Friday, November 9, 2018
REDUNTDANT ACRONYM SYNDROME (RAS) SYNDROME DALAM PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA
Selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik demi kemajuan diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara
Wednesday, October 3, 2018
BEBERAPA HASIL PENELITIAN SASTRA DENGAN PENDEKATAN STLISTIKA
Edi Subroto, dkk. (1997), melakukan
telaah leinguistik terhadap novel Tirai Menurun karya N. H. Dini, dengan
judul Telaah Linguistik atas Novel Tirai Mneurun Karya N. H. Dini.
Temuan dari penelitian tersebut adalah kekhasan social budaya masyarakat Jawa
di dalam novel. Kekahasan yang menonjol adalah kekhasan masyarakat Jawa “wong
cilik” yang didasarkan kepada aspek kata, aspek morfosintaksis, serta aspek
gaya bahasa. Penelitian tersebut dapat berguna sebagai rujukan sekaligus pembanding,
untuk menambah wawasan peneliti akan aspek-aspek kekhasan karya sastra.
Remmy Silado (2007) melakukan analisis
pada puisi Bulan Luka Parah karya Husni Djamaludin, dengan menggunakan
pendekatan stiistika dari sudut pandang eksotisme kiasan alam. Hasil dari
penelitian tersebut adalah terdapat fenomena penggunaan gaya bahasa kiasan yang
bernuansa eksotisme alam.
Ririh Yuli (2008) mencoba melakukan
pendekatan stlistika pada novel Laskar Pelangi, terfokus pada dua aspek;
analisis gaya bahasa dan nilai pendidikan yang terkandung dalam novel. Hasilnya
adalah terdapat 28 (dua puluh delapan) gaya bahasa, dan memang terdapat nilai
pendidikan terbatas pada nilai pendidikan karakter (SQ dan IQ). Dalam implementasinya
pada proses belajar mengajar, novel tersebut dapat membantu keterampilan
berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangakan cipta dan rasa serta
dapat menunjang pembentukan watak.
Nurmaningsih (2010) melakukan kajian
terhadap Serat Centini dalam tesisnya yang berjudul Kajian Stilistika
“Teks Seksual dalam Serat Centini” Karya Pakubuwana V. Hasil dari
penelitian tersebut adalah ditemukannya kekhasan aspek bahasa seksual, yang
diwujudkan dalam aspek bunyi, diksi, majas, serta struktur puisi.
Ali Imron Ma’ruf (2010) dalam bukunya Kajian
Stilistika Perspektif Kritik Holistik yang merupakan modifikasi dari
disertasinya yang berjudul Kajian Stilistika Novel Ronggeng Dukuh Paruk
Karya Ahmad Tohari dan Pemaknaannya, menemukan adanya fenomena kekhasan: 1.
Kalimat dengan penyiasatan struktur, dan kalimat dengan sarana retorika, 2.
Gaya kata (diksi) yang meliputi kata konotatif, kata konkret, kata serapan dari
bahasa asing, kata sapaan khas atau nama diri, kata seru khas jawa, kata vulgar,
kata dengan objek realitas alam, dan kosakata bahasa jawa. 3. Kekahasan gaya
wacana yang meliputi gaya wacana dengan sarana retorika, dan gaya wacana alih
kode. 4. Temuan bahasa figuratif meliputi majas, tuturan idiomatik dan
peribahasa. 5. Kekhasan citraan meliputi citraan penglihatan, citraan
pendengaran, citraan perabaan, citraan penciuman, citraan pencecapan, dan
citraan intelektual.
Sulistyawan (2012) dalam tesisnya yang
berjudul Analisis Stilistika dan Nilai-Nilai Pendidikan dalam Geguritan
Solopos Bulan Desember 2012 Serta Relevansinya dengan Pembelajaran Bahasa Jawa
di Sekolah, menunjukkan hasil adanya kekhasan fonologis pada geguritan,
serta nilai-nilai pendidikan moral, berikut relevansinya terhadap pembelajaran bahasa
Jawa.
