Saturday, November 11, 2017

HAKIKAT PUISI (POETRY)



Secara etimologis, puisi berasal dari bahasa Yunani poeima yang memilki makna membuat, poeisis yang berarti pembuatan, atau poeitis yang memiliki arti pembangun atau pembentuk. Menurut bahasa Inggris puisi diambil dari kata poetry atau poem yang memiliki makna to create atau to make. Puisi dapat diartikan sebagai karangan yang memiliki bentuk berbait - bait yang diberi rima dan irama dengan kata-kata yang puitis dan memiliki bunyi yang indah. Menurut Sayuti (2002: 3) puisi dirumuskan sebagai sebuah bentuk penguncapan bahasa yang memperhitungkan adanya aspek bunyi dengan pengungkapan pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual penyair yang ditimba dari kehidupannya. Pengertian puisi diutarakan juga oleh pakar sastra yaitu Arifin (dalam Yunata, 2013: 76) yang berpendapat bahwa puisi adalah hasil sastra yang digubah dengan kata-kata pilihan yang terkait dengan berbagai syarat seperti bait, sajak, irama, dan sebagainya
Banyak pengertian yang dikemukakan oleh para ahli sastra tentang pengertian puisi. Menurut Waluyo (2002 : 1), puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata imajinatif. Altenbernd (dalam Pradopo, 2007: 5) memberikan definisi tentang puisi yaitu pendramaan pengalaman yang bersifat penafsiran dalam bahasa berirama. Pendapat lain dikemukakan oleh Carlyle (dalam Rosyid, 2009) yang berpendapat bahwa puisi adalah pemikiran yang bersifat musikal, kata- katanya disusun sedemikian rupa sehingga menonjolkan rangkaian bunyi yang merdu seperti musik. Sehubungan dengan penggunaan kata-kata dalam puisi. Coleridge (dalam Rosyid, 2009) juga mengemukakan bahwa puisi itu adalah kata-kata terindah dalam susunan terindah. Pendapat lain diungkapkan oleh Lamusu (2010: 33) pada penelitiannya yang mengungkapkan bahwa sejak awal puisi telah dihubungkan dengan kehidupan manusia yang diungkapkan melalui imajinasi yang hidup, susunan ritmik (irama), dan bunyi yang menyenangkan. Melalui imajinasi penyair, puisi dapat mengisahkan peristiwa, baik yang dialami oleh penyair maupun peristiwa yang terjadi di lingkungannya.

