PENERAPAN METODE QUANTUM
LEARNING DENGAN TEKNIK PENGELOMPOKAN
DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI
A. Pengantar
Latar Belakang Masalah
Pembelajaran menulis
merupakan salah satu pokok bahasan yang ada di kurikulum
mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dari SD, SMP dan SMA. Kemampuan menulis siswa dapat
mengekspresikan gagasan, perasaan, serta pengalamannya.
Pentingnya menulis menurut Tarigan (2008: 24) menulis sebagai alat komunikasi tidak langsung. Sebuah
tulisan penulis dapat menuliskan atau mendeskripsikan
pemahamannya mengenai sesuatu hal, masalah, informasi yang ingin disampaikan oleh penulis. Tulisan
juga dapat berfungsi sebagai petunjuk, memerintah,
menyampaikan, mengingatkan, berkorespondensi dan memberi tahu.
Puisi merupakan salah
satu karya sastra. Pentingnya pengajaran sastra pada anak-anak adalah memberikan nilai
pendidikan. Nurgiyantoro (2010: 36-47) mengemukakan
bahwa pengajaran sastra anak di sekolah (termasuk puisi) merupakan hal penting karena dapat
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan
berbagai pengalaman (baik rasa, emosi, dan bahasa), personal (kognitif, sosial, etis, spiritual),
eksplorasi dan penemuan, serta petualangan dalam kenikmatan.
Pengajaran sastra anak memberikan kontribusi pada anak yang sedang pada taraf pertumbuhan dan
perkembangan secara garis besar dikelompokkan
ke dalam nilai personal dan nilai pendidikan. Definisi tersebut menunjukkan bahwa menulis puisi sebagai
bagian dari kegiatan menulis merupakan
salah satu cara untuk mengekspresikan gagasan, perasaan, dan pengalamannya dengan menggunakan bahasa
yang indah. Pendidikan sastra khususnya
pengajaran menulis puisi merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada siswa agar mampu
menikmati, menghayati, memahami, dan
memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
Di dalam Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK
& KD)
SD Negeri 13 Biru Bone
berdasarkan silabus Sekolah Dasar, pembelajaran puisi pada kelas V diajarkan dalam kegiatan menulis
yang merupakan indikator 8.6 yaitu menulis
puisi bebas dengan pilihan kata yang tepat. Standar Kompetensi dalam SK & KD tersebut, yaitu mengungkapkan pikiran, perasaan,
informasi, dan fakta secara
tertulis dalam bentuk ringkasan, laporan, dan puisi bebas. Kompetensi Dasar dalam SK & KD 8.3, yaitu menulis puisi bebas
dengan pilihan kata yang tepat.
Berdasarkan hasil
observasi pembelajaran bahasa Indonesia mengenai kemampuan
menulis puisi di kelas V SDN 13 Biru Bone, masih rendah.
Rendahnya kualitas proses dan hasil kemampuan menulis puisi siswa SD Negeri 13 Biru Bone ini disebabkan oleh
beberapa faktor yang menggambarkan
proses menulis puisi kurang baik. Faktor yang berasal dari peran dan tugas guru, sikap dan respon KBM
saat siswa pembelajaran, metodologi atau metode
yang digunakan tidak inovatif lebih banyak ceramah, materi teori dan praktik tidak sesuai, evaluasi yang
dilakukan oleh guru, media kurang optimal dan
penilaian tidak sesuai dengan pedoman yang ada dalam RPP. Kurang efektifnya pembelajaran yang diciptakan
guru disebabkan karena pembelajaran masih
berpusat pada guru, guru masih menggunakan metode konvensional dalam mengajar dan guru kesulitan membuat
siswa aktif di kelas. Metode
yang dipakai guru tidak
inovatif lebih banyak ceramah, masih menggunakan metode konvensional sehingga kurang dapat
mengembangkan potensi-potensi yang ada pada
diri siswa agar secara leluasa dapat mengekspresikan perasaannya. Seharusnya guru dapat membantu siswa
untuk memunculkan dan mengembangkan
gagasan, kemudian mengorganisasikannya menjadi sebuah puisi. Dengan demikian, kegiatan menulis puisi
memerlukan beberapa kemampuan, misalnya
kemampuan memunculkan gagasan, kemampuan mengembangkan gagasan, kemampuan menggunakan pilihan
kata secara cermat, memilih rima yang
indah, serta mengorganisasikannya sehingga menghasilkan puisi yang bermakna.
