Saturday, November 28, 2015

PUISI



AIDA

Kau Bunga ku Aida..
Kau Hati ku Aida
Kau Sahadat ku Aida
Kau Kiblat ku Aida

Kau sengenggam ilham ilahi ku
Kau harimau di rimba ku
Kau mutiara di samudra ku
Kau pelita di alam gelap ku

Apa yang aku entahkan dari mu
Apa yang aku ragukan dari mu
Apa yang aku bantahkan dari mu
Apa yang aku bisukan dari mu

Bagi ku tawa mu adalah tawa ku
Bagi ku duka mu adalah duka ku
Bagi ku luang mu adalah luang ku
Bagi ku damai mu adalah damai ku

Tetaplah jingga dinuansa hati ku
Tetaplah hidup dalam kematian ku
Tetapalah bersetubuh dalam setiap nafas ku
Tetaplah sungging di Asri hidup ku
Tetaplah kobar dalam obor asa ku

 AKU

Aku ini siapa?
Aku budak yang mengenal tuan
Aku binatang yang tak mengenal kawanan
Aku langit tak mengenal jagat

Aku tak bernyawa
Aku Tak berhati
Aku Tak bernadi
Aku tak berjasad

Aku ini siapa?
Aku hidup tak bertuju
Aku hidup tak berkiblat
Aku hidup tak berakal

Tuhan ku saut dari ruang gelapku
Tuhan ku gapai tangan ku
Tuhan ku berikan nur dalam batin ku
Tuhan ku damaikan damaiku

Aku lunglai dalam gelapmu
Aku kaku di firmanmu
Aku derita dalam ujianmu
Aku asa ditakdirmu

Jika Engkau buta
Jika Engkau bisu
Jika Engkau hati
Jika Engkau tak berkasih, kirim aku ke liangmu

 LAKI-LAKI

Alam terbentang penuh karunia
Menciptakan makluk sesosok dirimu
Rupa tak elok
Ragamu tak kekar

Kau hanya terlahir dengan lidah yang merdu
Kekuatanmu didamba oleh para bunga penikmat
Kau laki-laki diatas laki-laki
Kau perkasa diatas keperkasaan

Ucapanmu tak pandang siapa
Ucapanmu membuat   Hawa lantas bugil tak berbusana
Buah abadi mereka yang menjadi keagungan itu santapanmu
Kau mampu merangkai kenikmatan semalaman bahkan setiap saat

Kerpekasaan apa yang kau miliki
Mampu membuat  satu desahanmu menjadi puluhan desakan kenikmatan mereka
Jarang dari mereka yang tak merintih ketika dibawah tindihanmu
Aku takluk atas apa kau miliki

Kemana bunga yang sudah kau petik
Kemana pasu yang telah kau pecahkan
Kemana madu yang telah kau hampaskan
Kemana kau terlantarkan mereka yang tak terhormat lagi

Kadang sebangsa kita bergetar berharap masih ada bunga suci yang tersisakan
Sekalipun itu sebuah khilap keatasNya
Mereka yang selalu menyapamu tak jenuh memanjatkan
Mengharapkan wahyu turun ke atasmu sekalipun karma menatamu

