuka dan penuh keriangan dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Lingkungan fisik belajar yang kondusif memungkinkan siswa dapat beraksi dan berkreasi dengan penuh motivasi. Penataan suasana hati dengan musik dapat meningkatkan kegairahan belajar (Darmansyah, 2007: 41).
Quantum learning merupakan salah satu pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran harus menarik dan menyenangkan karena pembelajaran yang menarik berarti mempunyai unsur menggelitik bagi siswa untuk terus diikuti, dengan begitu siswa mempunyai motivasi untuk terus mengikuti pembelajaran. Pembelajaran yang menyenangkan berarti pembelajaran cocok dengan suasana yang terjadi dalam diri siswa. Kalau siswa tidak senang, pasti juga siswa tidak ada perhatian. Ujung-ujungnya pasti siswa jenuh dan masa bodoh (Suyatno, 2004: 1).
Metode Quantum adalah suatu metode belajar yang menciptakan lingkungan belajar yang efektif dengan cara menggunakan unsur-unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas. Interaksi yang terjadi di dalam kelas melibatkan semua unsur yang ada, hal ini siswa diharapkan berperan serta (Bratasari, 2010: 6). Proses belajar-mengajar merupakan interaksi yang dilakukan antara guru dengan peserta didik dalam suatu pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan. Berbagai metode yang dipergunakan dalam suatu pengajaran harus dijabarkan ke dalam metode pembelajaran. Metode pembelajaran Quantum adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang telah terbukti efektif di sekolah dan bisnis kerja untuk semua tipe orang dan segala usia.
Salah satu metode yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran dan dapat membangkitkan semangat keaktifan siswa dalam belajar mengajar adalah Quantum Learning. Quantum learning merupakan aplikasi dari pengajaran Quantum Teaching. DePorter, dkk (2011: 14) menyebutkan bahwa ada beberapa cara yang dilakukan dengan metode pembelajaran Quantum, yakni : (a) berpartisipasi dengan cara mengubah keadaan kelas dari yang semula biasa mejadi kelas yang menarik; (b) memotivasi dan menumbuhkan minat siswa dengan menerangkan kerangka rancangan yang dikenal dengan singkatan TANDUR (tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi dan rayakan); (c) membangun rasa kebersamaan; (d) menumbuhkan dan mempertahankan daya ingat; dan (e) merangsang daya dengar anak didik. Cara-cara ini pada dasarnya dapat menempatkan guru dan anak didik pada keadaan yang dapat menuju keberhasilan belajar dengan lebih cepat.
TANDUR merupakan inovasi baru dalam dunia pendidikan. Menerapkan metode pembelajaran dalam proses pembelajaran, diharapkan guru dapat lebih kreatif dalam menyajikan pembelajaran sehingga siswa cenderung tidak akan merasa bosan dan emosi siswa dapat lebih diperhatikan. TANDUR singkatan dari tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan. Pada setiap tahapan pembelajaran tersebut, siswa dikondisikan selalu berada dalam keadaan aktif sehingga tidak ada siswa yang tidak terlibat dalam pembelajaran. Pembelajaran TANDUR ini dilaksanakan dalam tiga seri pembelajaran dengan menggunakan keseluruhan tahap metode pembelajaran TANDUR.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa Quantum Learning adalah metode pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan sehingga menumbuhkan minat, motivasi, serta semangat siswa untuk berkosentrasi. Hasil pembelajaran dengan metode ini lebih maksimal karena siswa tidak bosan dan jenuh dalam pembelajaran.
C.  Teknik Pengelompokan (Clustering)
Teknik pengelompokan (Clustering) dikembangkan oleh seorang penulis dan peneliti yang bernama Dr. Gabriele L. Rico merupakan salah satu dari tipe belajar yang bermetodekan Quantum Learning. Metode belajar Quantum Learning dikemukakan oleh Bobbi DePorter dan Mike Herracki yang pada awalnya bertolak pada suggestopedia.
Dalam metode Quantum Learning Clustering merupakan salah satu dari tiga tipe menulis sinergi (DePorter, 2011: 180) selain teknik fastwriting (menulis cepat) dan Show Not Tell (menunjukkan bukan memberitahukan). Beliau berpendapat bahwa teknik pengelompokan (Clustering) merupakan salah satu tipe menulis efektif dan menyenangkan. Teknik pengelompokan (Clustering) mampu memberikan sugesti yang positif bagi siswa, guru, atau penulis yang akan menulis. Menurut DePorter, seseorang dapat menemukan suatu kondisi yang disebut dengan “AHA”, yaitu suatu kondisi ketika seseorang penulis sudah merasa bahwa suatu kata dalam clustering (kelompok) telah memunculkan titik awal ide yang akan ditulis dan mendapatkan sebuah desakan yang tidak terbendung lagi untuk menulis. Teknik pengelompokan (Clustering) dapat juga digunakan untuk berbagai jenis tulisan dari laporan, esai, proposal, cerita hingga puisi.
D.  Pengertian Teknik Pengelompokan (Clustering)
Suatu pengelompokan yang terbentuk diatas kertas secepatnya, tanpa mempertimbangkan kebenaran atau nilainya. Suatu pengelompokan yang terbentuk diatas kertas hampir seperti proses yang berpikir di dalam otak, walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana. Pengelompokan adalah suatu struktur yang mengalir bebas seperti struktur organik yang sama dengan diagram molekul yang dijumpai dalam pelajaran kimia di SMU (Komaidi, 2011: 22-23).