Guru hanya menerangkan
langkah-langkah menulis puisi. Kemudian guru memberikan
contoh dan memberi tugas pada siswa. Sehingga proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru
di kelas mengakibatkan minat siswa rendah,
selain itu juga mengakibatkan siswa kurang aktif dan sulit dalam pengungkapan ide atau gagasannya serta
pembendaharaan kosakatanya kurang dalam
menulis puisi. Hal ini juga dipengaruhi oleh lingkungan, lingkungan merupakan salah satu pendukung dalam
pembelajaran. Lingkungan yang nyaman membuat
pembelajaran juga menjadi nyaman. Berdasarkan observasi, lingkungan pembelajaran di sekolah tersebut kurang
kondusif serta terbatasnya media pendukung
yang digunakan oleh guru tersebut juga dapat mempengaruhi proses pembelajaran menulis puisi. Evaluasi
yang dilakukan oleh guru kurang memberi penguatan
dalam pembelajaran menulis puisi. Media kurang digunakan secara maksimal sehingga membuat siswa bosan
dalam pembelajaran menulis puisi. Penilaian
guru tidak sesuai dengan pedoman yang ada dalam RPP.
Berdasarkan fakta hasil
observasi awal serta hasil wawancara baik terhadap guru dan siswa membuktikan bahwa proses
maupun hasil pembelajaran menulis puisi
pada siswa kelas V SD Negeri 13
Biru masih jauh dari harapan. Nilai pretes dalam pembelajaran menulis
puisi yang diperoleh siswa dari 40 siswa hanya
ada 18 siswa yang mendapatkan nilai
65 (kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan adalah
65), sedangkan 22 siswa lainnya masih
jauh dari batas kriteria
ketuntasan minimal. Dilihat dari segi proses pembelajaran menunjukkan bahwa pembelajaran menulis
puisi yang selama ini berjalan kurang kondusif.
Hal ini dapat dilihat dari kurangnya keaktifan siswa di kelas dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi.
Banyaknya siswa dalam kelas berjumlah 40
anak sehingga guru sulit memberikan perhatian. Tentu saja permasalahan tersebut memunculkan permasalahan berikutnya,
yaitu hasil atau nilai kemampuan
menulis puisi siswa yang masih kurang baik. Oleh karena itu, perlu adanya solusi untuk memecahkan
permasalahan tersebut.
Perbaikan yang dapat
mendorong minat seluruh siswa untuk aktif dan kreatif
dalam menciptakan kata-kata sehingga pembendaharaan kata bertambah serta siswa kaya konsep (ide atau
gagasan). Perbaikan juga diperlukan untuk terciptanya
lingkungan pembelajaran yang kondusif dan guru memanfaatkan media agar mengoptimalkan pembelajaran.
Maka pembelajaran akan lebih optimal
jika model pembelajaran yang digunakan tepat dan inovatif. Upaya mengoptimalkan hasil belajar terutama
kemampuan menulis puisi diperlukan menekankan
keaktifan, imajinasi dan kreativitas siswa. Kurangnya kemampuan menulis puisi siswa di kelas V SD Negeri
13 Biru Bone tersebut, membuat peneliti
tertarik untuk mengadakan penelitian berkaitan dengan pembelajaran kemampuan menulis dalam rangka
meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa.
Berdasarkan hasil diskusi dengan guru kelas V di sekolah tersebut, diajukan solusi berupa penggunaan metode
Quantum Learning dengan teknik pengelompokan
(Clustering).