 GERBANG FBS (Fakultas Bahasa dan Sastra)
Bilasanya suria melunturkan akan sebuah malam
Tak pula kejenuhan melunturkan tatapanku 
ubahnya coretan mega di gerbangnya
Gerbang Ungu menjadi kebanggaan kami
Berpagarkan jeruji tajam tinggi menjulang
Sebagai benteng orasi-orasi muda penuh semangat
Gerbangnya menjadi garis wajib 
setiap pagi sore bahkan malam 
Jarang pula pagar belakang kelas menjadi lonjatan oleh tugas
aku melintasinya lima tahun tiga bulan dua puluh dua hari
untuk meraut kunci masa depan yang di damba
Ku telusuri jalannya dengan sejuta kenangan
Tiap langkah tertulis karangn cerita lembaranku
Langkah kiriku diringi palingan muka kearah kanan
Masih terpampang cotetan dinding hasil tangan angkatanku
Mencoretkan kata-kata penentangan dari semangat mereka
Sesekali ku palingkan wajah kearah kanan pojokan jalan
Masih terlihat kursi panjang tampak sedikit berai tak terawat
Kursi meningatkan ku dengan seorang bunga kampus
Aku sempat bergurau kasih selang menunggu ketibaan sang mahaguru
Kini taman disekelilinganya relung indah seiring waktu.
Aku hampir tak mengenali wajah-wajah berkostum hitam putih
Mereka hanya tunduk simpul menyapa ku
Separuh mereka menyapa “siap Senior”
Tu gelar dari jabatan FBS 09 yang ku sandang
Diujung jalanku baju camping rambut acakan menanti
melambai tangan senyum kagum
mereka rupa angkatan ku 
mereka tak kunjung bertoga
hahahahhahahahahhhaa(ketawa licik)
merekah tak mengendahkan lembaran DO yang akan mengancam
mereka teguh ria menikmati nada kelembagaan
walaupun jauh melangkah
azam dan citaku tetap terpaut oleh ikatan 
ikatan markas besar fakultas basaha dan sastra.
Kelak aku akan kembali dengan gelar
kepangkuan ibu asuh yg membesarkan dengan jutaan ilmu.
Sebagai mahaguru mereka yang dini

 KOTA PEMIMPIN
seiring hasrat
Yang terkabul oleh tekad
Membingkis sejuta kenangan 
keriuhan menanti setelahnya pasti
Laju kencana tak melepaskan pandangan bayangan lantara surga
Tak timbul tanya akan nama dari kotamu
Silang tersirat pula sebutan kotamu
Bukit kota yg berkolamkan samudera lepas
Tempat para cendikiawan bermunajat
Tempat sesuku bugis beradat kental
Kota pare-pare jadi julukan setempat.
kota Habibi pula sapaan separuh dari bangsa untuknya
Kota kelahiran pemimpin bangsa
Kota pelabuhan penyambung hidup
Kota tempat monument habibi ainun mencakar ke bumi
Kota kelahiran cinta sejati.

DONGENG SANG VETRAN
Kawan ku..
Jangan hanya terpaku terdiam
Membisu dengan harapan dan cita kosongmu itu
Sudahlah...
Kawan ku
Ini saatnya mengakatkan kaki
Dari Dataran Rayamu
Diseberang sana masih ada kehidupan yang menjanjikan
Yakinlah dsana qt mampu mengubah peradaban diusia muda ..
Lihatlah dirimu
Kulit mu kering
Sekering kantongmu
Wajahmu kusut
Sekusut bajumu
Kawanku
Lupakan cerita dongeng Kegemilangan negerimu yg acapkali dibanggakan ole moyang vetranmu itu Buktinya...
Lihatlah dan bukalah matamu
Moyang vetranmu sendiri jadi peminta-peminta dibahu jalan 
mereka diterlantarkan oleh negerimu sendiri..
Mana balasan negerimu
Ketika negerimu merintih oleh penindasan penjajah kala itu..
Tidak ada lagi Haru ketika menyimak Nyanyian Hening cipta dikomandangkan melainkan hanya tawa tak bermakna..
Kawanku
Negerimu sekarang layaknya panggunggung sandiwara 
Yang acapkali disutradarai Oleh setan yg bertopengkan manusia bangsat....
hahhaha sungguh aib kawanku..
Pancasila simbol negaramu pun menangis menyimak setiap rapat Oleh mereka yg bergelar Utusan dari rakyat
Bagaimn tidak.
Semua itu hanya formalitas di kasat mata saja
Permainan sebenarnya ada diblakang layar
Harta yg disiapkan untuk ksejahtera mu... 
diolah pihak dengan serakahnya 
Koruptor memakan 
bahkan bagikan nafka unk istri anak dan cucu2nya. "Dasar penggelap keparat"
Kamu terjajah oleh bangsa sendiri..
Negeri mu ini negari pesulap
Menyulap segalanya 
Merekalah penguasa mutlak
pepemimpin berhatikan Khalifa mereka keadilan
ini kan parah namanya kwanku
Apa yang mereka tidak mampu lakukan dengan saku penuh dengan uang Korupsi?
Keadilan..
Neraca timbagannya kini tak lagi imbang
Hehe beratan uang dari Sila ke 5.