Dalam pengelompokkan (Clustering) membantu mengembangkan tulisan dengan berbagai cara sekaligus melalui mengambil suatu gagasan dengan membuat percabangannya ke berbagai arah. Clustering ini bertujuan untuk mengembangkan ide yang biasa-biasa saja menjadi ide yang variatif. Teknik pengelompokan (Clustering) merupakan sebuah teknik untuk mempersempit topik yang masih umum dengan cara mengelompokkan beberapa kata yang memiliki relasi dan kedekatan hubungan dengan topik tersebut (Anis : 2009).
Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan, penulis menyimpulkan bahwa teknik pengelompokan (Clustering) adalah sebuah teknik menulis yang bermetodekan Quantum Learning yang mengalir bebas dalam mengumpulkan data dan memilah-milah pemikiran atau ide yang saling berhubungan dan membuat percabangannya ke segala arah tanpa mempertimbangkan kebenarannya dan bisa membuat ide yang biasa saja menjadi ide yang variatif.
E.  Manfaat Teknik Pengelompokan (Clustering)
Lebih lanjut Hernowo (2004: 122) menyatakan bahwa adapun manfaat dari Clustering adalah sebagai berikut: Untuk menulis secara kreatif, mengelola jaringan pekerjaan, menuangkan ide secara bebas, menjadikan rapat-rapat lebih produktif. Dapat disimpulkan manfaat teknik pengelompokan (Clustering) adalah dapat merangsang datangnya suasana gembira dalam belajar, sehingga memunculkan sugesti yang positif bagi siswa. Teknik pengelompokan (Clustering) pun mampu mengatasi hambatan menulis yang dihadapi oleh penulis.
F.   Keunggulan Teknik Pengelompokan (Clustering)
Teknik pengelompokan (Clustering) sejalan dengan kerja otak yang mengolah gagasan atau ide dalam bentuk tanda-tanda, gambar, skema, dan warna-warna. Menurut Komaidi (2011: 23), teknik pengelompokan (Clustering) memiliki keunggulan-keunggulan sebagai berikut:
1)   Mampu melihat dan membuat hubungan-hubungan antara gagasan;
2)   Membantu mengembangkan gagasan-gagasan yang telah dikelompokkan; dan
3)   Dapat menelusuri jalur yang dilalui otak untuk tiba pada suatu konsep tertentu.
Dapat disimpulkan kelebihan dari teknik pengelompokan (Clustering) sebagai berikut:
1)   Fleksibel, jika ada suatu ide yang tiba-tiba muncul dalam ingatan dapat dengan segera ditambahkan atau dituliskan di tempat yang sesuai tanpa harus mengubah susunan yang telah ada;
2)   Dapat memusatkan perhatian, dalam menyusun sebuah tulisan. Pengelompokkan (Clustering) dapat dijadikan sebagai alat untuk memusatkan perhatian para penulis terhadap suatu ide pokok;
3)   Meningkatkan pemahaman, ketika membaca hasil pengelompokan maka hal tersebut dapat meningkatkan pemahaman dan memberi catatan tinjauan ulang;
4)   Menyenangkan, imajinasi, dan kreativitas dapat menjadi perbuatan dan peninjauan ulang yang telah menyenangkan.
G.  Langkah-langkah Penggunaan Teknik Pengelompokan (Clustering)
Langkah-langkah penggunaan teknik pengelompokan (Clustering) (Hernowo, 2004: 23-24) ada beberapa prosedur atau langkah-langkah dalam penggunaan teknik pengelompokan (Clutering). Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1.    Menuliskan gagasan utama berupa sebuah kata atau frasa yang terlintas dalam benak sebagai kata primer atau gagasan utama di tengah-tengah selembar kertas kosong tak bergaris dengan huruf kapital dan tulisan yang lebih tebal daripada tulisan yang lainnya, hal ini bertujuan untuk menandakan bahwa kata tersebut merupakan kata primer lalu buatlah lingkaran untuk melingkupi kata tersebut;
2.    Menuliskan hubungan-hubungan (asosiasi) yang timbul dari gagasan utama dan mengelompokkan di sekitar kata primer yang berada di pusat;
3.    Melingkari setiap kata yang telah dikelompokkan di sekitar gagasan utama dan menghubungkan dengan lingkaran yang berada di pusat dan tariklah garis;
4.    Meneruskan penulisan hubungan-hubungan (asosiasi) dari kata-kata sekunder yang memicu satu rantai atau asosiasi lain, menuliskan serta melingkarinya sekalipun tidak terlihat hubungannya;
5.    Kembali pada kata primer (gagasan utama) yang terletak di pusat dan meneruskan membuat asosiasi yang terlintas dalam otak, kemudian melingkari dan menghubungkan dengan menarik garis;
6.    Memerhatikan semua gagasan yang dimunculkan dari satu kata setelah pengelompokan terasa lengkap dan semua asosiasi telah terkumpul;
7.    Mencoret gagasan-gagasan yang dianggap tidak berhubungan atau tidak ingin dilanjutkan dan kembali menuliskan gagasan-gagasan sekunder yang memicu asosiasi-asosiasi lain;
8.    Menemukan “AHA” (desakan memulai menulis) dan memberi nomor urut yang tampaknya indah pada setiap kata atau gagasan dalam pengelompokan tersebut;
9.    Mengembangkan gagasan berdasarkan urutan yang telah dibuat dalam pengelompokkan ke dalam bentuk karangan atau tulisan. Tidak perlu untuk memakai semua kata atau gagasan yang terdapat dalam pengelompokan, cukup gagasan yang ingin digunakan saja.