Teknik pengelompokan (Clustering)
dikembangkan oleh seorang penulis dan
peneliti bernama Dr. Gabriele L. Rico merupakan salah satu dari teknik belajar bermetode Quantum Learning.
Metode belajar Quantum Learning dikemukakan
oleh Bobbi DePorter dan Mike Herracki merupakan metode yang nyaman dan menyenangkan. Dalam metode Quantum
Learning teknik pengelompokan
(Clustering) merupakan salah satu dari tiga tipe teknik menulis sinergi, selain menulis cepat (fastwriting)
dan menunjukkan bukan memberitahukan
(Show Not Tell). (DePorter, 2011 : 180). Keunggulan teknik pengelompokan (Clustering) mampu
memberikan sugesti yang positif bagi siswa, guru,
atau penulis yang akan menulis. Menurut DePorter, seseorang dapat menemukan suatu kondisi yang disebut
dengan “AHA”, yaitu suatu kondisi ketika seseorang
penulis sudah merasa bahwa suatu kata dalam teknik kelompok (Clustering) telah memunculkan
titik awal ide yang akan ditulis dan mendapatkan sebuah
desakan yang tidak terbendung lagi untuk menulis. Teknik pengelompokan (Clustering) dapat
juga digunakan untuk berbagai jenis tulisan dari
laporan, esai, proposal, cerita hingga puisi.
Teknik pengelompokan (Clustering)
sejalan dengan kerja otak yang mengolah
gagasan atau ide dalam bentuk tanda-tanda, gambar, skema, dan warnawarna. Menurut DePotter (2011:182), teknik
pengelompokan (Clustering) memiliki
keunggulan-keunggulan sebagai berikut mampu melihat dan membuat hubungan-hubungan antara gagasan,
membantu mengembangkan gagasan-gagasan yang telah dikelompokkan, serta dapat
menelusuri jalur yang dilalui otak untuk
tiba pada suatu konsep tertentu. Penerapan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering)
diharapkan dapat digunakan oleh guru dalam
pembelajaran menulis puisi. Melalui penerapan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering)
guru dapat berhasil menjadikan siswa aktif
di dalam kelas dan minat siswa meningkat. Meningkatnya minat siswa maka akan banyak memperoleh pembendaharaan
kata dan siswa kaya akan konsep yang berupa
ide atau gagasan. Kemudian mampu tercipta lingkungan pembelajaran yang kondusif serta guru dapat
mengoptimalkan media pembelajaran menulis puisi.
Diterapkannya metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) ini diharapkan mampu
meningkatkan kualitas proses dan kualitas hasil
pembelajaran menulis puisi.
B. Hakikat
Metode Quantum Learning
Quantum learning pada
dasarnya adalah suatu konsep belajar dengan membiasakan
belajar dengan suasana nyaman dan menyenangkan. Suasana tersebut dapat membantu orang untuk
berkosentrasi dengan mudah mengerjakan pekerjaan
mental dengan rileks. Suasana menyenangkan dalam pembelajaran dapat diciptakan guru dengan peserta
didik yang terbuka dan penuh keriangan dapat
menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Lingkungan fisik belajar yang kondusif memungkinkan siswa dapat
beraksi dan berkreasi dengan penuh motivasi.
Penataan suasana hati dengan musik dapat meningkatkan kegairahan belajar (Darmansyah, 2007: 41).
Quantum learning merupakan
salah satu pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran
harus menarik dan menyenangkan karena pembelajaran yang menarik berarti mempunyai unsur
menggelitik bagi siswa untuk terus diikuti, dengan
begitu siswa mempunyai motivasi untuk terus mengikuti pembelajaran. Pembelajaran yang menyenangkan berarti
pembelajaran cocok dengan suasana yang
terjadi dalam diri siswa. Kalau siswa tidak senang, pasti juga siswa tidak ada perhatian. Ujung-ujungnya pasti siswa
jenuh dan masa bodoh (Suyatno, 2004: 1).
