Di dalam proses belajar-mengajar, guru
harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien,
serta mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki
strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasanya
disebut metode mengajar. Ilam Maolani (2007: 1) menyatakan ”Metode secara
harfiah berarti cara.”
Dalam pemakaian yang umum, metode
diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan
dengan menggunakan fakta dan konsepkonsep secara sistematis. Sementara itu,
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Iskandarwassid dan Dadang Sunendar,
2008: 56) ”Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan
suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan”. Metode lebih bersifat
prosedural dan sistemik karena tujuannya untuk mempermudah pengerjaan suatu
pekerjaan. Dengan demikian, metode pembelajaran berarti cara yang berisi
prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan kependidikan, khususnya kegiatan
penyajian materi pelajaran kepada siswa. Metode pembelajaran memiliki tiga
kedudukan, yaitu:
1. Motivasi
ekstrinsik sebagai alat pembangkit motivasi belajar.
2. Metode
sebagai strategi pengajaran dalam menyiasati perbedaan individual anak didik.
3. Metode
sebagai alat untuk mencapai tujuan, metode dapat meningkatkan daya serap materi
bagi siswa dan berdampak langsung terhadap pencapaian tujuan.
Adapun beberapa metode yang sering
digunakan dalam pembelajaran menurut Checep (2008: 5) adalah:
1.
Metode
Ceramah
Metode ceramah adalah metode penyampaian
bahan pelajaran secara lisan. Metode ini banyak dipilih guru karena mudah
dilaksanakan dan tidak membutuhkan alat bantu khusus, serta tidak perlu
merancang kegiatan siswa. Pengajaran dengan metode ceramah sesungguhnya
terdapat unsur paksaan. Dalam hal ini, siswa hanya diharuskan melihat dan
mendengar, serta mencatat tanpa komentar informasi penting dari guru, padahal
dalam diri siswa terdapat mekanisme psikologis yang memungkinkannya untuk
menolak di samping menerima informasi dari guru. Inilah yang disebut kemampuan
untuk mengatur dan mengarahkan diri.
2.
Metode
Tanya Jawab
Metode tanya jawab dapat menarik dan
memusatkan perhatian siswa. Dengan mengajukan pertanyaan yang terarah, siswa
akan tertarik dalam mengembangkan daya pikir. Kemampuan berpikir siswa dan
keruntutan dalam mengemukakan pokok-pokok pikirannya dapat terdeteksi ketika
menjawab pertanyaan. Metode ini dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk
mengadakan penelusuran lebih lanjut pada berbagai sumber belajar. Metode ini
akan lebih efektif dalam mencapai tujuan apabila sebelum proses pembelajaran
siswa ditugasi membaca materi yang akan dibahas.
3.
Metode
Diskusi
Metode diskusi adalah cara pembelajaran
dengan memunculkan masalah. Dalam diskusi terjadi tukar menukar gagasan atau
pendapat untuk memperoleh kesamaan pendapat. Dengan metode diskusi, keberanian
dan kreativitas siswa dalam mengemukakan gagasan menjadi terangsang, siswa
terbiasa bertukar pikiran dengan teman, menghargai dan menerima pendapat orang
lain, dan yang lebih penting melalui diskusi mereka akan belajar bertanggung
jawab terhadap hasil pemikiran bersama.
4.
Metode
Belajar Kooperatif
Biasanya di dalam metode ini terjadi
interaksi antaranggota kelompok yang setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang.
Semua anggota harus turut terlibat karena keberhasilan kelompok ditunjang oleh
aktivitas anggotanya, sehingga anggota kelompok saling membantu. Model belajar
kooperatif yang sering diperbincangkan, yaitu belajar kooperatif model jigsaw
(tiap anggota kelompok mempelajari materi yang berbeda untuk disampaikan
atau diajarkan pada teman sekelompoknya).
5.
Metode
Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian
pelajaran dengan memeragakan suatu proses kejadian. Metode demonstrasi biasanya
diaplikasikan dengan menggunakan alat-alat bantu pengajaran, seperti
benda-benda miniatur, gambar, perangkat alat-alat laboratorium, dan lain-lain.
Akan tetapi, alat demonstrasi yang paling pokok adalah papan tulis dan white
board, mengingat fungsinya yang multi proses. Dengan menggunakan papan
tulis, guru dan siswa dapat menggambarkan objek, membuat skema, membuat
hitungan matematika, peragaan konsep, serta pendeskripsian fakta yang
memungkinkan.
6.
Metode
Ekspositori atau Pameran
Metode ekspositori adalah suatu
penyajian visual dengan menggunakan benda dua atau tiga dimensi, dengan maksud
mengemukakan gagasan atau sebagai alat untuk membantu menyampaikan informasi
yang diperlukan.
7.
Metode
Karyawisata/Widyawisata
Metode karyawisata/widyawisata adalah
cara penyajian dengan membawa siswa mempelajari materi pelajaran di luar kelas.
Karyawisata memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, dapat merangsang
kreativitas siswa, informasi dapat lebih luas dan aktual, siswa dapat mencari
dan mengolah sendiri informasi. Akan tetapi, karyawisata memerlukan waktu yang
panjang dan biaya, memerlukan perencanaan dan persiapan yang tidak sebentar.
8.
Metode
Penugasan
Metode ini berarti guru memberi tugas
tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Metode ini dapat mengembangkan
kemandirian siswa, merangsang untuk belajar lebih banyak, membina disiplin dan
tanggung jawab siswa, dan membina kebiasaan mencari dan mengolah sendiri
informasi. Tetapi dalam metode ini sulit mengawasi mengenai kemungkinan siswa
tidak bekerja secara mandiri.
9.
Metode
Eksperimen
Metode eksperimen adalah cara penyajian
pelajaran dengan menggunakan percobaan.
Dengan melakukan eksperimen, siswa akan menjadi lebih yakin atas suatu hal daripada hanya menerima dari
guru dan buku, dapat memperkaya pengalaman,
mengembangkan sikap ilmiah, dan hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan siswa. Metode ini
paling tepat apabila digunakan untuk merealisasikan
pembelajaran dengan pendekatan inkuiri atau pendekatan penemuan.
10.
Metode
bermain peran
Pembelajaran dengan metode bermain peran
adalah pembelajaran dengan cara seolah-olah
berada dalam suatu situasi untuk memperoleh suatu pemahaman tentang suatu konsep. Dalam metode ini, siswa berkesempatanm
terlibat secara aktif sehingga akan
lebih memahami konsep dan lebih lama mengingat, tetapi memerlukan waktu lama.
Sri Hastuti (1996: 71)”Hakikatnya tidak
ada satu metode pun yang dianggap paling
baik di antara metode-metode yang lain. Setiap metode mempunyai karakteristik tertentu dengan segala
kelebihan dan kelemahannya masing-masing.”
Suatu metode mungkin baik untuk suatu tujuan tertentu, pokok bahasan maupun situasi dan kondisi tertentu, tetapi
tidak tepat untuk situasi lain. Suatu metode yang dianggap baik untuk suatu pokok bahasan tertentu pun ada kalanya
belum berhasil dengan baik bila
digunakan oleh guru lain. Oleh
karena itu, menurut Checep (2008: 8) ada lima hal yang perlu diperhatikan guru dalam memilih suatu
metode mengajar, yaitu :
a. Kemampuan
guru dalam menggunakan metode;
b. Tujuan
pengajaran yang akan dicapai;
c. Bahan
pengajaran yang perlu dipelajari siswa;
d. Perbedaan
individual dalam memanfaatkan inderanya; dan
Sarana dan prasarana
yang ada di sekolah.
No comments:
Post a Comment