R. Adi Deswijaya (2014) dalam tesisnya
yang berjudul Kajian Stilistika Babad Tanah Jawi JIlid 1-5 Karya Raden
Ngabehi Yasadipura I telah memaparkan dengan jelas mengenai kekhasan yang
terdapat daam teks tersebut. Kakhasan tersebut meliputi: 1. Pola bunyi, 2. Pola
morfologis kata arkais, 3. Kekahasan pemilihan kata berupa tembung entar,
tembung garba, pepindahan, plutan, sasmita tembang, baliswara, rurabasa,
tembung wangsul, dasanama, dan perubahan bunyi vocal untuk mengutarakan ataupun
mengungkapakan gaya peribadi. Temuan lainnya dalam aspek bahasa figurative
meliputi penggunaan: 1. gaya bahasa perbandingan simile, 2. Metafora, 3.
Perumpamaan epos, 4. Personifikasi, 5. Motonimia, 6. Sinekdoce, dan 7. Alegori.
Dalam penelitiaanya, Deswijaya juga menemukan adanya fenomena citraan,
meliputi: 1. Citraan pendengaran, 2. Citraan penglihatan, 3. Citraan gerak, 4.
Citraan rabaan, 5. Citraan penciuman, dan 6. Citraan pencecapan.
Label:
Stilistika
Selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik demi kemajuan diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara
TINJAUAN STILISTIKA
Stilistika berasal dari istilah stylistics
dalam bahasa Inggris. Istilah stilistika atau Stylistic terdiri dari
dua kata style dan ics. Stylist adalah pengarang atau
pembicara yang baik gaya bahasanya, perancang atau ahli dalam mode. ics atau
ika adalah ilmu, kaji, telaah. Secara etimologis, stylistics yang
berarti ilmu tentang gaya bahasa ini berhubungan dengan kata style yang
berarti gaya.
Istilah kata style (bahasa
Inggris) menurut Shipley 1979 ; Leech & Short 1984 berasal dari kata Latin stilus
yang berarti yang berarti alat (berujung tajam) yang dipakai untuk menulis
di atas lempengan lilin. Kata stilus yang
kemudian dieja menjadi stylus ini memiliki kesamaan makna dengan kata stulos
pada bahasa Yunani yang berarti alat tulis yang terbuat dari logam, kecil,
dan berbentuk batang yang memiliki ujung tajam yang digunakan untuk menulis di
atas kertas berlapis lilin. Pada perkembangannya kata stylus memliki
arti khusus yang berarti kritik terhadap suatu tulisan (Al Ma’ruf, 2009: 7).
Yeibo (2012: 180) pada
penelitiannya mengungkapan bahwa stilistika adalah cabang lingustik umum yang
berfokus pada gaya (yaitu cara tertentu seorang penulis atau menyampaikan
ekspresinya), khususnya dalam karya sastra. Istilah style juga diuraikan
oleh Satoto (2012: 35) bahwa style, stail, atau gaya yaitu cara khas
yang dipergunakan oleh seseorang untuk mengutarakan atau mengungkapkan diri
gaya pribadi. Cara pengungkapan itu bisa meliputi setiap aspek kebahasaan
seperti diksi, penggunaaan bahasa kias, penggunaan bahasa figuratif, struktur
kalimatnya, bentuk-bentuk wacana, ataupun sarana retorika yang lainnya.
Sedangkan Ratna (2013: 3) juga mengemukakan bahwa Stilistika (stylistic)
adalah ilmu tentang gaya, sedangkan stil (style) adalah cara-cara khas
bagaimana segala sesuatu diungkapkan dengan cara tertentu sehingga tujuan yang
dimaksudkan tersebut dapat tercapai secara maksimal. Sejalan dengan Satoto dan
Ratna, Aminuddin (1995:4) mengungkapkan bahwa style diartikan sebagai
teknik serta bentuk gaya bahasa seseorang dalam memaparkan gagasan sesuai
dengan ide dan norma yang digunakan sebagaimana ciri pribadinya. Sementara itu,
Al-Ma’ruf (2009: 12) menyatakan, stilistika adalah ilmu yang mengkaji gaya
bahasa yakni wujud performansi bahasa dalam sastra setelah melalui pemberdayaan
segenap potensi bahasa yang unik dan khas meliputi bunyi, diksi, kalimat,
wacana, bahasa figuratif, dan citraan. Ada beberapa pengertian stilistika yang
diambil oleh Nurhayati (dalam Masda, 2012 : 39), seperti :
1)
Short dan Christoper Candlin
(1999:193) menyatakan Stylistics is a linguistics approach to the study of
literary texts. Artinya stilistika adalah pendekatan linguistik
yang digunakan dalam studi teks-teks sastra.