Metode Quantum adalah suatu metode belajar
yang menciptakan lingkungan belajar
yang efektif dengan cara menggunakan unsur-unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui
interaksi yang terjadi di dalam kelas. Interaksi yang
terjadi di dalam kelas melibatkan semua unsur yang ada, hal ini siswa diharapkan berperan serta (Bratasari,
2010: 6). Proses belajar-mengajar merupakan
interaksi yang dilakukan antara guru dengan peserta didik dalam suatu pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang
telah ditetapkan. Berbagai metode yang
dipergunakan dalam suatu pengajaran harus dijabarkan ke dalam metode pembelajaran. Metode pembelajaran Quantum
adalah seperangkat metode dan falsafah
belajar yang telah terbukti efektif di sekolah dan bisnis kerja untuk semua tipe orang dan segala usia.
Salah satu metode yang dapat diterapkan dalam proses
pembelajaran dan dapat
membangkitkan semangat keaktifan siswa dalam belajar mengajar adalah Quantum Learning.
Quantum learning merupakan aplikasi dari pengajaran Quantum Teaching. DePorter,
dkk (2011: 14) menyebutkan bahwa ada beberapa cara
yang dilakukan dengan metode pembelajaran Quantum, yakni : (a) berpartisipasi dengan cara mengubah
keadaan kelas dari yang semula biasa mejadi kelas
yang menarik; (b) memotivasi dan menumbuhkan minat siswa dengan menerangkan kerangka rancangan yang
dikenal dengan singkatan TANDUR (tumbuhkan,
alami, namai, demonstrasikan, ulangi dan rayakan); (c) membangun rasa kebersamaan; (d) menumbuhkan dan
mempertahankan daya ingat; dan (e) merangsang
daya dengar anak didik. Cara-cara ini pada dasarnya dapat menempatkan guru dan anak didik pada
keadaan yang dapat menuju keberhasilan belajar
dengan lebih cepat.
TANDUR merupakan inovasi baru dalam dunia
pendidikan. Menerapkan metode
pembelajaran dalam proses pembelajaran, diharapkan guru dapat lebih kreatif dalam menyajikan pembelajaran
sehingga siswa cenderung tidak akan merasa
bosan dan emosi siswa dapat lebih diperhatikan. TANDUR singkatan dari tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan,
ulangi, dan rayakan. Pada setiap tahapan
pembelajaran tersebut, siswa dikondisikan selalu berada dalam keadaan aktif sehingga tidak ada siswa yang
tidak terlibat dalam pembelajaran. Pembelajaran
TANDUR ini dilaksanakan dalam tiga seri pembelajaran dengan menggunakan keseluruhan tahap metode
pembelajaran TANDUR.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas,
dapat disimpulkan bahwa Quantum
Learning adalah metode pembelajaran yang nyaman dan
menyenangkan sehingga
menumbuhkan minat, motivasi, serta semangat siswa untuk berkosentrasi. Hasil pembelajaran dengan
metode ini lebih maksimal karena siswa tidak
bosan dan jenuh dalam pembelajaran.
C. Teknik
Pengelompokan (Clustering)
Teknik pengelompokan (Clustering) dikembangkan
oleh seorang penulis dan
peneliti yang bernama Dr. Gabriele L. Rico merupakan salah satu dari tipe belajar yang bermetodekan Quantum
Learning. Metode belajar Quantum Learning
dikemukakan
oleh Bobbi DePorter dan Mike Herracki yang pada awalnya
bertolak pada suggestopedia.