Menurut Sayuti (2002: 23-24), pemanfaatan bahasa dalam puisi memang berbeda dengan pemakaian bahasa pada umumnya. Hal ini secara instingtif disadari atau dirasakan oleh kebanyakan pembaca, bahkan oleh pembaca tak terpelajar sekalipun. Dalam sejumlah hal, puisi memang menggunakan kata-kata yang berbeda dengan kata sehari-hari, terutama sekali dalam hal strukturnya. Sesuai dengan konsep strukturnya. Aritoteles dalam Wellek dan Warren (1990) mengatakan bahwa puisi lebih filosofis dari sejarah karena sejarah berkaitan hal-hal yang sudah terjadi, sedangkan puisi mengungkapkan hal-hal yang bisa terjadi baik umum terjadi ataupun mungkin terjadi Selanjutnya, Mujiyanto (2007: 12) mengungkapkan bahwa: puisi tidak selamanya lembut menyentuh rasa haru dan menggetarkan, pun bisa murka dan mengutukutuk napas zaman yang berperan sebagai nahi mungkar (mencegah kemungkaran) di samping amal makruf (mengajak kebaikan).
Penelitian Masda (2012: 27) mengungkapkan sebenarnya sudah banyak definisi tentang puisi yang diberikan, akan tetapi banyak orang yang tidak puas dengan definisi tersebut. Pendapat di atas diperkuat dengan pernyataan Awaluddin (2011) dalam penelitiannya, ia melihat perbedaan-perbedaan setiap pengertian puisi. Akan tetapi, sebenarnya terdapat beberapa kesamaan yang bisa dijadikan rujukan mengenai pengertian puisi yang bisa diterima secara umum. Puisi dapat disimpulkan sebagai sebuah karya sastra yang unik, karena di dalamnya terdapat kata- kata imajinatif yang indah dan menggunakan bahasa yang padat dan tetap memiliki alur seperti halnya karya sastra yang lain. Menurut Herwan (dalam Mintari, 2012) puisi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.    Ciri yang paling menonjol dalam puisi adalah bahasanya. Bahasa dalam puisi penuh dengan bahasa konotatif, yaitu bukan bahasa yang sebenarnya atau bahasa kiasan, dengan disertai oleh pilihan kata atau diksi dan gaya bahasa atau majas.
2.    Bentuk tubuh puisi cenderung berlarik dan berbait, walaupun dalam perkembangan puisi modern bentuk tubuh puisi beragam, bahkan ada yang sangat mirip dengan bentuk tubuh cerpen.
3.    Puisi pada umumnya berbentuk monolog. Di dalamnya banyak ditemukan “aku-larik”, jarang puisi yang berisi dialog-dialog, meski tentu ada pula penyair yang menulis dengan menyelipkan dialog-dialog.
4.    Keterkaitan sebuah kata dalam puisi lebih cenderung kepada struktur ritmik sebuah baris daripada struktur sintaktik sebuah kalimat seperti dalam prosa.
5.    Puisi merupakan sebuah totalitas, maka ia akan terdiri atas berbagai lapis, seperti lapis bunyi, lapis arti fisik, lapis dunia yang terdiri atas dunia dalam gambaran penyair dan dunia metafisis, dan lapis makna.
Secara umum puisi dibentuk dua unsur, yakni dari unsur fisik puisi dan unsur batin puisi. Unsur fisik puisi adalah sarana-sarana yang digunakan penyair untuk mengungkapakn hakikat puisi. Unsur fisik puisi ini terdiri dari tipografi (perwajahan), diksi (pemilihan kata), imaji (pencitraan), kata konkret, bahasa figuratif (majas), dan versifikasi (berupa rima dan irama). Sedangkan unsur batin puisi halkikat puisi itu sendiri, yang terdiri dari unsur tema, rasa (feeling), nada dan suasana puisi (tone), dan amanat.
Pembentukan unsur-unsur dalam puisi dapat kita lihat dari pengertian puisi oleh Waluyo (dalam Rosyid, 2009) yang berpendapat bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengosentrasian struktur fisik dan struktur batinnya. Nurhayati (dalam Masda, 2012: 25) yang kemudian membagi unsur utama pembentuk puisi adalah sebagai berikut:
1.    Struktur Fisik Puisi
Struktur fisik puisi, atau terkadang disebut pula metode puisi, adalah sarana-sarana yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat uisi. Struktur fisik puisi meliputi halhal sebagai berikut :
a)    Diksi
Pemilihan kata yang sangat erat kaitannya dengan hakikat puisi yang penuh pemadatan. Oleh karena itu, penyair harus pandai memilih kata-kata agar komposisi bunyi rima dan iramanya memiliki kedudukan yang sesuai dan indah.
b)   Citraan
Citraan merupakan penggunaan bahasa untuk menggambarkan objek-objek, tindakan, perasaan, pikiran, ide, pernyataan, pikiran dan setiap pengalaman indera atau pengalaman indera yang istimewa. Citraan yang meliputi gambaran angan-angan dan penggunaan bahasa yang menggambarkan angan-angan tersebut.