Peraturan ksewenangan………
Kawan ku jangan perna jadi budak di negari sendiri
  
BULAN

Alang mahasuci atas kekuasaanmu
Menciptakan ribuan keindahan dalam keabadian
Mewahyukan penonema indah dikeheningan malam
Membingkiskan senduh cahaya di alam gulita

Sekali lagi aku terpaku memandangi penuh ketulusan
Menghibakan rasa diantara cahayanya
Sapaan bentuk mengais jiwa
Meninggalkan perih oleh waktu disiangmu

Bentuknya tak selamanya utuh
Bentuknya ubah seiring suasana hatiku
Bentuknya seketika membuat hati yang resah menjadi tawa
Bentuknya dapat cerna malam kemalamnya

Aku takluk dengan pesona purnamamu
Acapkali aku menyuamu bila malam menyising tiba
Batinku lebih damai memandangnya
hingga aku leka bersimpul dalam doa keatasMu.

Kadang jiwa ini tersulap oleh bias cahayamu
gunda sekilas lara dikeheningan malam aka sirna
Dia tak bersuara hanya mendengar
Yang Esa tidak buta akan diriku

Menciptakan kawan dalam sunyi kesendirian
Aku biasa berdendang ria dibawa hangat cahaya bulan
Aku mengkhayalkan keindahan bunga ku
layaknya memandangi bentuk purnamamu

Kini aku mulai Murtad
Membagikan kasihku dengan keindahanMu
Aku  lupa lafaz-lafaz dzikirMu
Cinta ku kini tak seutuhnya.

 PENGEMBARA
Aku seorang pengembara
Mereka menuturkan
Aku seorang musafir
Melangkah,berlari,merayap,berenang sekalipun terbang

Untuk menemukan akan arti keabadian dalam kedamaian hidup
Mengatur langkah mengejar bayangan mimpi
Menjejaki segunung cintaNya
Aku adalah pengembara
Mengarungi lentang samudra kehidupan
Menjelajahi dataran garis takdirNya
Berkelanan menemukan arti kesahihan yang hakiki

Tatkala ku berpacu badai
Sering ku berteman petir
Seketika ku bertemu binatang buas
Kadang ku bersua si bajak

Tak sengaja ku letih…
Perna ku lunglai
Seringkali ku tersandung
Kadang jua ku menyerah….
Sejenak dalam simpul ku tertati termangu
Memandangi corak awan mendung dan cakrawala biru
Dilubuk sanubariku ku menyapa
Betapa arti damainya di puncak sana
Seketika pula dalam bisu ku terpaku
Menunduk tuju ke tanah kemarau dan gersang

Takkala nurani ku menyapa
Betapa siksanya di kedalaman sana
berdiri ku setelah silah ku
Ku terjaga dalam bisu ku
Ku lantas berdiri tegak gagah
Melangkah lurus menyelusuri akan jalan

kadang jalan itu penuh bebatuan tajam
kadang jalan itu berlumpur
kadang jalan itu halus
kadang jalan itu landai

Ku melangkah sesekali berpaling ke kiri
Disana penuh kenistaan
Ku berjalan dan berpaling ke kanan
Disana penuh keindahan

Pujuk dan rayuan bertubi
Dalam laraku ku bertanya
Manakah jalur yang kau tempuh
Wahai.... sang pengembara

TIDAK WARNA SENJA
Senja?
Senja hanyalah warna alam 
hari kemarin harii ni lusa dan hari brikutnyanya...
warnannya tidak akan mampu merubah sebentuk takdir