Gambar 1. Contoh peng-Clusteran

H.  Keunggulan metode Quantum Learning dengan Teknik Pengelompokan (Clustering) dalam Pembelajaran Menulis Puisi
Menurut DePorter (2011: 179), menulis adalah aktivitas seluruh otak yang menggunakan belahan otak kanan (emosional) dan belahan otak kiri (logika). Bagian logika adalah perencanaan, outline, tata bahasa, penyuntingan, penulisan kembali, penelitian, tanda baca. Sementara itu yang termasuk bagian emosional adalah semangat, spontanitas, emosi, warna, imajinasi, gairah, ada unsur baru dan kegembiraan.
Hakim (2008: 15) menambahkan menulis adalah upaya mengekspresikan apa yang dilihat, dialami, dirasakan, dan dipikirkan ke dalam bahasa tulisan. Burroway (dalam Yusof, 2011: 136) menyatakan pengertian menulis puisi seperti berikut;
The writing is also autobiographical as well as invented; clearly, this affirms that subjectivity of the writer informs the writing. The first writing assignment given to students is for them to compose a concrete poem. Also called pattern poetry, visual poetry or shaped poetry, concrete poetry emphasizes on typographical arrangement of words, besides the other conventional elements of poetry, such as meaning of words, rhythm, rhyme, style, etc. to convey the intended effect. Hence, the visual arrangement of the text, images and symbols work together as a whole in creating the meaning. The final product will ineluctably disclose the writer’s self-position at the time of the writing. An analysis of the students’ poems certainly reveals how the personal becomes an inspiration to the creative production”.
Pendapat Burroway dapat diartikan bahwa penulis menginformasikan tulisan. Puisi menekankan pada kata-kata yang indah. Sehingga dalam menulis puisi harus menggunakan kata-kata yang indah, irama, sajak, gaya bahasa yang mengandung maksud atau makna. Puisi siswa mengungkapkan proses produksi kreatif serta inspirasi dalam menulis sebuah puisi. Menulis puisi dibutuhkan pemilihan kata yang indah. Metode Quantum Learning dengan teknik Clustering pun mampu mengoptimalkan kerja kedua belah otak. Kedua belahan itu disebut belahan otak kiri (left hemisphere) yang menyukai ketertiban dan bersimbolkan teks dan belahan otak kanan (right hemisphere) yang suka kebebasan dan bersimbolkan gambar. Clustering mampu mengoptimalkan lebih baik lagi peran otak kanan sebagai tempat munculnya gagasan-gagasan baru dan emosi yang seringkali diabaikan dalam teknik pembelajaran menulis tradisional.
Siswa kelas V SD tergolong anak-anak yang masih suka bermain. Pembelajaran menulis puisi melalui metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) akan menimbulkan rasa senang siswa sehingga menumbuhkan minat dalam menulis puisi. Simulasi kata dapat digunakan dengan teknik pengelompokan (Clustering). Teknik pengelompokan (Clustering) sejalan dengan kerja otak yang mengolah gagasan atau ide dalam bentuk tanda-tanda, gambar, skema, dan warna-warna. Manfaat teknik pengelompokan (Clustering) adalah teknik ini dapat merangsang datangnya suasana gembira dalam belajar, sehingga menumbuhkan kreativitas kata-kata dalam menulis puisi. Kata-kata yang digunakan dalam puisi menjadi beragam.
I.     Kesimpulan Hasil Implementasi
Penerapan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) dapat meningkatkan kualitas proses menulis puisi. Hal ini tampak pada kesungguhan, semangat, dan antusias siswa saat diberi tugas membuat kerangka teknik pengelompokan (Clustering) dan menghias puisi dalam proses pembelajaran. Prosedur penerapan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) yang dapat meningkatkan keaktifan siswa selama apersepsi, minat, dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran, serta meningkatkan keaktifan dan perhatian siswa saat guru menyampaikan materi. Pada siklus I siswa yang tampak aktif selama apersepsi sebanyak 68%, mengalami peningkatan menjadi 88% pada siklus
Pada siklus I minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran sebanyak 63%, mengalami peningkatan menjadi 80% pada siklus II. Pada siklus I perhatian siswa saat guru menyampaikan materi sebanyak 60%, mengalami peningkatan menjadi 75% pada siklus II.
