Puisi
HATI
Karya Aziz Thaba
Kuingin melukiskan guratan kesedihanku
di pucuk daun pada embun pagi yang bening
namun aku lemah, kesombongan
matahari
kesombongan yang bersinar sangat terik hingga ia mencair, lalu kucoba
melukiskanya di langit yang cerah tapi awan hitam menutupinya hingga ia tak
abstrak.
aku tak tahu harus ku ukir di mana kesedihanku ini
karna alam pun enggan menerimaku
untuk berkisah...
biarlah, aku membangkang, membangkan karena tak sanggup untuk diam
Ada satu hal yang tidak pernah kau pahami
tentang mengapa pagi ini membuat kita menciut bersama
ada satu hal yang tidak pernah kau pahami
tentang matahari pagi ini yang menitikkan air matanya melihat kita
ada satu hal yang tidak pernah kau pahami
tentang angin yang membuat kita terhempas
terpisah jauh dari kebersamaan
ada satu hal yang tidak pernah kau pahami
tentang kecemburuanku yang menyiksa dan mengurung diri di sudut sepi
ada satu hal yang tidak pernah kau pahami
tentang guratanku ini yang selalu menurutmu samar
namun disinilah ku menyimpan rindu yang terkoyak
ada satu hal yang tidak pernah kau pahami
tentang malam yang selalu ku sebut
mengenaimu, bayangan paling lembut pun kebingungan.
sungguh, lepas dari tanganku semua sarana penghubung selain yang dihubungkan kasih-sayangMu, putus dari diriku semua ikatan selain yang aku ikatkan padaMu.
dan, lihatlah aku sayang.
orang yang paling malu berada di depanmu
yang marah pada dirinya,
dan, kau masih datang menemuiku, membelaiku dengan kasih sayang yang melimpah.
dengan punggung yang berat, dengan tengkuk yang merunduk, dengan kesalahan, cemas dan harap, aku datang mengais harap dan bersimpuh dihadapanmu.
maafkan segala kedunguan dan kehinaanku, Tuhan.
tentang mengapa pagi ini membuat kita menciut bersama
ada satu hal yang tidak pernah kau pahami
tentang matahari pagi ini yang menitikkan air matanya melihat kita
ada satu hal yang tidak pernah kau pahami
tentang angin yang membuat kita terhempas
terpisah jauh dari kebersamaan
ada satu hal yang tidak pernah kau pahami
tentang kecemburuanku yang menyiksa dan mengurung diri di sudut sepi
ada satu hal yang tidak pernah kau pahami
tentang guratanku ini yang selalu menurutmu samar
namun disinilah ku menyimpan rindu yang terkoyak
ada satu hal yang tidak pernah kau pahami
tentang malam yang selalu ku sebut
mengenaimu, bayangan paling lembut pun kebingungan.
sungguh, lepas dari tanganku semua sarana penghubung selain yang dihubungkan kasih-sayangMu, putus dari diriku semua ikatan selain yang aku ikatkan padaMu.
dan, lihatlah aku sayang.
orang yang paling malu berada di depanmu
yang marah pada dirinya,
dan, kau masih datang menemuiku, membelaiku dengan kasih sayang yang melimpah.
dengan punggung yang berat, dengan tengkuk yang merunduk, dengan kesalahan, cemas dan harap, aku datang mengais harap dan bersimpuh dihadapanmu.
maafkan segala kedunguan dan kehinaanku, Tuhan.
ohhh.....
waktu telah memanjakan ide bertempurung di tempatnya
ohhh...
testimoni tuhan, berilah jalan tuk menjaring kata-katamu
ohhh...
kata yang berjalan tak hentinya seperti jalanan tak pernah sepi digilas kendaraan.
ohhh....
absurditas tak lelah bersembunyi saat dicari
dan ohhh...
mimpi terngiangilah hari.
... ... saling menenun kata,
saling menyeru pada kalam yang gaib,
tak ada panas
tak ada debu yang melayang
atau ricik dan deras hujan
yang bisa merintang osmosis batin pecinta
... matahari menggeliat
dan kembali gugup
tak lagi dilangit
‘berpusing’ dipedih lautan
... saat binar rindu lahir dari dinding keterpisahan kita
diruang yang berjarak,
dimalam yang ringkas,
dirindu yang pungkas,
selalu lahir waktu pertemuan,
bergetar dari dua binar
matamu, mataku
ya, mata kita.
No comments:
Post a Comment