Hanya mereka pecundanglah mengagumi keindahanya
Aku sedikit risih menatap senja
senja adalah pembatas waktu
mengais sesuatu dicerah hari tunas sederajatku

Batu harapan yang ku genggam
adalah apa yang ku sentuh wujudnya
bukalah bayangan warna senja
tidak memberikan apa-apa melaikan
warna menyautkan sebuah malam panjang

Canting yang dulu sekarang dan lusa bak melukis diaksara ku
tak lagi akan menfasir warna lelahku 
Tak pula seindah lukisan

lukisan nasibku yang serba untung-untungan
tidak akan perna ada sebentuk Lukisan
harapan dan perjuangan oleh warna dibelatara fana ini
Dan senja merah jambu merupakan warna
lelah sang suria membakar kulit tipisku
penghalangi mencari arti sebuah keabadian.

Malam,
Hanya mengingatkan aku tentang rindu bayangan perih yg menantiku
Yang terkadang tertutup awan hitam
Dan hilang disepertiga malam oleh keluh lelahku
Ia jua akan mengejutkan ku oleh sebuah kesibukan
Kesibukan dalam kubus persinggahan Al-Malik ini
Aku masih berharap selamanya.....
agar awan mendung kelabu membias warna keindahan semu darinya.

SENJA DIPANGKUAN SAHABAT

Bias warni Merah senja ini
menjadi lambang perwujud semangatmu sahabat
Dipelabuhan kecil inilah Utuh saksi segala azam
angan mu tertanam bersama hembusan riuh angin senja
Seindah warni senja Hari kemarin,senja hari ini
tetap seutuh hasrat untk menaklukan segalanya

Seringkali keluh kesah mu
kau Suarakan
nyanyian kepiluan berakhir seiring senja berlabu
Perih tawa yg menantimu 
kau Yakin diri akan kegemilangan
teriakkan diwarna merah kegelapannya

Hingga hari ini
senja masih muram dgn warnanya gigih
menanti Akan sapaan kehadiranmu seperi biasanya
Terkadang dunia Fana yg kau lintasi
tampak pada warna tak menentu senja sore ini

Sahabat ku
berjuanglah disegenap Raga taklukkan
hasrat dan cita bersama mimpimu..
Kelak kau akan kembali
jaya memangkuh akan indahnya
senja di pelabuhan kecil ini


BANGGA DENGAN KEBODOHAN

Dibawah bayangan kibar sakamu
Aku kmbali menatapmu penuh hasrat
Cucuran keringat
Petanda kesungguhanku

Aku dan bangsa naif ini
Datang mengadu meminta-minta 
lagi hasil tawanan kayamu
Bangsa malas
jauh beradap di Negeri mereka sendiri,

Tapi ya
mereka cuman bergurau senda
Kami segenap bangsa ini
belum mengayam sebuah bingkisan
kepuasan atas segala limpahan yg Esa di Negerimu

Tapi..
kami perna meminta hasil raya disebelah Iran Jaya mu 
Kami menggali semua harta peninggalan dari perutmu
Lantas kami penyandang akan gelar bangsa pemalas 
menghulurkan pula
Pada mereka sebangsa penjajah
menguras habis

Tapi Kami senang degan bahagia
Menerima sbagian ufti sepikul dari jutaan karung hasil tanahmu
Bahkan disebelah Timur Timur kami memisahkan
saudara hitam kami dibiarkan
berdiri sendiri tanpa ada sedikit rasa penyesalan

Kami sangat arif mengelolah hartamu...
sejenak saja saku-saku dalam kami penuh... 
mereka mereka yang peminta
Mereka adalah sampah

bangsa kami hidup dlm kepura-puraan belaka..
Perseten dengan mereka
Kami paling ahli dlm mmbagikan secara saksama
Dikolammu,
Biarlah mrka mengambil separuh siput-siput mu
masih banyak didasar kolam yang mereka tidak gapai