Dalam metode Quantum Learning Clustering merupakan
salah satu dari tiga
tipe menulis sinergi (DePorter, 2011: 180) selain teknik fastwriting (menulis cepat) dan Show Not Tell (menunjukkan
bukan memberitahukan). Beliau
berpendapat bahwa teknik pengelompokan (Clustering) merupakan salah satu tipe menulis efektif dan
menyenangkan. Teknik pengelompokan (Clustering)
mampu memberikan sugesti yang positif bagi siswa, guru, atau penulis yang akan menulis. Menurut
DePorter, seseorang dapat menemukan suatu
kondisi yang disebut dengan “AHA”, yaitu suatu kondisi ketika seseorang penulis sudah merasa bahwa
suatu kata dalam clustering (kelompok) telah
memunculkan titik awal ide yang akan ditulis dan mendapatkan sebuah desakan yang tidak terbendung lagi untuk
menulis. Teknik pengelompokan (Clustering)
dapat juga digunakan untuk berbagai jenis tulisan dari laporan, esai, proposal, cerita hingga puisi.
D. Pengertian
Teknik Pengelompokan (Clustering)
Suatu pengelompokan yang terbentuk diatas kertas
secepatnya, tanpa mempertimbangkan
kebenaran atau nilainya. Suatu pengelompokan yang terbentuk
diatas kertas hampir seperti proses yang berpikir di dalam otak, walaupun dalam bentuk yang sangat
sederhana. Pengelompokan adalah suatu struktur
yang mengalir bebas seperti struktur organik yang sama dengan diagram molekul yang dijumpai dalam
pelajaran kimia di SMU (Komaidi, 2011:
22-23).
Dalam pengelompokkan (Clustering) membantu
mengembangkan tulisan dengan
berbagai cara sekaligus melalui mengambil suatu gagasan dengan membuat percabangannya ke berbagai arah.
Clustering ini bertujuan untuk mengembangkan
ide yang biasa-biasa saja menjadi ide yang variatif. Teknik pengelompokan (Clustering)
merupakan sebuah teknik untuk mempersempit topik
yang masih umum dengan cara mengelompokkan beberapa kata yang memiliki relasi dan kedekatan hubungan
dengan topik tersebut (Anis : 2009).
Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan, penulis
menyimpulkan bahwa teknik
pengelompokan (Clustering) adalah sebuah teknik menulis yang bermetodekan Quantum Learning yang
mengalir bebas dalam mengumpulkan data
dan memilah-milah pemikiran atau ide yang saling berhubungan dan membuat percabangannya ke segala arah
tanpa mempertimbangkan kebenarannya
dan bisa membuat ide yang biasa saja menjadi ide yang variatif.
E. Manfaat
Teknik Pengelompokan (Clustering)
Lebih lanjut Hernowo
(2004: 122) menyatakan bahwa adapun manfaat dari
Clustering adalah sebagai berikut: Untuk menulis secara kreatif, mengelola jaringan pekerjaan, menuangkan
ide secara bebas, menjadikan rapat-rapat
lebih produktif. Dapat disimpulkan manfaat teknik pengelompokan (Clustering) adalah dapat
merangsang datangnya suasana gembira dalam belajar,
sehingga memunculkan sugesti yang positif bagi siswa. Teknik pengelompokan (Clustering) pun
mampu mengatasi hambatan menulis yang dihadapi
oleh penulis.
F.
Keunggulan Teknik Pengelompokan (Clustering)
Teknik pengelompokan (Clustering) sejalan
dengan kerja otak yang mengolah
gagasan atau ide dalam bentuk tanda-tanda, gambar, skema, dan warna-warna. Menurut Komaidi (2011: 23),
teknik pengelompokan (Clustering)
memiliki keunggulan-keunggulan sebagai berikut:
1) Mampu
melihat dan membuat hubungan-hubungan antara gagasan;
2) Membantu
mengembangkan gagasan-gagasan yang telah dikelompokkan; dan
3) Dapat
menelusuri jalur yang dilalui otak untuk tiba pada suatu konsep tertentu.