2)
Stylistics, the study of the relation
between linguistic form and Iiterary function (Leech dan Michael Short,
1984:4). Stilistika merupakan studi yang menghubungkan antara bentuk linguistic
dengan fungsi sastra.
3)
Slamet Muljana (1956:4) menyatakan bahwa
stilistika adalah pengetahuan kata berjiwa. Tiap kata yang digunakan dalam ciptaan
sastra, mengandung napas penciptanya, berisi jiwanya, serta mengandung perasaan
pengarangnya. Kata-kata dalam ciptaan sastra berbeda sifatnya dengan kata-kata
yang terdapat di dalam kamus.
Dari beberapa pengertian stilistika,
dapat disimpulkan bahwa stilistika mempelajari bahasa karya sastra, baik dari
struktur fisik maupun isi/batin guna mencari keindahan yang dibuat oleh
pengarang dalam karya sastranya. Stilistika merupakan ilmu tentang pemanfaatan
gaya bahasa dalam sebuah karya sastra yang meliputi setiap aspek kebahasaan seperti
diksi, bahasa kias, ataupun bahasa figuratif dalam mengungkapkan gagasan yang
menjadi ciri pribadi pengarangnya dalam karya sastranya.
Menurut Al-Ma’ruf (2009: 47), aspek
stilistika berupa bentuk-bentuk dan satuan kebahasaan yang ditelaah dalam
kajian stilistika karya sastra meliputi: gaya bunyi, gaya kata (diksi), gaya
kalimat, gaya wacana, bahasa figuratif, dan citraan. Pendapat lain dikemukakan
Sudjiman dalam Al Ma’ruf (2009: 46) yang mengemukakan bahwa style’gaya bahasa’
mencakup diksi (pilihan kata/ leksikal), struktur kalimat, majas, dan citraan,
pola rima, matra yang digunakan sastrawan atau yang terdapat dalam kaya sastra.
Seperti kita tahu bahasa menjadi media
yang paling utama dalam penciptaan karya sastra, ciri khas pengaranglah yang
nantinya memunculkan nilai keindahan dari sebuah karya. Pengkajian bahasa dan gaya
bahasa inilah yang memunculkan pemahaman yang lebih baik. Semi dalam Asis
(2010:102) mengungkapkan stilistika merupakan cabang linguistik yang menelaah
pemakaian bahasa dan gaya bahasa termasuk efek yang dtimbulkan oleh cara
penggunaan bahasa dalam karya sastra. Keindahan sebuah karya sastra sebagian
besar disebabkan oleh kemampuan penulis mengeksploitasi kelenturan bahasanya
sehingga menimbulkan kekuatan dan keindahan bahasanya.
Junus (dalam Al Ma’ruf, 2009: 19)
mengemukakan bahwa bidang kajian stilistika meliputi bunyi bahasa, kata, dan
struktur kalimat. Pendapat lain dikemukakan Sudjiman (dalam Al Ma’ruf, 2009 :
19) yang mengartikan style sebagai gaya bahasa dan gaya bahasa sendiri mencakup
diksi, struktur kalimat, majas, citraan, pola rima serta mantra yang digunakan
seorang pengarang yang terdapat dalam sebuah karya sastra.
Dalam penelitiannya, Roziah (2013)
melakukan prosedur analisis berdasarkan tiga tahapan penting dalam stilistika,
yaitu deskripsi, intepretasi, dan kesan. Deskripsi didapatkan dari tokoh Fahri
dan Maria pada Novel Ayat- Ayat Cinta, interpretasi diperlukan untuk
memperoleh gambaran penuh mengenai karakter sebelum pemerian kesan dari penggunaan
leksikal, gramtikal, kiasan dan konteks kepaduan. Jadi, penelitian ini meneliti
perbedaan karakter yang dikaji stilistika.
Pengkajian stilistika yang berkaitan
dengan karakterisasi juga dikaji oleh Lamusu (2010) yang mendeskripsikan ciri-
ciri karakteristik wacana puisi ciptaan Rendra dan Taufik Ismail yang merupakan
gaya pengungkapan bahasa kedua penyair.
