Teori strukturalisme adalah suatu
pendekatan yang mendeskripsikan
semua fenomena yang nampak pada struktur intrinsik teks puisi secara objektif-empiris.
Dimana di dalam sebuah karya sastra mempunyai sebuah stuktur yang unsur-unsurnya
atau bagian-bagiannya terjalin
erat. Bahwa dalam sebuah analisis
karya sastra harus mementingkan segi unsur intrinsik. Karya sastra bersifat otonom yang maknanya tidak ditemukan oleh hal di luar karya sastra itu
(Wellek, 1958: 24; Culler, 1977:
127 dalam Djodjosuroto 2006: 33).
Strukturalisme secara etimologis berasal
dari kata struktural,yakni bahasa
Latin yang berarti bentuk atau bangunan. Pengertian stuktur dalam ilmu sastra
sudah dipergunakan dengan berbagai cara. Secara kata struktur berhubungan erat dengan bentuk (Ashriyatin, 2010: 14). Oleh
karena itu, untuk dapat memahaminya
haruslah karya sastra dianalisis (Hill dalam Pradopo 1995:108). Teori struktural memandang karya sastra sebagai sebuah struktur yang unsur-unsurnya atau
bagian-bagiannya saling berjalin
erat, saling menentukan keseluruhan. Unsur-unsur
atau bagian-bagian lainnya dengan
keseluruhannya (Hawkes dalam Pradopo
1995:108).
Analisis struktural menurut Pradopo (2003:120) menyatakan bahwa analisis struktural sajak adalah analisis
sajak (dalam penelitian ini adalah
mantra) ke dalam unsur-unsurnya
dan fungsinya dalam struktur sajak dan
penguraian bahwa tiap unsur itu mempunyai makna dalam kaitannya dengan
unsur-unsur lainnya, bahkan
juga berdasarkan tempatnya dalam struktur.
Analisis struktural ini merupakan prioritas pertama sebelum yang lain-lain
(Teeuw, 1983: 61), tanpa itu kebulatan makna intrinsik yang hanya dapat digali dari karya itu sendiri, tidak akan tertangkap. Maka unsur-unsur karya sastra hanya dapat dipahami dan dinilai sepenuhya atas
dasar pemahaman tempat dan fungsi
unsur itu dalam keseluruhan karya sastra.
Bagi setiap penelitian sastra, analisis struktural karya sastra yang akan diteliti merupakan
suatu prioritas atau pekerjaan pendahuluan. Berarti analisis struktur adalah suatu tahap dalam
penelitian sastra yang sukar dihindari, sebab
setelah analisis semacam ini memungkinkan diungkap pengertian yang lebih mendalam.
Analisis struktural karya
sastra dapat dilakukan dengan mengidentifikasi,
mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur intrinsik fiksi yang bersangkutan. Dengan demikian, pada
dasarnya analisis struktural bertujuan
memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan
antar berbagai unsur karya sastra
yang secara bersama menghasilakn sebuah keseluruhan. Analisis struktur tidak cukup dilakukan hanya sekedar
mendata unsur tertentu sebuah karya fiksi
saja, namun lebih penting adalah menunjukkan bagaimana hubungan antar unsur itu dan sumbangan apa yang diberikan terhadap tujuan estetik
dan makna keseluruhan yang ingin dicapai (Nurgiyantoro 2003:37).
Teeuw
(1988:135) bahwa pada prinsipnya analisis struktural adalah bertujuan untuk
membongkar dan memaparkan apa yang dianalisis dengan cermat, teliti dan
semendetail mungkin dan mendalam, mungkin keterkaitan dan keterjalinan dari
semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama menghasilkan makna menyeluruh
dia juga menambahkan bahwa tugas dan tujuan dari analisis struktur justru
mengupas semendalam mungkin dari keseluruhan makna yang telah terpadu. Struktur
karya sastra itu merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antara
unsur-unsurnya terjadi hubungan yang timbal balik, saling menentukan. Jadi,
kesatuan unsur-unsur dalam sastra bukan hanya berupa kumpulan atau tumpukan
hal-hal atau benda-benda yang berdiri-sendiri, melainkan hal-hal itu saling
terikat, saling berkaitan dan saling bergantung(Pradopo 2000:118).
Hartoko
dalam (Taum 1995:38) menyatakan teori strukturalisme sastra merupakan sebuah
teori pendekatan terhadap teks-teks sastra yang menekankan keseluruhan relasi
antara berbagai unsur teks. Unsur-unsur teks secara berdiri sendiri tidaklah penting.
