IBUKU SAYANG, IBUKU MALANG
Ibuku sayang, duduk-duduk di tepi pintu menyandar pada daun pintu yang
hampir roboh diserang rayap. Tatapannya kosong, wajahnya pucat pasih, persis
seperti seorang yang yang tak bernyawa. Rambutnya seringkali disisir si bungsuh
sebelum ke sekolah. Kami miskin, tapi bukan berarti kami tak sekolah, kami tak
hidup dengan jeripayah bapak tapi kami bisa makan. Hanya saja Ibuku malang
jatuh dalam lubang yang dalam, tersungkur, sakit, bahkan hanya satu dua kali
nafanya tersisah. Tak tahan mata dan telinga menerima kenyataan ini. Sedih rasa
hati, sakit jiwaku, tak mampu lagi aku bertahan melihat lukamu. Cukup...cukup
tuhan, jangan menambah luka lagi,,,,sejuta jahitan ada disini, tak mampu lagi
ku melihat. Semakin sayang aku pada Mu, semakin kejam pula perlakuan-Mu.
No comments:
Post a Comment