Pada penelitiannya, Aghagolzade
(2012:932) dalam studinya akan menunjuk peran dan pentingnya sarana stilistika
sebagai alat utama pada perpindahan ideologi, pandangan dan pertimbangan dalam
teks berkaitan kesusasteraan. Kemudian studi ini akan menyurvei bait sajak pada
puisi Farrokhzad. Penelitian ini menunjukkan bahwa ada beberapa gaya bahasa dan
perangkat lingusitik.
Kajian stilistika meskipun masih baru
dalam bidang sastra, dipandang sebagai kajian yang lebih objektif dan ilmiah dibandingkan
dengan kajian konvensional yang selama ini kita kenal. Pengkajian stilistika berusaha menelaah ciri
khas penggunaan bahasa seorang pengarangnya yang dilihat dari aspek-aspek
kebahasaanya. Penelitian stilistika berusaha menfokuskan pada pemakaian gaya
bahasa pengarang dalam karya sastra.
Penelitian Kajian
Stilistika Antologi Puisi Baju Bulan memiliki perbedaaan dengan
penelitian lain. Aspek stilistika yang akan dikaji mencakup keseluruhan aspek
dalam pengkajian karya sastra, khususnya puisi, yang meliputi diksi, gaya
bahasa atau majas, imaji (citraan), dan simbol (lambang).
Label:
Pendekatan Stilistika
Selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik demi kemajuan diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara
SASTRA DAN KEBAHASAANNYA
Sebuah penciptaan karya sastra memiliki
kaitan erat dengan bahasa. Al Ma’ruf (2009: 2) mengemukakan bahwa karya sastra merupakan
karya imajinatif yang bermediumkan bahasa yang fungsi estetiknya dominan.
Bahasa merupakan sarana dalam mengungkapkan karya sastra. Bahasa sastra
dijadikan media ekspresi pengarang dalam menciptakan efek makna dari ‘gaya
bahasa’ sebagai sarana bahasa untuk memperoleh nilai estetis yang tinggi
sehingga bobot nilai seni sebuah karya sastra bisa tercapai.
Menurut Nurgiyantoro (2002: 273), bahasa
dalam seni sastra dapat disamakan dengan cat dalam seni lukis yang dapat diolah
dan memiliki nilai lebih daripada bahan itu sendiri, dalam hal ini adalah bahasa.
Pengarang berperang penting dalam mengolah kata- kata dalam karya sastra yang
diciptakannya menjadi sebuah karya sastra yang indah. Kemampuan pengarang
memainkan kata-kata inilah yang bisa disebut dengan bahasa sastra. Pengarang
tidak hanya memberikan keindahan kata-kata, akan tetapi juga makna yang
filosofis terhadap fenomena kehidupan. Masda (2012: 8) juga mengungkapkan bahwa
bahasa sastra adalah bahasa khas, yakni, bahasa yang direkayasa dan dipoles sedemikan
rup. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Al Ma’ruf (2009: 2) mengungkapan
bahasa sastra sebagai berikut :
Bahasa sastra berhubungan dengan fungsi
semiotik bahasa sastra.Bahasa merupakan sistem semiotik tingkat pertama (first
order semiotics), sedangkan sastra merupakam system semiotic tingkat kedua
(second order semiotics) ( Abrams, 1981 : 172). Bahasa memiliki arti
berdasrkan konvensi bahasa, yang oleh Riffaterre arti bahasa disebut meaning
(arti), sedangkan arti bahasa sastra disebut significance (makna).
Sebagai medium karya sastra, bahasa sastra berkedudukan sebagai semiotik tingkat
kedua dengan konvensi sastra. Menurut Riffaterre (1978: 1-2) karya sastra
merupakan ekspresi tidak langsung, yakni menyatakan sutu hal dengan arti lain”
Sebagai media
penciptaan karya sastra, bahasa satra memiliki ciri khas, beberapa ciri
tersebut seperti bahasa sebagai bahasa emotif dan bahasa bersifat konotatif.
Hal ini sesuai dengan pendapat Wellek dan Warren dalam Al Ma’ruf (2009: 2)
bahwa secara rinci bahasa sastra memiliki sifat antara lain: emosional,
konotatif, bergaya (berjiwa), dan ketidaklangsungan ekspresi. Emosional,
berarti bahasa sastra mengandung ambiguitas yang luas yakni penuh homonim,
manasuka, atau kategori-kategori tak rasional; bahasa sastra diresapi peristiwa-peristiwa
sejarah, kenangan dan asosiasi-asosiasi. Bahasa sastra konotatif, artinya
bahasa sastra mengandung banyak arti tambahan, jauh dari hanya bersifat referensial.