Penerapan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas V SD Negeri 13 Biru Bone. Adanya peningkatan kemampuan menulis puisi dilihat dari hasil belajar siswa dalam menulis puisi. Hal ini terbukti dengan meningkatnya hasil belajar siswa dalam menulis puisi yang penilaiannya didasarkan pada isi, diksi, rima, dan kesesuaian isi dengan tema. Peningkatan kemampuan siswa terjadi pada siklus I hingga siklus II yang ditunjukkan dengan semakin banyaknya siswa yang telah mencapai batas ketuntasan (KKM  65). Pada siklus I siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar sebesar 65% atau sebanyak 26 siswa dan pada siklus II meningkat menjadi 88% atau sebanyak 35 siswa.
Penelitian ini memberikan gambaran yang jelas bahwa keberhasilan proses dan hasil pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya guru, siswa, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar. Pemilihan metode pembelajaran yang kurang tepat akan berpengaruh pada kurangnya kualitas proses siswa dalam pembelajaran serta rendahnya hasil belajar siswa. Oleh karenanya dalam memilih metode dalam pembelajaran, guru hendaknya juga memerhatikan kesenangan dan kebermanfaatannya bagi perkembangan peserta didik.
Penelitian ini membuktikan bahwa melalui penerapan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa dalam materi menulis puisi. Penerapan kerangka karangan Clustering dalam pembelajaran merupakan langkah-langkah pembelajaran yang efektif. Dimulai dari apersepsi dengan menyanyikan sebuah lagu dan bertepuk tangan yang bertujuan untuk membangkitkan semangat siswa sebelum memulai pelajaran, menghias hasil puisi bertujuan untuk membangkitkan minat menulis dan membaca puisi, serta diakhiri dengan guru memberikan penghargaan atas usaha atau kerja keras yang telah dilakukan siswa serta untuk memacu siswa agar lebih baik dalam kegiatan pembelajaran selanjutnya. Oleh karenanya, penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk mengembangkan pengajaran bahasa yang lebih kreatif dan inovatif, seperti dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi tenaga pengajar yang ingin menerapkan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) di kelasnya. Metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa karena melalui penerapan metode dan teknik ini tidak sekedar dapat menumbuhkan kesenangan pada diri siswa namun juga dapat melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, memupuk keberanian, serta merespon sesuatu yang ada di sekitar. Respon-respon tersebut diungkapkan melalui kegiatan menulis puisi. Dengan demikian, diakhir pembelajaran siswa dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya secara tertulis dalam bentuk puisi.























DAFTAR PUSTAKA


Bratasari, Rochmadani. 2010. “Eksperimen Pendekatan Quantum Teaching dan Quantum Learning terhadap pemahaman konsep pada anak sub normal”. Skripsi. (tidak diterbitkan): UMS.

Darmansyah. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. (Padang :Universitas Negeri Padang)

DePorter, Bobbi (2011). The 7 Biggest Teen Problems and How To Turn Them Into Strengths (Edriani Azwardi, Trans). Bandung: Kaifa. (Original work published 2006)

Hernowo. 2004. learning center, Bandung : Mizan.

Komaidi, Didik. 2011. Panduan Lengkap Menulis Kreatif. Yogyakarta: Sabda Media

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gaja Mada University Press

Nurgiyantoro, Burhan. 2008. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah, Yogyakarta: BPFE

Setyowati, Anis. 2009. Upaya Meningkatkan Kecerdasan Verbal Linguistik Anak Melalui Membaca. Surakarta: UMS

Suyatno, 2004 Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Surabaya: SIC

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Yusuf, Syamsu. 2011. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

SEMIOTIKA DALAM KAJIAN ETNOLINGUISTIK

          Semiotik atau ada yang menyebut dengan semiotika berasal dari kata Yunani semeion yang berarti “tanda”. Istilah semeion tampaknya ...