c)    Kata-kata konkret
Merupakan kata yang dapat melukiskan dengan tepat, membayangkan dengan jitu apa yang hendak dikemukakan oleh pengarang.
d)   Bahasa figuratif
Bahasa yang digunakan untuk memperoleh kepuitisan, penyair menggunakan bahasa figuratif, yaitu bahasa kiasan atau majas.
e)    Rima dan ritma
Rima dan ritma merupakan pengulangan bunyi dalam puisi, dengan pengulangan bunyi tersebut, puisi menjadi merdu bila dibaca.
2.    Strukur Batin Puisi
Struktur batin puisi, atau sering pula disebut sebagai hakikat puisi, meliputi hal-hal sebagai berikut:
a)    Tema/ makna (sense)
Media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
b)   Rasa (feeling)
Rasa, yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
c)    Nada (tone
Nada, yaitu sikap penyair terhadap pembacaannya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dan lain sebagainya.
d)   Amanat/ tujuan/ maksud (intention)
Sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.
3.    Jenis-jenis Puisi
Secara umum, dikenal dua jenis puisi, antara lain:
a)    Puisi lama (klasik)
Puisi lama adalah jenis puisi yang susunan bahasanya sangat terikat oleh irama, matra, rima. Adapun penyusunannya terikat pada larik dan bait. Contoh puisi lama (klasik) adalah pantun, syair, gurindam, soneta.
b)   Puisi baru (modern)
Puisi baru adalah puisi yang penulisannya tidak lagi sepenuhnya patuh pada aturan baris, bait, irama dan rima. Puisi tersebut ditulis dengan corak yang lebih bebas. Penulisannya tampak seolah-oleh sebagai prosa, yaitu dengan menyusunnya sebagaimana paragraf prosa disusun. Ada pula yang disusun tanpa kata dan ditulis hanya berlandaskan pada unsur bunyi belaka. Jenis-jenis puisi modern Indonesia terbagi atas:
(1)   Puisi berpola adalah puisi yang susunan liriknya berupa bentuk geometris seperti belah ketupat, jajar genjang atau bulat telur.
(2)   Puisi konkret adalah jenis puisi yang sangat membatasi penggunaan bahasa sajak dengan pola yang menarik perhatian pembaca dan menyarankan suatu keutuhan visual.
(3)   Puisi dramatik adalah jenis puisi yang memenuhi persyaratan dramatik. Kualitas dramatik diperoleh dengan menggunakan dialog, monolog, diksi yang kuat, sajak awa rima, ataupun dengan menekankan tikaian emosional atau situasi yang tegang.
(4)   Puisi gelap adalah jenis puisi yang penulisannya sulit untuk dapat dipahami. Isi sajak tersebut tampak seperti tidak ada hubungan sama sekali antar satu kata dengan kata yang lain, antara satu baris dengan baris yang lain. Kesulitan memahami sajak yang ditulis dengan cara demikian menyebabkannya disebut dengan puisi gelap.
(5)   Puisi kanak-kanak terdiri dari sejumlah larik yang dibacakan atau dinyanyikan (untuk anak-anak), dan isinya mencakup soal berhitung, permainan, teka-teki, pendidikan dan sebagainya.
(6)   Puisi mbeling adalah puisi yang memiliki ciri kelakar karena penyairnya ingin mengajak pembaca untuk berkelakar, tanpa maksud lain yang tersembunyi. Untuk mencapai maksud kelakar tersebut penulis menggunakan permainan kata, memanfaatkan berbagai hal yang berkaitan dengan arti, bunyi, dan tipografi. Prinsip penulisan puisi ini apapun dapat dijadikan bahan penulisan puisi dengan bahasa yang bagaimanapun.
Menurut Sumardjo & Saini (dalam Mintari, 2012) jenis-jenis puisi dibagi menjadi tiga, yaitu puisi epik, puisi lirik, dan puisi dramatik.
a.    Puisi Epik
Puisi epik adalah jenis puisi yang panjang, menceritakan suatu peristiwa atau kejadian yang pada umumnya menyangkut tokoh-tokoh yang gagah perkasa , pemberani dalam membela kebenaran. Puisi epik terbagi menjadi tiga macam, yaitu:
b.      Puisi epos
Yaitu puisi berisi cerita yang panjang, bahkan didalamnya terdapat banyak anak cerita yang dirangkai dalam cerita pokoknya. Bentuk epos adalah bentuk puisi bercerita yang paling tua. Beberapa bangsa memiliki eposnya sendirisendiri, seperti epos Illias dan Odisee dari Yunani, epos Aeneas dari Romawi, atau epos Mahabharata dan epos Ramayana dari India.
c.       Puisi Fabel
Yaitu puisi yang berisi cerita tentang kehidupan binatang untuk menyindir dan memberi makna kehidupan pada manusia. Tujuan fabel adalah untuk memberikan ajaran moral dengan menunjukkan sifat-sifat jelek manusia melalui simbolsimbol binatang.

