PUISI
MENANTANG PRESIDEN
Aziz Thaba
Universitas Cokroaminoto Palopo
Atas
nama mereka yang tergadai
Wahai
kau pemilik nama
Dengarkan
aku yang bukan siapa-siapa
Aku
hanya rakyatmu yang jelata
Jelata
karena jilatan, Pendusta
Jilatanmu,
jilatan mereka yang berdasi di gedung sana
Senin...ya....senin
yang lalu, senin penuh luka dan duka
Kisahnya
terukir jelas dibenakku, dibenak mereka
Seorang
bayi perempuan menutup usianya tanpa bertutur sapa dengan empunya nama
Bertutur
untuk perih luka di pundaknya
Mereka
hanya butuh keadilan yang sepantasnya
Setelah
kau jadikan mereka komoditi niaga atas nama dan suaranya
Kini
biarkan aku menantangnya atas nama bayi yang mereka beri luka
Jika
aku mati, teruskan perjuangan kita ini saudara...
Perjuangan
menuntut nyawa si empunya nama
Karena
hari ini, nyawa dibalas dengan nyawa
Pasang
matamu
Pasang
kedua kupingmu
Kita
dicumbu ketidakadilan penipu
Penipu
yang berkeliaran di kantor pengadilan itu
Penipu
yang berkeliaran di gedung-gedung pemerintahan itu
Mereka
hampir muntah, memuntahkan uang haram yang dikunyahnya setiap minggu
Kita
termarjinalkan, termarjinalkan oleh anggota dewan
Aku
menunggu anakmu muntah sampai mati karena makananmu
Aku
menunggu istrimu sekarat karena uangmu
Aku
menunggu sampai semua keluargamu kaku tak bernafas karena hartamu
Ini
tantanganku, Sebuah sumpah serapa untuk dirimu
Selasa,
ya selasa yang lalu
Sebab
Sandal jepit, tergadai lima tahun di persidangan siang itu
Sedang
1000 M yang raib kau beri 1 tahun saja di sidang itu
Aku
murka, murkaku murka tuhan yang akan menciutkan biji matamu
Karmaku
adalah karma tuhan yang akan memotong kelaminmu tanpa jeda
Kini
masaku, masa kita yang tertindas oleh mereka
Ayo...Kau
perempuan miskin yang duduk dengan tatapan kosong di sana
Beri
kami segelas kopi pahit, kopi agar kami insomnia
Mata
ini jangan sampai redup dan tak mampu melihat kecurangan mereka,
Dan
Kau anak kecil yang menggendong karung berisikan sampah
Masukkan
sampah berdasi kedalam karungmu lalu kau
bakar mereka hidup-hidup di pelataran kota
Pelacur-pelacur
pemuas nafsu murba
Pensiunkan
dirimu, biarkan mereka bercumbu dengan anjing yang menjilati kelaminnya
Biarkan
air mani mereka menetes di sepanjang jalan kota
Lalu,
Bercumbu dengan istri saudaranya
Dan
kau ruh-ruh yang gentayang di sana
Berpumpunlah,
jangan biarkan nyawamu terbuang sia-sia
Melayanglah
ke udara
Kibarkan
bendera merah putih awawarna
Awawarna
karena desersi....luka
Kisah
desersi mereka adalah luka, luka karena mereka tidak memberi makan pekikan-pekikan
tak berdosa
Presiden....
Mampukah
kau memberi makan kami yang kelaparan?
kelaparan
karena tanah yang kemarin sore kami cangkul telah keras dan berbatu
jika
tidak, aku menantangmu,,,,menantangmu karena aku sanggup
sanggup
untuk memberi makan mereka yang lapar
Presiden....
Mampukah
kau memberi keadilan kepada kami
Keadilan
yang kau beli dengan harga kapas
Keadilan
yang kebal bagi kaummu
Kaum
yang duduk di kantor-kantor pemerintahan
Jika
tidak,,,,,aku menantangmu,,,,menantangmu karena aku sanggup
Sanggup
untuk memberi mereka keadilan
Keadilan
yang telah lama kau simpan di kantong-kantong bajumu
Ya
Allah....................
Oh.....Yesus............................
Oh.....Sang
Hiangwidi..........................
Oh.....Dewata..................................................
Sambut
tangan kami yang melambai padaMu
Usablah
air mata kami dengan jemariMU yang halus itu
Karena
hari ini, restuilah tantanganku pada presiden
Atas
nama mereka yang tergadai
Aziz
Thaba, Lahir di Bone-Bone 11 Sepetember 1991, Mahasiswa jurusan bahasa dan
sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas
Cokroaminoto Palopo. Nomor Hp. 081354829956.
No comments:
Post a Comment