Unsur-unsur itu hanya memperoleh artinya dalam relasi, baik relasi asosiasi ataupun
relasi oposisi. Relasi-relasi yang dipelajari dapat berkaitan dengan mikroteks (
(kata, kalimat), keseluruhan yang lebih luas (bait, bab), maupun intertekstual
(karya-karya lain dalam periode tertentu). Relasi tersebut dapat berwujud
ulangan, gradasi kontras dan parodi.
Puisi merupakan struktur. Struktur di sini
dalam arti bahwa karya sastra merupakan
susunan unsur-unsur yang
bersistem, yang antara unsur-unsurnya terjadi hubungan timbal balik, saling
menentukan. Jadi kesatuan unsur-unsur dalam karya
sastra bukan hanya kumpulan atau tumpukan hal-hal
atau benda yang berdiri sendiri
melainkan hal-hal itu saling
terikat, saling berkait, dan saling
bergantung (Pradopo 1995: 118). Dengan demikian analisis struktural merupakan analisis struktur puisi terutama berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur-struktur
(Hawkes dalam Pradopo 1995: 119). Sementara itu Pradopo (1995: 119) menyatakan bahwa analisis
struktural puisi adalah analisis puisi ke
dalam unsur-unsurnya dan
fungsinya dalam struktur sajak dan
penguraian bahwa tiap unsur itu
mempunyai makna dan hanya dalam kaitannya dengan unsur-unsur
lainnya bahkan juga berdasarkan tempatnya dalam struktur. Puisi (mantra) adalah struktur yang merupakan susunan keseluruhan
unsur pembangun mantra yang meliputi: rima, irama, diksi, dan makna.
Penelitian struktural dipandang lebih
objektif karena hanya berdasarkan
sastra itu sendiri. Dengan tanpa campur tangan unsur lain, karya sastra tersebut akan dilihat sebagaimana cipta estetis. Strukturalis biasanya mengandalkan pendekatan egosentrik yaitu pendekatan penelitian
yang berpusat pada teks sastra
itu sendiri (Endraswara 2003: 51).
Pertama kali yang penting dalam lapangan semiotik, lapangan tanda, adalah pengertian tanda itu tersendiri. Dalam pengertian tanda ada dua
prinsip, yaitu penanda (signifier) yang menandai, yang merupakan
bentuk tanda, dan petanda dan penanda, ada tiga jenis
tanda pokok, yaitu ikon, indeks, dan simbol. Ikon adalah tanda hubungan antara
penanda dan petanda bersifat alamiyah, misalnya potret orang yang menandai
orang yang dipotret. Indeks adalah tanda yang bersifat kausal, misalnya asap
menandai api. Simbol adalah tanda yang tidak menunjukkan hubungan alamiyah
antara penanda dan petandanya.
Hubungan
tersebut bersifat arbiter, berdasarkan konvensi (perjanjian) masyarakat
(Pradopo, 1995: 121). Sastra merupakan karya imajinatif yang bermedan bahasa,
maka tanda-tanda yang utama dalam karya sastra itu adalah tanda kebahasaan
meskipun ada konvensi ketandaan sastra yang lain yang merupakan konvensi
tambahan. Konvensi itu diantaranya: perulangan, persajakan, pralambang, makna kiasan,
kata khusus. Dalam struktur mantra hubungan kalimat dengan kalimat yang lain akan
menimbulkan struktur makna dalam karya sastra. Ulangan-ulangan kata atau
kalimat dalam mantra akan menimbulkan efek intensitas atau efek yang lainnya
yang akan mendukung pemahaman tentang makna mantra. Konsep dan gagasan
strukturalisme, sebagaimana diterangkan diatas, dijadikan titik tolak dalam
menyikapi objek kajian. Dengan pendekatan struktural maka operasional kajian
diarahkan pada elemen-elemen mantra sebagai struktur verbal yang otonom, yang
meliputi diksi, kalimat, dan komposisi seutuhnya. Dengan cara kerja ini dapat
dideskripsikan ciri-ciri wujud komposisi mantra beserta seperangkat aturan
estetikanya. Oleh karena itu, untuk menganalisis karya sastra selain berdasarkan
teori strukturalisme diperlukan juga analisis berdasarkan semiotik.
Agar nilai-nilai
yang hanya dapat digali melalui analisis struktural
yang tidak terabaikan dan
analisis puisi tidak terlepas dari dunia luar puisi, maka analisis struktural digabungkan dengan
analisis semiotik. Lebih lanjut, konsepsi
semiotik pada intinya adalah memahami sepenuhnya karya sastra sebagai struktur, keterkaitan
struktur memperlihatkan ciri khas struktur sebagai sistem tanda yang bermakna.
No comments:
Post a Comment