Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, pesan, dan
informasi yang tertanam dalam pikiran, media penyampaiannya bisa melalui
lisan atau tulisan. Bahasa juga memiliki peran sentral demi
terciptanya masyarakat yang santun dan beradab. Seseorang dikatakan
santun atau tidak ditentukan oleh sikap berbahasanya meliputi nada dan
makna yang disampaikan.
Berbagai kebudayaan bisa saling menyatu karena ada salah satu aspek yang
mampu mengikatnya yaitu bahasa. Menurut Finocchiaro (1964:8) bahasa
adalah sistem simbol vokal yang arbitrer yang memungkinkan semua orang
dalam suatu kebudayaan tertentu, atau orang lain yang mempelajari sistem
kebudayaan itu, berkomunikasi atau berinteraksi.
Pembeda utama manusia dengan hewan terletak pada dua hal yaitu kemampuan berpikir dan kemampuan berbahasa.
Manusia mampu berpikir karena memiliki bahasa, tanpa bahasa manusia
tidak akan dapat memikirkan berbagai hal terutama berpikir secara
abstrak. Tanpa bahasa juga manusia tidak akan dapat mengomunikasikan
gagasan dan pikirannya kepada orang lain. Oleh sebab itu, jika ingin
mengungkapkan berbagai pemikiran dengan baik, maka manusia harus
menguasai bahasa dengan baik.
Keterampilan berbahasa memiliki dua unsur yaitu unsur logika dan linguistik, berbeda
dengan keterampilan berpikir hanya memiliki satu unsur yaitu logika.
Unsur logika terdiri atas isi, bahan, materi, dan organisasinya,
sedangkan unsur linguistik terdiri atas diksi, pembentukan kata,
pembentukan kalimat, fonologi (bunyi bahasa) untuk berbicara, serta
ejaan untuk menulis.
Setiap orang memiliki kemampuan berpikir dengan baik, namun tidak semua
orang memiliki kemampuan berbahasa dengan baik. Apa yang kita pikirkan
belum tentu akan kita ucapkan dan lakukan, namun apa yang telah kita
ucapkan itulah yang kita pikirkan dan lakukan. Bahasa dan berbahasa
mampu mendefinisikan pola jati diri, pola karakter, dan pola berpikir
seseorang.
Kemampuan seseorang dalam berpikir dan berbahasa sebenarnya bisa
diberdayakan, yaitu dengan melakukan usaha/aktivitas atau keterampilan
yaitu melatih diri kita untuk terampil. Kemampuan ialah kesanggupan
bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktik (Robbins,
2000:46) sedangkan keterampilan sama artinya dengan kecekatan. Terampil
atau cekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu dengan cepat dan
benar. Seseorang yang dapat melakukan sesuatu dengan cepat tetapi tidak
salah dapat dikatakan terampil. Demikian pula apabila seseorang dapat
melakukan sesuatu dengan benar tetapi lambat, juga dapat dikatakan
terampil (Soemarjadi, 1991:2). Berdasarkan pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa kemampuan adalah hasil akhir setelah adanya aktivitas
atau usaha (keterampilan), sedangkan keterampilan adalah sebuah proses
aktivitas atau usaha untuk menentukn hasil yang akan diperoleh
(kemampuan).
Seseorang dikatakan memiliki kemampuan apabila telah melalui dan
menyelesaikan sebuah proses, proses yang harus dilalui dalam bahasa dan
berbahasa ialah empat aspek keterampilan berbahasa. Keempat aspek ini
bukan hanya mendukung dalam ruang lingkup berbahasa saja melainkan dalam
ruang lingkup kehidupan pun saling berhubungan erat.
Menyimak
Keterampilan yang paling mendasar ialah menyimak. Setiap orang tentu
melakukan kegiatan menyimak, mulai dari mendengarkan berita, cerita, dan
berbagai informasi lainnya baik melalui TV, Radio, dll. Underwood
(1990) mendefinisikan menyimak adalah kegiatan mendengarkan atau
memperhatikan baik-baik apa yang ducapkan orang, menangkap dan memahami
makna dari apa yang didengar.
Menyimak berbeda dengan mendengar, mendengar hanya menerima informasi
yang diperdengarkan saja tanpa melalui penyerapan dan pemilihan
informasi dalam kinerja otak sehingga hanya tersimpan dalam short term memory(ingatan jangka pendek). Mendengar identik dengan masuk telinga kanan keluar telinga kiri,sedangkan menyimak adanya sebuah proses penyerapan dan pemilihan informasi dalam otak sehingga disimpan dalam long term memory(ingatan jangka panjang), di sinilah kinerja otak berkerja dan berkembang dengan baik.