Dapat disimpulkan kelebihan dari teknik
pengelompokan (Clustering) sebagai berikut:
1)
Fleksibel, jika ada suatu ide yang
tiba-tiba muncul dalam ingatan dapat dengan
segera ditambahkan atau dituliskan di tempat yang sesuai tanpa harus mengubah susunan yang telah ada;
2)
Dapat memusatkan perhatian, dalam
menyusun sebuah tulisan. Pengelompokkan
(Clustering) dapat dijadikan sebagai alat untuk memusatkan perhatian para penulis
terhadap suatu ide pokok;
3)
Meningkatkan pemahaman, ketika membaca
hasil pengelompokan maka hal
tersebut dapat meningkatkan pemahaman dan memberi catatan tinjauan ulang;
4)
Menyenangkan, imajinasi, dan kreativitas
dapat menjadi perbuatan dan peninjauan
ulang yang telah menyenangkan.
G.
Langkah-langkah Penggunaan
Teknik Pengelompokan (Clustering)
Langkah-langkah
penggunaan teknik pengelompokan (Clustering) (Hernowo, 2004: 23-24) ada beberapa
prosedur atau langkah-langkah dalam penggunaan
teknik pengelompokan (Clutering). Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1.
Menuliskan gagasan utama berupa sebuah
kata atau frasa yang terlintas dalam
benak sebagai kata primer atau gagasan utama di tengah-tengah selembar kertas kosong tak bergaris
dengan huruf kapital dan tulisan yang lebih
tebal daripada tulisan yang lainnya, hal ini bertujuan untuk menandakan bahwa kata tersebut merupakan
kata primer lalu buatlah lingkaran
untuk melingkupi kata tersebut;
2.
Menuliskan hubungan-hubungan (asosiasi)
yang timbul dari gagasan utama
dan mengelompokkan di sekitar kata primer yang berada di pusat;
3.
Melingkari setiap kata yang telah
dikelompokkan di sekitar gagasan utama dan
menghubungkan dengan lingkaran yang berada di pusat dan tariklah garis;
4.
Meneruskan penulisan hubungan-hubungan
(asosiasi) dari kata-kata sekunder
yang memicu satu rantai atau asosiasi lain, menuliskan serta melingkarinya sekalipun tidak terlihat
hubungannya;
5.
Kembali pada kata primer (gagasan utama)
yang terletak di pusat dan meneruskan
membuat asosiasi yang terlintas dalam otak, kemudian melingkari dan menghubungkan dengan
menarik garis;
6.
Memerhatikan semua gagasan yang
dimunculkan dari satu kata setelah pengelompokan
terasa lengkap dan semua asosiasi telah terkumpul;
7.
Mencoret gagasan-gagasan yang dianggap
tidak berhubungan atau tidak ingin
dilanjutkan dan kembali menuliskan gagasan-gagasan sekunder yang memicu asosiasi-asosiasi lain;
8.
Menemukan “AHA” (desakan memulai
menulis) dan memberi nomor urut yang
tampaknya indah pada setiap kata atau gagasan dalam pengelompokan tersebut;
9.
Mengembangkan gagasan berdasarkan urutan
yang telah dibuat dalam pengelompokkan
ke dalam bentuk karangan atau tulisan. Tidak perlu untuk memakai semua kata atau gagasan
yang terdapat dalam pengelompokan,
cukup gagasan yang ingin digunakan saja.
Gambar
1. Contoh peng-Clusteran
H. Keunggulan
metode Quantum Learning dengan Teknik Pengelompokan (Clustering) dalam
Pembelajaran Menulis Puisi
Menurut DePorter (2011: 179), menulis adalah
aktivitas seluruh otak yang
menggunakan belahan otak kanan (emosional) dan belahan otak kiri (logika). Bagian logika adalah
perencanaan, outline, tata bahasa, penyuntingan, penulisan
kembali, penelitian, tanda baca. Sementara itu yang termasuk bagian emosional adalah semangat, spontanitas,
emosi, warna, imajinasi, gairah, ada unsur baru dan kegembiraan.
Hakim (2008: 15) menambahkan menulis adalah upaya
mengekspresikan apa
yang dilihat, dialami, dirasakan, dan dipikirkan ke dalam bahasa tulisan. Burroway (dalam Yusof, 2011: 136)
menyatakan pengertian menulis puisi seperti
berikut;
“The writing is also
autobiographical as well as invented; clearly, this affirms that subjectivity of
the writer informs the writing. The first writing assignment given to students is for them to
compose a concrete poem.
