Pendidikan menurut Undang-undang No.
20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Hal ini
dapat berlangsung apabila ada pemahaman tentang hakikat belajar dan
pembelajaran yang baik.
Proses belajar pada hakikatnya juga
merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Artinya, proses perubahan
yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat disaksikan. Manusia
hanya mungkin dapat menyaksikan dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku
yang tampak. Knight (1982: 82) menganjurkan lebih banyak kebebasan untuk
berekspresi bagi peserta didik dan lingkungan yang lebih terbuka sehingga
peserta didik dapat mengerahkan energinya dengan cara yang efektif.
Akan tetapi, tidak semua pendidik memahami tentang
hakikat belajar dan pembelajaran sehingga peserta didik belum diberi kesempatan
untuk menentukan harapan dan tujuan mereka. Perlu diketahui bahwa guru bukanlah
satu-satunya orang yang paling tahu. Maka, pembelajaran harus berpusat pada
peserta didik (child centered), tidak tergantung pada text book
atau metode pengajaran tekstual.Hakikat Belajar
Belajar adalah suatu aktivitas yang disengaja
dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan
diri. Menurut Gagne (1984), bahwa belajar adalah suatu proses di mana suatu
organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman (dalam Winataputra dkk,
1997, 2.3). Dari pengertian tersebut terdapat tiga unsur pokok dalam belajar,
yaitu: proses, perubahan perilaku dan pengalaman yang dapat dijelaskan ebagai berikut;
Belajar sebagai Proses
Belajar
adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan. Seorang
dikatakan belajar apabila pikiran dan perasaanya aktif. Aktivitas pikiran dan
perasaan itu sendiri tidak dapat diamati orang lain, akan tetapi dirasakan oleh
yang bersangkutan sendiri. Guru tidak dapat melihat aktivitas pikiran dan
perasaan siswa. Guru melihat dari kegiatan siswa sebagai akibat adanya aktivitas
pikiran dan perasaan siswa, contohnya: siswa bertanya, menanggapi, menjawab
pertanyaan guru, diskusi, memecahkan soal matematika, melaporkan hasil kerja,
membuat rangkuman, dan sebagainya. Itu semua adalah gejala yang nampak dari
aktivitas mental dan emosional siswa. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan
manifestasi dari adanya aktivitas mental (berpikir dan merasakan). Belajar
tidak hanya dengan mendengarkan penjelaskan guru saja (tidak harus ada yang
mengajar), karena belajar dapat dilakukan siswa dengan berbagai macam cara dan
kegiatan, asal terjadi interaksi antara individu dengan lingkungannya. Misalnya
dengan mengamati demonstrasi guru, mencoba sendiri, mendiskusikan dengan teman,
melakukan eksperimen, memecahkan persoalan, mengerjakan soal, membaca sendiri
dan sebagainya. Belajar hendaknya melakukan aktivitas mental pada kadar yang
tinggi. Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang
dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat.
(Sadiman, 1986;1)
Belajar sebagai Upaya Perubahan Perilaku
Hasil
belajar akan nampak pada perubahan perilaku individu yang belajar. Seseorang
yang belajar akan mengalami perubahan perilaku sebagai akibat kegiatan
belajarnya. Pengetahuan dan keterampilanya bertambah, dan penguasaan
nilai-nilai dan sikapnya bertambah pula. Menurut para ahli psikologi tidak
semua perubahan perilaku sebagai hasil belajar. Perubaha perilaku karena factor
kematangan, karena lupa, karena minum minuman keras bukan termasuk sebagai
hasil belajar, karena bukan perubahan dari hasil pengalaman (berinteraksi
dengan lingkungan), dan tidak terjadi proses mental emosional dalam
beraktivitas.
Perubahan
perilaku sebagai hasil belajar diklasifikasikan menjadi tiga domain yaitu:
Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik. Domain kognitif meliputi perilaku daya
cipta, yaitu berkaitan dengan kemampuan intelektual manusia, antara lain:
kemampuan mengingat (knowledge), memahami (comprehension),
menerapkan (application), menganalisis (analysis), mensintesis (synthesis),
dan mengevaluasi (evaluation). Domain afektif berkaitan dengan perilaku
daya rasa atau emosional manusia, yaitu kemampuan menguasai nilai-nilai yang
dapat membentuk sikap seseorang. Domain psikomotorik berkaitan dengan perilaku
dalam bentuk keterampilan-keterampilan motorik (gerakan pisik).
