Friday, February 2, 2018

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SCRIPT




PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN
MODEL KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE SCRIPT


P
endidikan dewasa ini menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi manusia, sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Meningkatkan kualitas SDM salah satu caranya adalah dengan melaksanakan pendidikan. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Taufiq, Mirkasa, dan Prianto (2011: 6) pasal 1 menyatakan :
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Pendidikan di Indonesia dimulai dari jenjang pendidikan dasar yang disebut sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA) serta dapat dilanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. Semua jenjang pendidikan penting, namun jenjang yang paling berperan bagi perkembangan peserta didik adalah jenjang pendidikan adalah sekolah dasar yang merupakan pondasi dari karakter peserta didik yang akan terus terbawa hingga jenjang pendidikan selanjutnya. Sekolah dasar merupakan bagian terpadu dalam sistem pendidikan nasional dan merupakan jenjang awal pembentukan karakter siswa.
Seiring pesatnya kemajuan teknologi, kebutuhan manusia akan pendidikan pun semakin besar. Hal itu menuntut pembaharuan kurikulum dan pembelajaran yang berkualitas dan sesuai dengan tuntutan zaman. Kurikulum sering dipandang sebagai rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar di suatu lembaga pendidikan.
Kurikulum yang digunakan di Indonesia adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang berorientasi pada pencapaian kompetensi. Kurikulum ini merupakan penyempurnaan dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK). KTSP bersifat desentralisasi dimana pola dan pengembangannya ditanggung oleh tiap-tiap daerah. Kurikulum tidak akan berjalan tanpa keterlibatan stakeholder yang menjadi kunci sukses dalam menghasilkan insan yang produktif, kreatif, dan inovatif sangat ditentukan oleh kepemimpinan kepala sekolah, kreativitas guru, aktivitas peserta didik, sosialisasi, fasilitas dan sumber belajar, lingkungan yang kondusif akademik, dan partisipasi warga sekolah.
Dari beberapa kunci sukses di atas, tentunya kita telah mengetahui bahwa pelaksana kurikulum yang paling berperan dikelas adalah guru. Guru merupakan pelaksana pendidikan dan pembelajaran dikelas. Mengingat tuntutan zaman yang semakin berkembang, maka dalam pembelajaran guru harus mampu menanamkan pengetahuan dan keterampilan sekaligus pada siswa. Salah satu keterampilan yang harus ditanamkan adalah keterampilan berbahasa Indonesia.
Keterampilan berbahasa Indonesia memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Keterampilan berbahasa Indonesia tidak hanya dipelajari teorinya saja namun juga praktiknya, oleh sebab itu keterampilan berbahasa Indonesia menjadi salah satu pendidikan utama yang diajarkan di sekolah terutama pada jenjang sekolah dasar yang dikenal dengan nama Bahasa Indonesia.
Mulyati (2007: 10) menyatakan “ada empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan mendengarkan, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.” Keterampilan-keterampilan tersebut merupakan aspek penting dalam kehidupan karena kegiatan manusia tidak terlepas dari komunikasi dengan sesamanya. Salah satu yang paling banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah keterampilan berbicara. Berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan atau informasi secara lisan. Keterampilan berbicara ini juga merupakan salah satu inti dari pembelajaran bahasa di sekolah dasar, karena dalam pembelajaran di sekolah menggunakan bahasa lisan sebagai media komunikasi yang efektif. Selain itu juga terdapat aspek penilaian unjuk kerja, seperti penilaian berbicara. Namun dewasa ini masih banyak peserta didik yang belum terampil berbicara didepan kelas. Fakta tersebut juga terjadi di SD Negeri Tanuharjo, Kecamatan Alian kabupaten Kebumen. Berdasarkan data nilai keterampilan berbicara siswa kelas IV SD Negeri Tanuharjo pada semester 1, menunjukkan 61,54% atau 16 siswa belum tuntas, hanya 10 siswa yang tuntas KKM 76, dan dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara siswa masih rendah. Banyak faktor yang menyebabkan keterampilan berbicara siswa kurang diantaranya dapat disebabkan oleh (1) kurangnya minat siswa berbicara karena pembelajaran kurang menarik, (2) siswa kurang terlatih dalam berbicara, (3) guru belum mencoba model pembelajaran yang menarik siswa mengemukakan pendapat/lisannya, (4) guru mendominasi pembelajaran.