Berbicara
Keterampilan berbicara pada umumnya dapat dilakukan oleh semua orang,
tetapi berbicara yang terampil hanya sebagian orang mampu melakukan.
Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide,
pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa
lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain
(Depdikbud, 1984:3/1985:7).
Keterampilan berbicara merupakan salah satu komponen dalm pembelajaran
bahasa Indonesia yang harus dimiliki oleh pendidik dan peserta didik di
sekolah. Terampil berbicara menuntut siswa untuk dapat berkomunikasi
dengan siswa lainnya. Seperti yang diungkapkan oleh Supriyadi (2005:179)
bahwa sebagian besar siswa belum lancar berbicara dalam bahasa
Indonesia. Siswa yang belum lancar berbicara tersebut dapat disertai
dengan sikap siswa yang pasif, malas berbicara, sehingga merasa takut
salah dan malu, atau bahkan kurang berminat untuk berlatih berbicara di
depan kelas.
Guru harus mampu menumbuhkan minat berbicara para siswa ketika di dalam
kelas. Ajaklah mereka untuk mempraktikkan teks pidato, puisi, berdrama,
dsb. Sehingga mereka bisa mengalami.
Membaca
Pusat pemerolehan berbagai pengetahuan keterampilan dari menyimak,
berbicara, dan menulis ialah membaca. Aktivitas membaca sama halnya
dengan pemerolehan, apa yang kita ketahui adalah dari apa yang kita
baca. Stauffer (Petty & Jensen, 1980) menganggap bahwa membaca,
merupakan transmisi pikiran dalam kaitannya untuk menyalurkan ide atau
gagasan. Selain itu, membaca dapat digunakan untuk membangun konsep,
mengembangkan perbendaharaan kata, memberi pengetahuan, menambahkan
proses pengayaan pribadi, mengembangkan intelektualitas, membantu
mengerti dan memahami problem orang lain, mengembangkan konsep diri dan
sebagai suatu kesenangan.
Membaca memiliki pengaruh terhadap perkembangan hidup kita, namun
banyaknya koleksi buku bukan berarti ia gemar membaca. Kegemaran membaca
akan tampak apabila seseorang mampu mengemukakan berbagai pengetahuan,
gagasan, dan ide-ide kreatifnya.
Menulisa
Tahap keterampilan terakhir ialah menulis. Menulis sebagai pusat
pengaplikasian berbagai pengetahuan yang telah didapat dari aktivitas
menyimak, membaca, dan berbicara kemudian mengalihkannya ke dalam
rangkaian kata dan bahasa yang memiliki makna dan tujuan. Pranoto
(2004:9) berpendapat bahwa menulis berarti menuangkan buah pikiran ke
dalam bentuk tulisan atau menceritakan sesuatu kepada orang lain melalui
tulisan. Menulis juga dapat diartikan sebagai ungkapan atau ekspresi
perasaan yang dituangkan dalam bentuk tulisan.
Orang yang gemar, pandai, dan telah menulis berarti ia telah mencoba
mengaktifkan indera yang ada pada dirinya melalui apa yang ia lihat,
dengar, rasakan, cium, dan raba kemudian teraplikasikan ke dalam
rangkaian kata dan bahasa.
Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan, namun menulislah hal
yang paling utama. Perbedaan utama antara menulis dan berbicara, yaitu
orang yang menulis lebih berani daripada orang yang banyak berbicara
tanpa memiliki makna dan tujuan. Orang yang hanya pandai berbicara belum
tentu pandai menulis, ia lebih mengandalkan daya orasi daripada
literasi.
Pemberdayaan keterampilan berbahasa sebenarnya bersumber dari
keterampilan membaca dan menulis, setelah itu menyimak dan berbicara
akan berkembang. Sebab siapa pun yang mampu membudakan baca dan tulis,
maka ia telah memiliki senjata dan sarana dalam membangun peradaban dan
tradisi masyarakat yang berilmu.
(Sumber:https://www.kompasiana.com/ajiseptiaji/5a436e0f5e1373752f7a5f23/keterampilan-berbahasa-dalam-pembelajaran-bahasa-indonesia)
No comments:
Post a Comment