Media merupakan alat bantu dalam kegiatan
pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Media digunakan
dalam kegiatan pembelajaran karena memiliki kemampuan untuk (1) menyajikan
peristiwa yang kompleks dan rumit menjadi lebih sistematik dan sederhana, (2)
meningkatkan daya tarik dan perhatian pembelajar, dan (3) meningkatkan
sistematika pembelajaran. Sadiman (2009:4) menyatakan bahwa media adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta
perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
Dengan adanya media pembelajaran maka kegiatan
pembelajaran dapat berjalan lebih efektif dan efisien. Penggunaanmedia
pembelajaran yang tepat dapat membantu guru atau pendidik dalam menciptakan
berbagai situasi kelas, menentukan metode pengajaran yang akan dipakai dalam
situasi yang berlainan, dan menciptakan iklim emosional yang sehat diantara
siswa. Media pembelajaran juga dapat membantu guru membawa dunia luar ke dalam
kelas. Dengan demikian ide yang abstrak dan asing dalam pembelajaran menjadi
konkret dan mudah dimengerti oleh siswa.
Pada kenyataannya, seringkali kegiatan
pembelajaran berlangsung tidak efektif dan efisien. Banyak waktu, tenaga, dan
biaya yang terbuang sia-sia sedangkan tujuan belajar tidak dapat tercapai
bahkan terjadi kesalahpahaman dalam komunikasi antara pendidik dan siswa. Hal
tersebut masih sering dijumpai pada proses pembelajaran dewasa ini. Media
pembelajaran sangat diperlukan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia termasuk
pada aspek menulis puisi. Terbatasnya ketersediaan media pembelajaran yang
sesuaimengakibatkan lemahnya kompetensi siswa dalam menulis puisi. Media
pembelajaran menulis puisi yang ada masih sebatas media konvensional dan kurang
berkualitas. Hal ini menyebabkan siswa cenderung jenuh, bosan, dan tidak
terinspirasi. Media pembelajaran yang berkualitas adalah media yang selain
mampu meningkatkan kompetensi siswa juga dapat melatih mereka untuk
mengembangkan kreatifitas dan menanamkan nilai-nilai positif seperti pendidikan
karakter.
Meskipun melihat langsung alam sekitar dianggap
lebih efektif untuk mencari ide dalam menulis puisi, pada kenyataannya
pengondisian siswa menjadi lebih sulit karena lingkup untuk memonitor dan
mengontrol siswa menjadi lebih luas. Kendala lain adalah hasil karya siswa
dalam menulis puisi masih terpaku dengan diksi yang baku dan bait yang dibuat
cenderung mirip dengan pantun. Selain itu rima yang digunakan kurang mampu
mendukung maksud dan suasana puisi, tipografi belum tepat, tampilan puisi
kurang menarik, serta ketidakpahaman siswa menyesuaikan isi puisi dengan tema
yang mereka pilih menjadi indikator belum tercapainya kegiatan pembelajaran
yang diharapkan.
Kesulitan yang dihadapi siswa merupakan suatu kendala
pembelajaran menulis puisi di sekolah. Kurangnya kompetensi menulis puisi siswa
disebabkan karena siswa kurang tertarik dan bingung dalam pembelajaran. Siswa
cenderung jenuh, bosan, dan tidak terinspirasi. Hal tersebut terjadi karena
dalam pembelajaran guru masih menggunakan media konvensional berupa gambar atau
potret. Media yang seharusnya bisa menambah semangat dan memotivasi belajar
siswa menjadi suatu hal yang membosankan bagi siswa. Hal ini menjadi bukti
bahwa media pembelajaran yang digunakan masih belum sesuai dan kurang mampu
untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran menulis puisi.
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa
sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman,2002:6). Sejalan
dengan pendapat Sadiman, Usman dan Asnawir (2002:11) menyatakan bahwa media
pembelajaran merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat
merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan audien (siswa) sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Dalam dunia pelajaran, pada
umumnya pesan atau informasi tersebut berasal dari sumber informasi, yakni guru
sedangkan sebagai penerima informasinya adalah siswa. Djamarah (1995 : 136)
memberikan pengertian bahwa media pembelajaran adalah alat bantu apa saja yang
dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai Tujuan pembelajaran.