Label:
Sastra dan Kebahasaan Sastra
Selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik demi kemajuan diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara
Tuesday, August 28, 2018
TINJAUAN TEORI KESALAHAN BERBAHASA DALAM MENULIS KARANGAN
a.
Keterampilan
Menulis
Keterampilan yaitu kecakapan untuk
menyelesaikan tugas (KBBI, 93: 935). Jadi, keterampilan menulis yaitu kecakapan
dan kemampuan untuk menyelesaikan tugas menulis. Keterampilan menulis ialah
suatu kepandaian seseorang dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan yang
disampaikan melalui bahasa tulis, yang realisasinya berupa simbol-simbol grafis
sehingga orang lain yaitu pembaca, mampu memahami pesan yang terkandung di dalamnya.
Agar bisa terampil dalam menulis,
seorang penulis harus menguasai aspekaspek kebahasaan khususnya aspek bahasa
tulis. Bahasa tulis harus memperhatikan norma-norma yang berlaku dalam bahasa
baku. Demi kejelasan makna, susunan kalimat dapat menjadi panjang. Sifatnya
terikat, terutama oleh tata bahasa dan diksi dengan tidak menimbulkan keraguan
dalam memahami isi
dan menarik kesimpulan.
Bahasa tulis harus lebih
memperhatikan peraturanperaturan mengenai sistematika penyusunan kalimat dan
penempatan paragrafparagraf yang mendukung gagasan pokok, gagasan penunjang,
dan pelengkap maupun gagasan tambahan-tambahan yang lain (Hastuti, 2003: 84).
Terampil menggunakan bahasa merupakan
tujuan terpenting dalam kegiatan bahasa. Keterampilan berbahasa meliputi
keterampilan menyimak, keterampilan membaca, keterampilan berbicara, dan
keterampilan menulis. Penelitian ini berupaya menganalisis bidang keterampilan
menulis karangan. Kegiatan menulis merupakan bentuk atau wujud kemampuan dari
keterampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai pembelajar bahasa setelah menyimak,
berbicara, dan membaca (Nurgiyantoro dalam Supraba, 2008: 10).
Kemampuan menulis lebih sulit
dikuasai dibandingkan dengan tiga kemampuan berbahasa yang lain, bahkan oleh
penutur ahli bahasa yang bersangkutan. Hal ini karena dalam kemampuan menulis
perlu menguasai berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri
yang menjadi isi karangan Menulis atau bahasa tulis semakin lama semakin terasa
penting. Dalam dunia modern ini, kita tidak dapat mengikuti arus kehidupan
sehari-hari tanpa adanya tulisan atau bahasa tulis. Dalam dunia pendidikan,
perdagangan, bisnis perusahaan, dan profesi yang lain, keberhasilannya
berhubungan dengan keterampilan menulis sebagai syarat untuk masuk dalam bidang
tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa menulis adalah
suatu alat yang sangat efektif dalam belajar dan penting dalam dunia
pendidikan.
b.
Pengertian
Karangan
Dalam pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia di sekolah-sekolah baik sekolah negeri maupun swasta, siswa
seringkali mendapatkan tugas mengarang. Dalam menulis sebuah karangan tentu
saja siswa harus mengetahui pengertian karangan dan bagaimana cara menulis
sebuah karangan yang baik. Karangan merupakan media bagi ekspresi diri setiap
orang. Mengarang merupakan salah satu cara untuk mengembangkan keterampilan menulis.
Selain itu, mengarang juga sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa yang
sangat penting dalam mendukung komunikasi karena merupakan perwujudan bentuk komunikasi
secara tidak langsung atau komunikasi tertulis.
Perkembangan media dalam komunikasi
masa (radio, televisi, kaset), menjadikan tulisan atau karangan bukannya
semakin mundur tetapi justru semakin bertambah maju. Oleh karena itu, studi dan
praktik menulis atau mengarang tetap merupakan bagian penting dalam kurikulum
sekolah dan menjadi bagian utama dalam pendidikan dan pengajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia.