RAIB BANGSA KU

Diutaramu
Bangsa sebaik kami
penuh keramaan keiklasan

memberikan balokan hutan pertahunnya 
mereka suka mengubah garis batas
itu tidak masalah
agar batas kelihatan rapi dri langit

tak mengapa 
dibeli murah sudah
lebih dari banyak hasil mereka 
ambil saja kami ihklas

sekalipun mereka meminjam
kulit bah bungamu sedikit senda
itu sebentuk hadiah untuk mereka dan rajanya
Kami suka semburan lumpurmu
Kmi perna bermain lumpur di kota pejuangmu
Hanya sdikit membuat batuk
membentuk dtaran debu baru
Bukan kah itu sebuah kberhasilan

Awal bulan
kami senang
mendapat banyak kantung beras
Hnya sdikit percikan api di rimbaan pepohonan sabangmu
untuk Aroma Kepulan asapnya

tak mngapa menyebar kemana-mana
agar mereka tahu
bangsa kami sedang berperta ria
Kami bangga sebagai bangsamu


 HAMPA

Laksa tersesat ditengah gurun sahra yang hampa,
sediri dalam gelap,
tak seorang menyapa,
juga sedikit cahaya

alam sadarku terasa hambar,
kelam,
gunda,
juga gulita

adakah wahyu dari Khalid ku,
hidayahMu untuk ku,
sayang Mu untuk ku,
bahkan hiba Mu untuk ku?

kurnikanlah segela kekuasaanMu,
kelak menjadi kalbu hening dan tenang,
setiap waktu,
dimanapun,
kapanpun,
selamanya


 PANGGILAN BERAHI
Hari terasa genap empat tahun lamanya
berpijak dihalaman karibku
Keharian
Bermimpi dan melamunkan bersua berasmara dan cumbumu

Ya
Seperti yang berkali kita lakukan secara bisu digubuk kecil pojokkan sawahmu...
Sebelum kepergianku
Panggilan berahi memaksaku memuputuskan untuk beranjak menemui plang dirimu 
Melakukan apa yg wajib wahai kekasihku....
Kabar ketibaanku
Seolah membongkar kokohnya benteng keimananmu
Keimananmu
yang berulangkali disuarakan oleh karib-karibku 
Ntah itu surat
Ntah itu pesan singkat
Ntah itu seluler
Setelah kepergianku..... 

Apa iya???
Aku haru padamu
Aku terkesima padamu
Aku bangga padamu
Tapi sanubari ini tertantang untuk mengujimu keimananmu wahai kekasihku...

Jari setanku ini
Mulai memencet tombol selulermu yg masih kusimpan rapi didaftar kontakku..
Kalimat awal suara
Hampir seketika mengakhiri hidupku
Suara sapa tentang kabarku darimu
Ku ubah khayal menjadi desahan desahanmu penuh gairah kenikmatan kala itu

Malam semakin larut
Kita berdendang ria diantara bintang-bintang heningnya malam..
Sesekali aku memancing 
Perbincang dengan kalimat kalimat hina
Kau hanya membalasnya dengan sedikit senyum
Kita akhir perbincangan malam dengan temu
Pandangan pertama dihari cerah penuh keinginan mengihiasi tatapan

Sosokmu tampak sempurna
Layaknya Dewasa dihiasi dengan kain putih menutupi mahkotamu.
Mataku ini masih nafsu
Menatap tertuju kearah besarnya bola Susumu
masih rapi terbentuk seolah tercipta hanyak untukku..

Dan kini
Aku mulai terganggu pundi-pundi kesadaran
iklas tampak ditutur dan gerikmu kekasihku
Maka pendosalah aku diatas pendosa
jika terkuak rasa kembali untuk menengelamkanmu ke lembah hina lalu.

KOPI PEKAT
Kukhayalkan, aroma kopi adalah desahan nafasmu;
kuhirup, memberikan kesegaran dalam jiwa..
Seduh lagi. Segelas lagi. Gulita telah menambahkan
aroma peluhku ku kedalam lingkaran kopimu..

itulah senja. langit hanya pudar.
selebihnya rasa yg tinggal kenangan.
Lebihan kopi dan kecupan, yg hampa..