Selanjutnya ditegaskan oleh Munadi (2008:5) bahwa media pembelajaran adalah
sumber-sumber belajar selain guru yang diciptakan atau direncanakan oleh guru
yang berisi pesan ajar.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat
disimpulkan media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk
menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan
kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang kondusif,
bertujuan, dan terkendali.
Asosiasi Pendidikan Nasional (National
Education Association/NEA) memiliki pengertian yang berbeda. Media adalah
bentuk-bentuk komunikasi baik cetak maupun audio visual serta peralatannya.
Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca. Apapun
batasan yang diberikan, ada persamaan di antara batasan tersebut yaitu bahwa
media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari
pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
Menurut Sadiman (2003 : 6), media pembelajaran
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari
pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian,
dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Pesan atau
informasi yang disampaikan melalui media dalam bentuk isi atau materi
pengajaran itu harus dapat diterima oleh penerima pesan dengan menggunakan
salah satu gabungan beberapa alat indera mereka. Menurut Miarso (2004 :
458), media pembelajaran dapat diartikan segala sesuatu yang digunakan untuk
menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan
kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang
disengaja, bertujuan dan terkendali.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan suatu alat bantu yang dipakai
dalam proses pembelajaran, dengan maksud untuk menyampaikan pesan (informasi)
pembelajaran dari sumber atau guru kepada penerima dalam hal ini peserta didik
dan memungkinkan komunikasi antara guru dan siswa dapat berlangsung dengan
baik. Pesan atau informasi yang disampaikan melalui media dalam bentuk isi atau
materi pengajaran itu harus dapat diterima oleh penerima pesan dengan
menggunakan salah satu atau gabungan beberapa alat indera mereka.
Media yang digunakan sebagai alat bantu belajar ada
bermacam-macam jenis dari media grafis hingga media yang berbasis komputer.
Dalam pengembangan media sebagai alat bantu Edgar Dale yang diadopsi dari
Arsyad (2007 : 11), mengadakan klasifikasi pengalaman menurut tingkat dari yang
paling konkret ke yang paling abstrak. Klasifikasi tersebut disebut kerucut
pengalaman (Cone of Experience), sebagai berikut.
Berdasarkan kerucut pengalaman Edgar Dale dapat
disimpulkan bahwa pengalaman yang paling langsung adalah yang lebih efektif
digunakan sebagai media pembelajaran, karena siswa akan lebih mudah menyerap
suatu bahan ajar melalui pengalaman yang dialaminya. Proses pembelajaran pada
hakikatnya merupakan proses komunikasi, maka pesan yang dikomunikasikan dalam
bentuk materi pelajaran yang harus mudah dipahami oleh siswa, untuk itu pesan
tersebut haruslah disampaikan melalui suatu media pembelajaran. Keberadaan
media pembelajaran tidak dapat dipisahkan dengan media itu sendiri.
Miarso (2004:458-460), menyimpulkan bahwa ada berbagai
kajian teoretik maupun empirik menunjukkan kegunaan media dalam pembelajaran
yaitu: mampu memberikan rangsangan yang bervariasi kepada kita sehingga otak
dapat berfungsi secara optimal, dapat membatasi keterbatasan pengalaman
peserta didik, dapat melampaui batas ruang kelas, memungkinkan adanya interaksi
langsung antara peserta didik dengan lingkungannya, menghasilkan keseragaman
pengamatan, membangkitkan keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi
untuk belajar, memberikan pengalaman integral atau menyeluruh dari sesuatu
konkrit maupun abstrak, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
belajar mandiri, pada tempat dan waktu serta kecepatan yang ditentukan sendiri,
meningkatkan keterbacaan baru, meningkatkan efek sosialisasi, serta dapat
meningkatkan kemampuan ekspresi diri.
No comments:
Post a Comment