Pendekatan
Psikologi Sastra
Semi (1993:76) menuliskan bahwa
psikologi sastra adalah
suatu displin yang memandang
karya sastra sebagai
suatu karya yang
memuat peristiwa-peristiwa kehidupan
manusia yang diperankan
oleh tokoh-tokoh imajiner
yang ada didalamnya atau mungkin
juga diperankan tokoh-tokoh
faktual. Sedangkan psikologi itu
sendiri merupakan ilmu yang membicarakan persoalan-persoalan manusia dari aspek
kejiwaan.
Pendekatan psikologi
dalam penelitian karya sastra berpijak pada psikologi kepribadian.
Artinya, penerapan psikologi
sastra terhadap karya
sastra sering diterapkan berdasarkan
karakter-karakter tokoh, perilaku,
dan perbuatan tokoh tersebut
(Sangidu, 2007: 30). Hal ini dapat dikaji ketika melihat psikologi pada
tokoh dalam sebuah karya sastra.
Hubungan antara
psikologi dengan sastra
telah lama ada,
semenjak usia ilmu itu sendiri. Menurut Downs (Ngalong, 2016: 29) menyebutkan
bahwa psikologi itu
sendiri bekerja pada
suatu wilayah yang gelap,
mistik dan paling
peka terhadap bukti-bukti
ilmiah. Dan wilayah
yang gelap itu memang ada
pada manusia, dari wilayah yang
gelap itulah kemudian muncul perilaku
serta aktifitas yang
beragam, termasuk perilaku
baik, buruk, kreatif, bersastra
dan lain-lain.
Pendekatan psikologi
sastra dapat diartikan
sebagai suatu cara
analisis berdasarkan sudut pandang
psikologi. Sudut pandang yang
bertolak dari asumsi bahwa karya sastra
selalu membahas tentang peristiwa
kehidupan manusia yang merupakan pancaran
dalam menghayati dan
menyikapi kehidupan. Akan tetapi,
mengkaji karya sastra dapat dilihat pada segi kejiwaan tokoh.
Fungsi psikologi itu
sendiri adalah melakukan penjelajahan kedalam batin jiwa yang dilakukan
terhadap tokoh-tokoh yang terdapat dalam karya sastra dan untuk mengetahui
lebih jauh tentang seluk-beluk tindakan manusia dan responnya terhadap tindakan
lainnya (Hardjana, 1991: 60).
Pendapat tersebut
dapat diperkuat oleh Wellek
dan Warren (1993: 81-93),
bahwa psikologi sastra memasuki bidang
kritik sasra lewat
beberapa jalan, antara lain
pembahasan tentang proses
penciptaan sastra. Pembahasan
psikologi terhadap pengarang (baik
sebagai suatu tipe maupun
sebagai seorang peneliti). Pembicaraan tentang ajaran dan
kaidah psikologi yang dapat ditimba dari karya sastra.
Psikologi sastra
merupakan suatu pendekatan
yang mempertimbangkan segi-segi
kejiwaan dan menyangkut
batiniah manusia (Hardjana, 1985:
66). Melalui tinjauan psikologi akan nampak
fungsi dan peran sastra
untuk menghidangkan citra manusia untuk memancarkan karya
sastra dan melukiskan kehidupan
manusia.
Menurut Schott
(Sangidu, 2007: 30), ada tiga macam
metode psikologi sastra yang dapat dimanfaatkan untuk menganalisis suatu karya
sastra.Pertama, menguraika hubungan ketidaksengajaan antara pengarang danpembaca.Kedua,
memahami kehidupan pengarang untuk memahami karyanya. Ketiga, menguraikan
karakter para tokoh
yang ada dalam
karya yang diteliti.
Sedangkan dalam
pandangan Endraswara
(2003: 97-98) ada
tiga macam pendekatan dalam psikologi
sastra. Pertama pendekatan
tekstual yang mengkaji aspek psikologis tokoh dalam karya sastra. Kedua,
pendekatan represif –pragmatik
yang mengkaji aspek
psikologis pembaca sebagai
penikmat karya sastra, yang
terbentuk dari pengaruh
karya yang ia
baca, serta proses
resepsi pembaca ketika menikmati
karya. Ketiga, pendekatan
ekspresif yang menkaji aspek
psikologis penulis dalam
proses kreatif yang
diwujudkan ke dalam karyanya.
Penelitian psikologi
sastra berlandaskan pada
asumsi dasar yang dipengaruhi oleh,
pertama, adanya anggapan
bahwa karya sastra
merupakan produk dari suatu
kejiwaan, kedua kajian
psikologi sastra di
samping menelitiperwatakan tokoh
secara psikologis juga
aspek-aspek pemikiran dan
perasaan pengarang ketika menciptakan karya itu (Endrawsrara,
2003:96).
Kajian psikologi
sastra adalah kajian
sastra yang memandang
karya sebagai aktivitas kejiwaan.
Seksualitas dari dimensi
psikologis erat kaitannya dengan bagaimana menjalankan fungsi
sebagai makhluk seksual, identitas peran atau jenis. Dari dimensi sosial dilihat pada bagaimana seksualitas muncul dalam hubungan antar
manusia, bagaimana pengaruh
lingkungan dalam membentuk pandangan tentang
seksualitas menjadi perilaku
seks. Dimensi perilaku
menerjemahkan seksualitas menjadi perilaku seksual, yaitu perilaku yang muncul berkaitan
dengan doronganatau hasrat seksual.Dimensi kultral menunjukkan perilaku seks
menjadi bagian dari budaya yang ada di masyarakat.
Hubungan antara
ilmu psikologi dengan
ilmu sastra adalah
ketika menggunakan ilmu psikologi
dalam menelaah karya
sastra. Pada karya sastra, baik
novel, cerpen, dan puisi terdapat penokohan.Kesinambungan ilmu psikologi adalah
saat mengkaji aspek kejiwaan baik tokoh maupun pengarang. Freud membedakan pikiran
manusia dalam tiga tingkat yaitu pikiran sadar (conscious mind) yang
berisi semua proses mental yang kita sadari; pikiran prasadar (preconscious
mind) yang berisi memori-memori yang dapat diingat kembali pada pikiran
sadar dalam kondisi tertentu; dan pikiran bawah sadar (unconscious mind)
yang berisi naluri-naluri (instincts) biologis, terutama
dorongan-dorongan primitif seperti seks dan agresi (Jarvis, 2006:48). Walaupun
manusia mengetahui apa yang terjadi dalam pikiran sadar, namun pengalaman masa
lalu yang tersimpan dalam alam prasadar dan naluri dalam alam bawah sadar tetap
memengaruhi keputusannya.
No comments:
Post a Comment