Monday, May 19, 2014

MENANTANG PRESIDEN (PUISI)



PUISI
MENANTANG PRESIDEN
Aziz Thaba
Universitas Cokroaminoto Palopo

Atas nama mereka yang tergadai
Wahai kau pemilik nama
Dengarkan aku yang bukan siapa-siapa
Aku hanya rakyatmu yang jelata
Jelata karena jilatan, Pendusta
Jilatanmu, jilatan mereka yang berdasi di gedung sana
Senin...ya....senin yang lalu, senin penuh luka dan duka
Kisahnya terukir jelas dibenakku, dibenak mereka
Seorang bayi perempuan menutup usianya tanpa bertutur sapa dengan empunya nama
Bertutur untuk perih luka di pundaknya
Mereka hanya butuh keadilan yang sepantasnya
Setelah kau jadikan mereka komoditi niaga atas nama dan suaranya
Kini biarkan aku menantangnya atas nama bayi yang mereka beri luka
Jika aku mati, teruskan perjuangan kita ini saudara...
Perjuangan menuntut nyawa si empunya nama
Karena hari ini, nyawa dibalas dengan nyawa
Pasang matamu
Pasang kedua kupingmu
Kita dicumbu ketidakadilan penipu
Penipu yang berkeliaran di kantor pengadilan itu
Penipu yang berkeliaran di gedung-gedung pemerintahan itu
Mereka hampir muntah, memuntahkan uang haram yang dikunyahnya setiap minggu
Kita termarjinalkan, termarjinalkan oleh anggota dewan
Aku menunggu anakmu muntah sampai mati karena makananmu
Aku menunggu istrimu sekarat karena uangmu
Aku menunggu sampai semua keluargamu kaku tak bernafas karena hartamu
Ini tantanganku, Sebuah sumpah serapa untuk dirimu
Selasa, ya selasa yang lalu
Sebab Sandal jepit, tergadai lima tahun di persidangan siang itu
Sedang 1000 M yang raib kau beri 1 tahun saja di sidang itu
Aku murka, murkaku murka tuhan yang akan menciutkan biji matamu
Karmaku adalah karma tuhan yang akan memotong kelaminmu tanpa jeda
Kini masaku, masa kita yang tertindas oleh mereka
Ayo...Kau perempuan miskin yang duduk dengan tatapan kosong di sana
Beri kami segelas kopi pahit, kopi agar kami insomnia
Mata ini jangan sampai redup dan tak mampu melihat kecurangan mereka,
Dan Kau anak kecil yang menggendong karung berisikan sampah
Masukkan sampah berdasi kedalam karungmu  lalu kau bakar mereka hidup-hidup di pelataran kota
Pelacur-pelacur pemuas nafsu murba
Pensiunkan dirimu, biarkan mereka bercumbu dengan anjing yang menjilati kelaminnya
Biarkan air mani mereka menetes di sepanjang jalan kota
Lalu, Bercumbu dengan istri saudaranya
Dan kau ruh-ruh yang gentayang di sana
Berpumpunlah, jangan biarkan nyawamu terbuang sia-sia
Melayanglah ke udara
Kibarkan bendera merah putih awawarna
Awawarna karena desersi....luka
Kisah desersi mereka adalah luka, luka karena mereka tidak memberi makan pekikan-pekikan tak berdosa
Presiden....
Mampukah kau memberi makan kami yang kelaparan?
kelaparan karena tanah yang kemarin sore kami cangkul telah keras dan berbatu
jika tidak, aku menantangmu,,,,menantangmu karena aku sanggup
sanggup untuk memberi makan mereka yang lapar
Presiden....
Mampukah kau memberi keadilan kepada kami
Keadilan  yang kau beli dengan harga kapas
Keadilan yang kebal bagi kaummu
Kaum yang duduk di kantor-kantor pemerintahan
Jika tidak,,,,,aku menantangmu,,,,menantangmu karena aku sanggup
Sanggup untuk memberi mereka keadilan
Keadilan yang telah lama kau simpan di kantong-kantong bajumu

Ya Allah....................
Oh.....Yesus............................
Oh.....Sang Hiangwidi..........................
Oh.....Dewata..................................................
Sambut tangan kami yang melambai padaMu
Usablah air mata kami dengan jemariMU yang halus itu
Karena hari ini, restuilah tantanganku pada presiden
Atas nama mereka yang tergadai
Aziz Thaba, Lahir di Bone-Bone 11 Sepetember 1991, Mahasiswa jurusan bahasa dan sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Cokroaminoto Palopo. Nomor Hp. 081354829956.







No comments:

Post a Comment

SEMIOTIKA DALAM KAJIAN ETNOLINGUISTIK

          Semiotik atau ada yang menyebut dengan semiotika berasal dari kata Yunani semeion yang berarti “tanda”. Istilah semeion tampaknya ...