Sesesok mahluk, berlari mengatungi rintik hujan.
Lesap dipersimpangan.
Tebaklah: sejak itu, kau atau aku, yg tak akan pernah kembali?..
Kita adalah segelas kopi.
Aku gelasnya, kamu kopinya.

Gelasnya bercermikan kamu, kopinya beraroma aku.
Ribuan harum kopi dan kedamaiannya,
di Gubuk ini; mengkyalkanmu mu menjadi kesibukan kecil, yg membahagiakan.
Aroma kopi dan kecupanmu, telah menjadi nostalgia terbaik –
yang menyegarkan, yang menendamaikan

Hanya ada kopi, pagi ini. selebihnya:
sedikit dusta yg dengan pintar kita samarkan, dan kangen, yg lumer dalam kecupan
Bak kau menuangkan kan kopi didih kedalam imaginasiku.
keperihan tak pernah mudah dikemaskan.

Mendambakanmu. Tatkala semuanya berbisik tentang kamu.
kopi yang mendingin, berbatang batang yang mengabu,
Fajar ini rindupun datang dibawa dinginnya
riuh angin kemarau di bulan september 2015,
menyapa lirih segelas kopi yang usai sekeketika terseduh..

Aduk rata kopimu, cinta tak akan indah jika tak kau racik dg kebahagiaan..
Seperti kopi yang kau nikmati, hitam pekat tapi menyegatkan,
tak selamnya yang terlihat adalah yg sebenarnya..
Biar sajak yang melantunkan tentang jarak,
dia lebih tau cara menghargai rindu,,

Aku hempaskan kesahku dlm gelas doa pagi.
semoga Tuhan menyimak
disela-sela waktuNya menghirup kopi pekatnya..
Aku berhutang pada kopi, ia selalu menyelamatkan pagiku
ingatan ingatan tentang hantu rindu yang paling sepi..


PENJARA KASIH
Kau semangatku
Kau jua asa ku
Kau hidupku
Kau jualah matiku

Kau ada bunga putih 
rasul hatiku
Percikan warna dan sari keharumanmu
Menjadikan aku budak diatara rasaku sendiri

Hidup yg penuh keniscayaan
Jiwa Lesap dlm kekosongan
Seketika kau enggan kusemai
tumbuh ditaman rasida utamaku.

Kau ujar-ujarkan tentang takdirmu bersama org lain
Sesorang yang Kau iktiharkan sebagai anak dari tuhan.
Yang kelak akan mampu menuntunmu dunia akhirat.

Ku tau ada rasa dilaramu
Ku tau ada rindu dijiwamu
Ku tau ada niat dinuranimu
Ku tau ada sebentuk surga dihatimu.

Tp takdir
Takdir berkata lain
Kau terikat erat tali-tali kedurhakaan oleh nasibmu

Bunga Putih
Akan tetap selalu membuatku terpesona saat memandangmu
hingga aku nafsu mencintaimu
Meskipun hingga akhirnya
aku tak kuasa menawanmu

Kini aku waras
aku salah terlalu mengharapkanmu
membuat diri ini kian tenggelam
dalam perihnya luka yang begitu dalam

Cintaku hanya sebatas angan yang tak nyata
Menjadi cerita dalam khayal ku
dan menjadi kisah
kasih tak sampai

Terima kasih..
Telah menjadi salah satu warna hidupku,
Jua membebaska ku
Dengan sandi sandi penjelasn saksanamu..

MAWAR MERAH

Dan dikau kelak akan lunglai
Diperbudak rasa sendiri
Melayang bak camar 
tanpa tuju sekalipun arah

Mencintai si elok rupa
sama dengan mencintai binatang jalang
penuh dengan hati yg hitam
Jangan lena dengn untaian kata
Itu bisa saja ucapan setannya
Mungkin jua Musafir cinta
bertopengkn kepuasaan barahi semata..