Faktor yang mempengaruhi rendahnya keterampilan berbicara adalah model pembelajaran yang diterapkan guru dalam kelas. Guru masih sering menggunakan model pembelajaran yang berpusat pada guru (teaching centered) yang mengakibatkan siswa kurang aktif. Seyogyanya guru mencoba model-model pembelajaran yang terpusat pada siswa (student centered) agar lebih inovatif. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk memusatkan pembelajaran pada siswa adalah pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe, antara lain : (1) Teams Games Tournament, (2) Team Assisted Individualization, (3) Student Team Achievement Division, (4) Numbered Head Together, (5) Jigsaw, (6) Think Pair Share, (7) Two Stay Two Stray, (8) Role Playing, (9) Pair Check, dan (10) Cooperative Script.
Guru memerlukan model pembelajaran yang tepat untuk menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan sehingga materi dapat diserap dengan maksimal oleh peserta didik, dengan begitu maka tujuan pembelajaran dapat tercapai. Salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat diterapkan khususnya untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Script. Model ini dapat diterapkan dalam meningkatkan keterampilan berbicara, karena dengan menerapkan model ini siswa secara merata mendapatkan kesempatan untuk berbicara menyampaikan gagasannya sehingga keberhasilan keterampilan berbicara dapat tercapai.
Menurut Lambiotte, dkk dalam Huda (2013: 216) Cooperative Script adalah suatu strategi pembelajaran dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan dalam mengikhtisarkan bagian-bagian materi yang dipelajari. Strategi ini menurut Lambiotte ditujukan untuk membantu siswa berpikir secara sistematis dan berkonsentrasi pada materi pelajaran. Ciri utama strategi ini adalah mengarahkan siswa untuk meringkas suatu ide atau materi pelajaran dalam tulisan dan menyampaikan kembali secara lisan.
Salah satu kelebihan dari model pembelajaran Cooperative Script ialah dapat menumbuhkan ide atau gagasan baru, daya berpikir kritis, serta mengembangkan jiwa keberanian dalam menyampaikan hal-hal baru. Untuk lebih meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif pada siswa, dapat digunakan media untuk melengkapi proses pembelajaran.
Media pembelajaran merupakan suatu bentuk alat komunikasi belajar yang berfungsi sebagai penyalur pesan pembelajaran dalam berbagai bentuk fisik. Bentuk media pembelajaran meliputi dapat berupa buku, tape recorder, kaset, video-kamera, film, slide, foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. Salah satu media yang menarik dan mampu mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik adalah media gambar.
Media gambar adalah media visual yang berupa gambar yang dihasilkan melalui proses fotografi. Jenis media ini adalah gambar atau foto. media gambar/foto adalah media yang paling umum dipakai dalam pembelajaran dan memiliki beberapa keunggulan diantaranya bersifat kongkret, dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, mengatasi batasan pengamatan, memperjelas suatu masalah, mudah didapat dan mudah dalam penggunaanya.
Media gambar ini juga menarik karena tidak langsung memberikan suatu konsep pada siswa, namun membutuhkan pemahaman dalam menyaring informasi dari gambar. Hal ini tentunya secara tidak langsung akan merangsang perkembangan pola pikir peserta didik dan menuntut mereka untuk melakukan analisis terhadap materi yang disampaikan dari gambar/foto sehingga siswa akan terlatih untuk berpikir kritis dan kreatif.
Realita yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa model pembelajaran yang dilakukan guru sampai saat ini kurang sesuai dengan tujuan pembelajaran, model pembelajaran yang dilakukan guru masih konvensional, tidak bervariasi dan kurang menarik bagi siswa. Padahal banyak sekali model dan metode yang dapat dilakukan guru pada tiap pembelajaran. Dalam mengembangkan keterampilan berbicara peserta didik, model Cooperative Script juga belum pernah dilakukan oleh guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang pada akhirnya mengakibatkan rendahnya keterampilan berbicara peserta didik.
Tinjauan
Pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengonstruksi konsep dan menyelesaikan persoalan (Shoimin, 2014: 45). Pendapat tersebut sejalan dengan Suyatno (2009: 51) yang menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkonstruksi konsep dan menyelesaikan persoalan.”
Huda (2012: 32) mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif ialah metode pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang menempatkan siswa pada kelompok-kelompok kecil untuk dapat bekerja sama, saling membantu dalam pembelajaran dan mengerjakan tugas akademik.
Menurut Lambiotte (Huda, 2013: 213) Cooperative Script adalah suatu strategi pembelajaran dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan dalam mengikhtisarkan bagian-bagian materi yang dipelajari. Strategi ini ditujukan untuk membantu siswa berpikir secara sistematis dan berkonsentrasi pada materi pelajaran. Sedangkan Schank dan Abelson dalam Shoimin (2014: 49), “model pembelajaran Cooperative Script adalah pembelajaran yang mengambarkan interaksi antar siswa seperti ilustrasi kehidupan sosial dengan lingkungannya sebagai individu, dalam keluarga, kelompok masyarakat, dan masyarakat yang lebih luas.”