Also called pattern poetry, visual poetry or shaped poetry, concrete poetry emphasizes on
typographical arrangement of words, besides
the other conventional elements of poetry, such as meaning of words, rhythm, rhyme, style, etc.
to convey the intended effect. Hence, the visual arrangement of the text, images and symbols
work together as a whole
in creating the meaning. The final product will ineluctably disclose the writer’s self-position at the
time of the writing. An analysis of the students’ poems certainly reveals how the personal becomes
an inspiration
to the creative production”.
Pendapat Burroway dapat diartikan bahwa penulis
menginformasikan tulisan.
Puisi menekankan pada kata-kata yang indah. Sehingga dalam menulis puisi harus menggunakan kata-kata yang
indah, irama, sajak, gaya bahasa yang mengandung
maksud atau makna. Puisi siswa mengungkapkan proses produksi kreatif serta inspirasi dalam menulis
sebuah puisi. Menulis puisi dibutuhkan pemilihan
kata yang indah. Metode Quantum Learning dengan teknik Clustering pun
mampu mengoptimalkan kerja kedua belah otak. Kedua belahan itu disebut belahan otak kiri (left
hemisphere) yang menyukai ketertiban
dan bersimbolkan teks dan belahan otak kanan (right hemisphere) yang suka kebebasan dan bersimbolkan
gambar. Clustering mampu mengoptimalkan
lebih baik lagi peran otak kanan sebagai tempat munculnya gagasan-gagasan baru dan emosi yang
seringkali diabaikan dalam teknik pembelajaran
menulis tradisional.
Siswa kelas V SD tergolong anak-anak yang masih suka
bermain. Pembelajaran menulis puisi melalui
metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan
(Clustering) akan menimbulkan rasa senang siswa sehingga menumbuhkan minat dalam menulis puisi.
Simulasi kata dapat digunakan dengan
teknik pengelompokan (Clustering). Teknik pengelompokan (Clustering) sejalan
dengan kerja otak yang mengolah gagasan atau ide dalam bentuk tanda-tanda, gambar, skema, dan
warna-warna. Manfaat teknik pengelompokan
(Clustering) adalah teknik ini dapat merangsang datangnya suasana gembira dalam belajar, sehingga
menumbuhkan kreativitas kata-kata dalam
menulis puisi. Kata-kata yang digunakan dalam puisi menjadi beragam.
I. Kesimpulan
Hasil Implementasi
Penerapan metode Quantum
Learning dengan teknik pengelompokan
(Clustering) dapat meningkatkan kualitas proses menulis puisi. Hal
ini tampak pada kesungguhan,
semangat, dan antusias siswa saat diberi tugas membuat kerangka teknik pengelompokan (Clustering) dan
menghias puisi dalam proses
pembelajaran. Prosedur penerapan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering)
yang dapat meningkatkan keaktifan
siswa selama apersepsi, minat, dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran, serta
meningkatkan keaktifan dan perhatian siswa saat guru menyampaikan materi. Pada siklus I siswa yang tampak aktif selama apersepsi sebanyak 68%, mengalami
peningkatan menjadi 88% pada siklus
Pada siklus I minat
dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan
pembelajaran sebanyak 63%, mengalami peningkatan menjadi 80% pada siklus II. Pada siklus I perhatian
siswa saat guru menyampaikan materi sebanyak
60%, mengalami peningkatan menjadi 75% pada siklus II.
Penerapan metode Quantum
Learning dengan teknik pengelompokan
(Clustering) dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa
kelas V SD Negeri 13 Biru Bone.