Pada
Pembelajaran perubahan perilaku sebagai hasil belajar yang ingin dicapai ini
dapat dirumuskan dalam bentuk tujuan pembelajaran atau rumusan kompetensi yang
ingin dicapai dengan segala indikatornya. Contoh rumusan tujuan pembelajaran
atau kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran: “Siswa dapat mengubah
pecahan biasa ke dalam bentuk pecahan decimal dan mengurutkannya” Kata dapat
mengubah merupakan perilaku hasil belajar yang akan dicapai dalam
pembelajaran.
Belajar sebagai Pengalaman
Belajar
adalah mengalami, dalam arti bahwa belajar terjadi karena individu berinteraksi
dengan lingkungannya, baik lingkungan pisik maupun lingkungan sosial.
Lingkungan pisik adalah lingkungan di sekitar individu baik dalam bentuk alam
sekitar (natural) maupun dalam bentuk hasil ciptaan manusia (cultural).
Macam-macam lingkungan pisik yang bersifat natural antara lain pantai, hutan,
sungai, udara, air, dan sebagainya. Bersifat cultural adalah buku, media
pembelajaran, gedung sekolah, perabot sekolah, dan sebagainya. Adapun
lingkungan sosial siswa diantaranya guru, orang tua, pustakawan, pemuka
masyarakat, kepala sekolah, dsb.
Lingkungan
pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang merangsang dan menantang siswa
untuk belajar. Guru yang mengajar tanpa menggunakan alat peraga tentu kurang
merangsang / menantang siswa untuk belajar. Apalagi bagi siswa SD yang
perkembagan intelektualnya masih mebutuhkan alat peraga. Semua lingkungan yang
diperlukan untuk belajar siswa ini didesain secara integral akan menjadi bahan
belajar dan pembelajaran yang efektif.
Belajar
merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat pelbagai unsur yang saling
terkait sehingga menghasilkan perubahan perilaku (Gagne, 1997: 4). Beberapa
unsur yang dimaksud adalah:
a.
Peserta didik
b.
Rangsangan (stimulus)
c.
Memori
d.
Respon.
Kegiatan
belajar akan terjadi pada diri peserta didik apabila terdapat interaksi antara
stimulus dengan isi memori, sehingga perilaku berubah dari waktu sebelum dan
setelah adanya stimulus tersebut. Apabila terjadi perubahan perilaku, maka
perubahan perilaku itu menjadi indikator bahwa peserta didik telah melakukan
kegiatan belajar.
Belajar
dapat dilakukan melalui pengalaman langsung maupun pengalaman tidak langsung.
Siswa yang melakukan eksperimen adalah contoh belajar dengan pengalaman
langsung. Sedang siswa belajar dengan mendengarkan penjelasan guru atau membaca
buku adalah contoh belajar melalui pengalaman tidak langsung.
Agar
kegiatan belajar mencapai hasil yang maksimal, ada hal penting yang harus
diperhatikan dan diupayakan. Hal penting ini merupakan pedoman atau ketentuan
yang harus dijadikan pegangan dalam pelaksanaan kegiatan belajar kita sebut
sebagai prinsip-prinsip belajar. Prinsip belajar inilah yang dapat menentukan
proses dan hasil belajar.
Prinsip Motivasi
Motivasi
merupakan motor penggerak untuk melaksakan kegiatan belajar. Motivasi berkaitan
erat dengan tujuan belajar, artinya apabila siswa menyadari bahwa tujuan
belajar yang akan dicapai merupakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya, dan
belajar merupakan kebutuhan pokok yang harus dilakukan , sehingga siswa akan
terdorong untuk melaksanakan dengan sungguh-sungguh dalam belajar. Motivasi
dapat muncul dari dalam diri yang belajar (motivasi intrinsik), dan muncul dari
luar diri yang belajar (motivasi ekstrinsik). Agar siswa dapat belajar secara
optimal, maka guru harus menggunakan strategi pembelajaran yang mampu
menumbuhkan motivasi ekstrinsik yang mampu menumbuhkan motivasi intrinsik.