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Cooperative Script adalah sebuah model pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk berpasangan, berinteraksi, dan bergantian berbicara serta merespon pembicaraan mengenai materi pembelajaran yang ditentukan guru.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Script terdapat dua peran, yaitu peran sebagai pembicara dan pendengar. Pembicara tugasnya adalah menyampaikan gagasan atau ide, sedangkan pendengar bertugas merespon, mengkritik dan memberi masukan kepada pembicara. Dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Script maka pembelajaran akan lebih efektif dan merata pada semua siswa karena mereka memiliki kesempatan untuk berbicara mengemukakan pendapat.
Menurut Huda (2013: 213) langkah-langkah penerapan Cooperative Script adalah sebagai berikut : a) Semua siswa saling duduk berpasangan, b) Guru membagikan wacana kepada siswa untuk dipelajari dan diringkas, c) Setelah semua siswa memiliki ringkasannya sendiri, setiap pasangan diberi tugas untuk berperan sebagai pembicara atau pendengar, d) Pembicara membacakan ringkasan dan menyampaikan gagasan-gagasannya, e) Kemudian setiap pasangan bertukar peran f) Guru bersama siswa membuat kesimpulan, g) Penutup.
Hamid (2011: 220-221) menyatakan langkah-langkah Cooperative Script yaitu : a) Siswa dibagi menjadi berpasangan, b) Guru membagikan wacana/materi kepada siswa untuk dibaca, kemudian membuat ringkasan atau kesimpulan, c) Guru dan siswa menetapkan siapa yang menjadi pembicara dan pendengar, d) Pembaca menyampaikan ringkasannya selengkap mungkin beserta gagasan-gagasannya, e) Siswa yang menjadi pendengar menyimak dan mengoreksi, serta membantu mengingat materi yang diberikan seandainya pembicara lupa, f) Pasangan tersebut kemudian bertukar peran, yang semula menjadi pembicara menjadi pendengar, dan sebaliknya, g) Siswa bersama guru membuat kesimpulan dari materi yang telah dibahas bersama, h) Penutup.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Script yaitu :
a.      Guru membagi siswa menjadi berpasangan.
b.      Siswa diberi wacana atau materi oleh guru untuk dipelajari dan diringkas, kemudian guru bersama siswa menentukan siapa yang berperan menjadi pembicara dan pendengar.
c.       Guru menjelaskan tugas peran pembicara dan pendengar
d.      Guru mengarahkan siswa yang berperan sebagai pembicara untuk menyampaikan hasil ringkasan beserta gagasan-gagasannya dan siswa yang berperan sebagai pendengar mengoreksi dan memberi masukan.
e.      Guru membimbing masing-masing pasangan siswa bertukar peran, yang semula menjadi pembicara menjadi pendengar dan sebaliknya.
f.        Siswa bersama guru membuat kesimpulan.
g.      Guru menutup pembelajaran.
Dengan menerapkan langkah-langkah di atas, semua siswa akan aktif dan meningkatkan keterampilan berbicara siswa.
Cooperative Script adalah tipe pembelajaran kooperatif yang memiliki beberapa keunggulan. Huda (2013: 214) menjelaskan beberapa keunggulan Cooperative Script, yaitu :
a.      Dapat menumbuhkan ide-ide atau gagasan baru, daya berpikir kritis, serta mengembangkan jiwa keberanian dalam menyampaikan hal-hal baru yang diyakini benar.
b.      Mendorong siswa untuk mengemukakan idenya secara verbal.
c.       Memotivasi siswa yang kurang pandai agar mampu mengungkapkan pemikirannya.
d.      Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.
e.      Memudahkan siswa berdiskusi dan melakukan interaksi sosial.
Selain keunggulan, Cooperative Script juga memiliki kelemahan, menurut Huda (2013 : 215), kelemahan Cooperative Script diantaranya ketakutan beberapa siswa untuk mengemukakan ide dan ketidakmampuan siswa menerapkan strategi ini, sehingga banyak waktu tersita untuk menjelaskan pelaksanaan model ini. Namun, kelemahan-kelemahan tersebut dapat diatasi dengan memberikan motivasi pada siswa agar tidak takut dan percaya diri untuk mengungkapkan pendapatnya, serta memberi reward untuk siswa yang berani mengemukakan pendapat, ide serta gagasannya. Dalam menjelaskan model ini hendaknya guru tidak hanya menjelaskan langkah-langkah model sebelum pelaksanaan model, namun juga pada saat proses penerapan model ini berlangsung dalam pembelajaran, dengan kata lain guru menjelaskan sambil melakukan tindakan.

No comments:

Post a Comment

Semangat Kolaborasi Riset Membangun IKN Berbudaya: Desa Telemow Bersiap Menjadi Laboratorium Hidup Kearifan Lokal

  Penajam Paser Utara, 16 September 2024 – Gemuruh semangat pembangunan Ibu Kota Negara Nusantara di Kalimantan Timur bergema hingga ke pel...