d.      Puisi Balada
Yaitu puisi cerita yang mengandung ciri-ciri sebagai berikut: bahasanya sederhana, langsung, dan konkret, mengandung unsur ketegangan, kejutan, dan ancaman dalam materi cerita, mengandung kontras-kontras yang dramatik, mengandung kadar emosi yang kuat, terdapat dialog didalamnya, ceritanya bersifat objektif dan impersonal.
e.       Puisi Lirik
Jika dalam puisi epik penyair bersifat objektif dan impersonal, maka dalam puisi lirik penyair menyuarakan pikiran dan perasaan pribadinya secara berperan. Dalam puisi lirik, pikiran, perasaan, serta sikap “aku” dalam sajak lirik merupakan pikiran, perasaan, dan sikap penyairnya. Puisi lirik adalah puisi yang sangat pendek, namun dapat diartikan pula sebagai puisi yang dinyanyikan, karena puisi lirik disusun dalam susunan yang sederhana dan mengungkapkan sesuatu yang sederhana pula. Pada umumnya puisi pendek dapat digolongkan kedalam puisi lirik.
Ditinjau dari maksud sajak, puisi lirik dapat digolongkan mejadi tiga, yaitu puisi kognitif, puisi ekspresif, dan puisi afektif.
a.    Puisi kognitif
Yaitu puisi lirik yang menekankan isi gagasan penyairnya. Puisi ini mementingkan tema yang biasanya berisi pernyataan ide, ajaran kebijaksanaan, yang diungkapkan dalam gaya bahasa yang sedikit prosais, yaitu cenderung bermakna tunggal.
b.    Puisi ekspresif
Yaitu puisi lirik yang menonjolkan ekspresi pribadi penyairnya. Puisi jenis ini menunjukkan spontanitas yang segar dan asli, namun kadang sulit dicerna karena ciri-ciri individualnya yang amat menonjol termasuk penggunaan lambang-lambang yang amat personal (pribadi).
c.    Puisi afektif
Yaitu puisi lirik yang menekankan pentingnya mempengaruhi perasaan pembacanya. Puisi jenis ini mengajak pembaca untuk ikut merasakan suasana batin penyairnya, sehingga sering pula jenis puisi ini disebut puisi suasana hati. Suasana hati yang diungkapkan penyair biasanya perasaan yang sulit dirumuskan, tetapi hanya dapat dirasakan.
Ditinjau dari segi isinya, puisi lirik dibagi menjadi Sembilan macam, yaitu elegi, hymne, ode, epigram, humor, pastoral, idyl, satire, dan parodi.
a.    Elegi
Puisi lirik yang berisi ratapan kematian seseorang. Elegi biasanya ditulis penyair langsung setelah kematian seseorang itu terjadi. Isi dari puisi elegi ini merupakan ratapan penyait terhadap kematian seseorang dengan mengenang jasajasanya atau janji-janji penyair kepada orang yang meninggal.
b.    Hymne
Puisi lirik yang berisi pujaan kepada Tuhan atau kepada tanah air. Puisi jenis ini biasanya bernada agung, khidmat, dan penuh kemuliaan.
c.    Ode
Yaitu puisi lirik yang berisi pujaan terhadap seorang pahlawan atau seorang tokoh yang dikaguli oleh penyair.
d.   Epigram
Puisi lirik yang berupa ajaran kehidupan. Sifatnya mengajar dan menggurui, bentuknya pendek, dan bergaya ironis.
e.    Humor
Puisi lirik yang mencari efek humor, baik dalam isi maupun teknik puisinya. Puisi jenis ini menekankan mutunya pada segi kecerdasan penyair dalam mengolah kata-kata maupun mempermainkan isinya.
f.     Pastoral
Puisi lirik yang berisi penggambaran kehidupan kaum gembala atau petani di sawah-sawah. Nada pada puisi ini cenderung sendu atau nostalgik, merindukan kehidupan padang gembalaan dimasa muda.
g.    Idyl
Puisi lirik yang berisi nyanyian tentang kehidupan di pedesaan, perbukitan, atau padang-padang. Isi dalam puisi ini biasanya penuh lukisan kehidupan dan pemandangan alam yang masih murni, manusia-manusia desa yang lugu, dan kehidupan yang sederhana.
h.    Satire
Puisi lirik yang berisi ejekan dengan maksud memberikan kritik. Nadanya memang humor, namun karena berisi kritik, biasanya nada humor itu berubah menjadi singgungan bagi yang terkena kritik tersebut.
i.      Parodi
Puisi lirik yang berisi ejekan, namun ditujukan terhadap karya seni tertentu. Dalam puisi jenis ini, karya seni yang menjadi sasaran biasanya dipermainkan arti dan bentuknya sehingga tercapai efek humor / lelucon sekaligus ejekan terhadap karya seni tersebut.
j.      Puisi Dramatik 
             Puisi dramatik pada dasarnya berisi analisis watak seseorang, baik bersifat historis, mitos, maupun fiktif ciptaan penyairnya. Puisi ini mengungkapkan suatu suasana tertentu atau peristiwa tertentu melalui mata batin tokoh yang dipilih penyairnya. Sang “aku” dalam puisi dramatik tidak identik dengan pribadi penyairnya. Sikap dalam puisi drmatik adalah sikap tokoh yang dipilih penyair yang biasa diungkapkan dalam monolog panjang tentang peristiwa atau suasana kritis yang dihadapinya. Isi puisi dramatik adalah analisis tokoh tentang situasi gawat yang dihadapinya sehingga terlihat jelas ciri-ciri watak tokoh tersebut.

1 comment:

  1. Halo, informasi yang bermanfaat admin. Jika sempat silahkan mampir ke blog saya di perjamuankhongguan.blogspot.com, dan jangan lupa untuk bertegur sapa lewat kolom komentar atau chat box ya. Salam kenal. Terimakasih.

    ReplyDelete

SEMIOTIKA DALAM KAJIAN ETNOLINGUISTIK

          Semiotik atau ada yang menyebut dengan semiotika berasal dari kata Yunani semeion yang berarti “tanda”. Istilah semeion tampaknya ...