Adanya peningkatan kemampuan menulis puisi
dilihat dari hasil belajar siswa dalam menulis puisi. Hal ini terbukti dengan meningkatnya hasil belajar
siswa dalam menulis puisi yang penilaiannya
didasarkan pada isi, diksi, rima, dan kesesuaian isi dengan tema. Peningkatan kemampuan siswa terjadi
pada siklus I hingga siklus II yang ditunjukkan
dengan semakin banyaknya siswa yang telah mencapai batas ketuntasan (KKM
65). Pada siklus I siswa yang telah mencapai
ketuntasan belajar sebesar 65% atau
sebanyak 26 siswa dan pada siklus II meningkat menjadi 88% atau sebanyak 35 siswa.
Penelitian ini
memberikan gambaran yang jelas bahwa keberhasilan proses dan hasil pembelajaran
dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya guru, siswa, metode
pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar. Pemilihan metode
pembelajaran yang kurang tepat akan berpengaruh pada kurangnya kualitas proses
siswa dalam pembelajaran serta rendahnya hasil belajar siswa. Oleh karenanya
dalam memilih metode dalam pembelajaran, guru hendaknya juga memerhatikan
kesenangan dan kebermanfaatannya bagi perkembangan peserta didik.
Penelitian ini
membuktikan bahwa melalui penerapan metode Quantum Learning dengan
teknik pengelompokan (Clustering) dapat meningkatkan kualitas proses dan
hasil belajar siswa dalam materi menulis puisi. Penerapan kerangka karangan Clustering
dalam pembelajaran merupakan langkah-langkah pembelajaran yang efektif.
Dimulai dari apersepsi dengan menyanyikan sebuah lagu dan bertepuk tangan yang
bertujuan untuk membangkitkan semangat siswa sebelum memulai pelajaran,
menghias hasil puisi bertujuan untuk membangkitkan minat menulis dan membaca
puisi, serta diakhiri dengan guru memberikan penghargaan atas usaha atau kerja
keras yang telah dilakukan siswa serta untuk memacu siswa agar lebih baik dalam
kegiatan pembelajaran selanjutnya. Oleh karenanya, penelitian ini dapat
dijadikan sebagai referensi untuk mengembangkan pengajaran bahasa yang lebih
kreatif dan inovatif, seperti dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi
tenaga pengajar yang ingin menerapkan metode Quantum Learning dengan
teknik pengelompokan (Clustering) di kelasnya. Metode Quantum
Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) dapat meningkatkan
kemampuan menulis puisi siswa karena melalui penerapan metode dan teknik ini
tidak sekedar dapat menumbuhkan kesenangan pada diri siswa namun juga dapat
melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, memupuk keberanian,
serta merespon sesuatu yang ada di sekitar. Respon-respon tersebut diungkapkan
melalui kegiatan menulis puisi. Dengan demikian, diakhir pembelajaran siswa dapat
mengungkapkan pikiran dan perasaannya secara tertulis dalam bentuk puisi.
DAFTAR
PUSTAKA
Bratasari,
Rochmadani. 2010. “Eksperimen Pendekatan Quantum Teaching dan Quantum
Learning terhadap pemahaman konsep pada anak sub normal”. Skripsi. (tidak
diterbitkan): UMS.
Darmansyah.
2007. Penelitian Tindakan Kelas. (Padang :Universitas Negeri Padang)
DePorter,
Bobbi (2011). The 7 Biggest Teen Problems and How To Turn Them Into
Strengths (Edriani Azwardi, Trans). Bandung: Kaifa. (Original work
published 2006)
Hernowo. 2004. learning
center, Bandung : Mizan.
Komaidi, Didik.
2011. Panduan Lengkap Menulis Kreatif. Yogyakarta: Sabda Media
Nurgiyantoro,
Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:
Gaja Mada University Press
Nurgiyantoro,
Burhan. 2008. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah, Yogyakarta: BPFE
Setyowati,
Anis. 2009. Upaya Meningkatkan Kecerdasan Verbal Linguistik Anak Melalui
Membaca. Surakarta: UMS
Suyatno, 2004 Teknik Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Surabaya: SIC
Tarigan, Henry
Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Yusuf, Syamsu.
2011. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.