Dan dikau akan laknat jika mencintanya..
Dan dikau akan dibalut kebatilan
Hampa yg mengirimkn mu menjadi silir An-nar Jahannam..
Dan tolong
Sayat hatimu dengan belati parsia kesadaran

Terlelap
berpangkulah
Dibawah lindungan khalidmu..
Wahai mawar merah
Sadarlah...

 SERAGAM HITAM
Nurani menyapa
Sanubari bertanya
Memandangi dua anak muda
tercengang disudut pemukiman kumuh

menikmati terik suria senja
Bak menatikan sesuatu,
berseragam hitam yg
Dikotori coretkan KAP

Tampak Diantara meraka menggengam sebuah gitar penuh kecemasan..
Yah..Begitulah adanya takdir manusia
Jauh sedikit bunyi serumai
Terpancar wajah-wajah malaikat

Bermulut kecil
Melagukan alam nan elok permai menyapa
Penuh Ketulusannya.
Berbaju camping 
kepala terbuka menghampiri

Senyum merona mulai terukir diwajah 
Bak menjawab penantian penuh kdambaan
Mereka berdendang ria diatara debu-debu
Sore itu lantunan melodi gitar saling menyapa
Sesekali disambar kilasan puisi..

Kedipan disadarkan..
Oleh semangat
Semangat yg dipenuhi darah sosial dari bangsanya.
Wahai muda di segara 
Memperdengarkan azammu menurutkan niat
Maulah aku menurutkan dikau.


SENTUHAN MASJIDIL HARAM

Segala alam hening 
khusyuk rasakan
didalam hati arti akan kekuasanmu...
Dingin yang menusuk rasa dari dindingMu
Perlindungan terasa dari kekokohan tiang Al HaramMu

Abadi dirasakan
Menuntut beraneka wujud
Menyaut lambaianMu
mereka bersilang simpul di Masjidil Al HaramMu
Rumah dari segala rumah
Pondok segala pondok
Gubuk segala gubuk

Ntah mengapa dzikir memuja kebesaranMu
Mengagumkan ke Esaanmu
Berubah sejenak menjadi
Teriakan merintih kesakitan
Dari puluhan hamba-hamba kala itu

Mengguncangkan
Memimpahkan kami pilar-pilar suci
Hasil tangan Nenek moyang kami atas restumu
Apakah ada yg salah dengan dzikir-dzikir kami
Dosa sebesar apakah yang kami lakukan padaMu
sangat murkah itu kah Engkau atas pendosa bepijak dimasjidil Al harammu..

Dikau mewarnai lantaimu Al HaramMu
Dengan darah penuh kehinaan kederhakaan
Darah darah pendosa ini tak pantas menetes di Al HaramMu.
Butiran butiran tasbi bersekkan,
sejedah-sejadah berterbangan itu petanda amarahMu
kami pantas menerima keadilan sebagai petanda kekuasaanmu
Pula selaksa mereka disana tersinggung menyimak ujianmu...
 

GEMBALA

Cita siapa tidak kan nyata
Memandangi anak sulung berlagu dendang serunai jerami padi
Kesendirian di tengah lalapan suria
berbaju usang bertopikan bacaan lusuh

Begitulah ada takdir manusia gembala
Bersembunyi
Bersandar
Berangan

di bawah anak pohon nan rindang
Semenjak pajar dikau melambaikan kandang
Datang ke gubuk di hantarkan senja..

Jauh sedikit bunyi serunai
Melagukan alam nan elok permai menyapa
Ketulusannya

Wahai gembala di segara hijau
Mendengar puputmu menurutkan domba
Maulah aku menurutkan dikau

Disemberang harimu
Dikau akan mengembalai
Mereka yg berdasi kelak

No comments:

Post a Comment

Semangat Kolaborasi Riset Membangun IKN Berbudaya: Desa Telemow Bersiap Menjadi Laboratorium Hidup Kearifan Lokal

  Penajam Paser Utara, 16 September 2024 – Gemuruh semangat pembangunan Ibu Kota Negara Nusantara di Kalimantan Timur bergema hingga ke pel...