Prinsip Perhatian
Perhatian
erat kaitannya dengan motivasi, bahkan tidak dapat dipisahkan. Karena motivasi
akan menentukan perhatian individu yang belajar dengan berusaha
memfokuskan/memusatkan perhatian pada objek yang dipelajari. Makin terpusat
perhatian pada objek yang dipelajari, maka akan semakin baik proses dan hasil
belajarnya. Dalam pembelajaran banyak cara untuk menarik perhatian siswa yang
belajar, oleh sebab itu guru harus terampil menampilkan teknik-teknik
pembelajaran yang menarik perhatian. Misalnya guru berusaha mengaitkan
pelajaran yang dipelajari dengan kebutuhan nyata siswa. Guru menggunakan
metode, alat peraga, media, bahan pembelajaran yang bervariasi dalam
pembelajaran, dsb.
Prinsip Aktivitas
Belajar
adalah suatu aktivitas, tetapi tidak semua aktivitas adalah belajar. Sudah
diuraikan di depan bahwa aktivitas yang disebut belajar adalah aktivitas mental
dan emosional dalam upaya terbentuknya perubahan perilaku yang lebih maju, dari
tidak paham menjadi paham, dari tdak terampil manjadi terampil, dan dari tidak
sopan menjadi sopan, dan sebagainya. Untuk meningkatkan aktivitas dalam belajar
guru harus merancang aktivitas belajar siswa secara mantap.
Prinsip Umpan Balik
Setiap akhir
pembelajaran siswa selalu ingin mengetahui hasil belajarnya, karena dengan
mengetahui hasil belajar tersebut siswa dapat menentukan sikap dan aktivitas
belajar selanjutnya, apakah harus mengulang belajar atau dapat melanjutkan
belajar materi berikutnya. Contoh umpan balik yang diberikan kepada siswa:
1.
Guru hanya mengatakan “pekerjaanmu
salah”
2.
Guru mengatakan “pekerjaanmu salah
pada bagian ini…”
3.
Guru mengatakan “pekerjaanmu salah
pada bagian ini..” kemudian menunjukkan mengapa siswa salah, dan siswa diminta
mengulang memahami materi dan melakukan perbaikan.
Di samping itu bagi guru yang
mengajar, umpan balik dapat menjadi barometer baik tidaknya/berhasil tidaknya program
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Bila masih belum berhasil, harus segera
dicari penyebab ketidak berhasilan, mengapa tidak berhasil, bagian mana yang
salah, serta bagaimana seharusnya program pembelajaran yang harus dilakukan.
Prinsip Perbedaan Individual
Belajar merupakan pekerjaan individu yang tidak
dapat diwakilkan kepada orang lain. Tanpa aktivitas belajar yang dilakukan
sendiri, maka sesorang tidak akan memperoleh kemampuan yang diharapkan. Jadi
belajar sebagai proses mental dan emosional merupakan aktivitas individual.
Meskipun guru mengajar siswa secara klasikal, akan tetapi hakekatnya guru
mengajar keragaman individual dalam satu kelas. Ada siswa yang bertipe auditif,
visualistis, audio-visualistis, ada siswa irama belajarnya cepat (cerdas),
sedang, dan lambat belajar. Untuk itu perlakuan yang disampaikan guru kepada
siswa hendaknya menyesuaikan keragaman tersebut. Misalnya, dalam pembelajaran
guru menggunakan metode mengajar/media yang bervariasi, guru mengelompokkan
siswa sesuai karakteristik siswa dalam kerja kelompok, guru menyiapkan berbagai
bahan pembelajaran/media pembelajaran sesuai karakteristik belajar siswa, dan
sebagainya. Atas dasar konsep belajar tersebut di atas, maka pembelajaran yang
dilakukan guru hendaknya dipersiapkan secara matang. Persiapan yang dilakukan
guru tidak sekedar membuat satuan acara pembelajaran saja, akan tetapi
komponen-komponen pendukung pembelajaran harus dipersiapkan dan dikembangkan,
diantaranya adalah komponen bahan pembelajarannya.
No comments:
Post a Comment