Seperti yang telah dibahas di atas,
mengarang adalah suatu proses kegiatan pikiran manusia yang hendak
mengungkapkan kandungan jiwanya kepada orang lain atau kepada diri sendiri
dalam bentuk tulisan. Mengarang dapat dipahami sebagai keseluruhan rangkaian
kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui
bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami dengan tepat seperti yang
dimaksudkan oleh pengarang; sedangkan hasil dari kegiatan mengarang biasa
disebut dengan karangan (Widyamartaya dalam Musrifah, 1999: 3).
Karangan merupakan rangkaian
kata-kata atau kalimat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (1993:
390), karangan adalah hasil mengarang: tulisan, cerita, artikel, buah pena.
Karangan yaitu setiap tulisan yang diorganisasikan yang mengandung isi dan
ditulis untuk suatu tujuan tertentu biasanya berupa tugas di kelas. Istilah
tersebut sering dipakai untuk tugas menulis dalam pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia sebagai suatu proses sadar diri yang menuntut kita membuat keputusan
tentang apa yang akan dikatakan, bagaimana mengorganisasi ide, dan bagaimana
mengembangkan ide serta kata-kata yang akan kita pakai. Karangan adalah hasil
perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti
oleh pembaca (Gie dalam Musrifah,1999: 14). Selain pengertian itu, karangan
adalah bahasa tulis yang merupakan rangkaian kata demi kata sehingga menjadi
sebuah kalimat, paragraf dan akhirnya menjadi sebuah wacana yang dapat dibaca
dan dipahami (Keraf, 2010: 19-22).
Jadi, karangan yaitu hasil
perwujudan ide, gagasan dan pikiran manusia yang tersusun dari rangkaian kata
demi kata yang membentuk sebuah kalimat, paragraf dan akhirnya menjadi wacana
yang mempunyai tujuan tertentu sehingga dapat dibaca dan dipahami maksudnya
oleh pembaca. Dengan demikian untuk membuat karangan yang baik, tentu saja
seseorang dituntut memiliki dan menguasai perbendaharaan kata dengan baik.
Selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik demi kemajuan diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara
Sunday, July 1, 2018
Participatory Action Research (Alice McIntyre)
Label:
Participatory Action Resarch
Selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik demi kemajuan diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara
An Introdutions to Sociolinguistic
Selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik demi kemajuan diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara
Sunday, June 3, 2018
The Effect of Integrated Scientific Approach and Brain Exercise to the Result, Interests, and Motivation to Learn Indonesian Language of the Students Class XI of Sman 1 Bone-Bone
Label:
and Motivation to Learn Indonesian Language of the Students Class XI of Sman 1 Bone-Bone,
Interests,
The Effect of Integrated Scientific Approach and Brain Exercise to the Result
Selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik demi kemajuan diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara
MENGAJARKAN SASTRA SEBAGAI BASIS PENDIDIKAN KARAKTER BELA NEGARA
Label:
Bela Negara,
Pendidikan Karakter,
Sastra
Selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik demi kemajuan diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara
Wednesday, May 2, 2018
A TEACHER'S GUIDE TO MULTISENSORY LEARNING
Selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik demi kemajuan diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara
INQUIRY-BASED LEARNING
Label:
Inquiry Based Learning
Selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik demi kemajuan diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara
THE SOCIAL STUDIES CURRICULUM
Selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik demi kemajuan diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara
EXPERIMENTAL AND QUASI - EXPERIMENTAL DESIGNS FOR RESEARCH
Selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik demi kemajuan diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara
LEARNING THEORIES
Label:
LEARNING THEORIES
Selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik demi kemajuan diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara
SOCIAL LEARNING THEORY
Label:
SOCIAL LEARNING THEORY
Selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik demi kemajuan diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara
OXFORD LIBRARY OF PSYCHOLOGY
Label:
OXFORD LIBRARY OF PSYCHOLOGY
Selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik demi kemajuan diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara
Monday, April 2, 2018
PENDEKATAN PSIKOLOGI SASTRA
Pendekatan
Psikologi Sastra
Semi (1993:76) menuliskan bahwa
psikologi sastra adalah
suatu displin yang memandang
karya sastra sebagai
suatu karya yang
memuat peristiwa-peristiwa kehidupan
manusia yang diperankan
oleh tokoh-tokoh imajiner
yang ada didalamnya atau mungkin
juga diperankan tokoh-tokoh
faktual. Sedangkan psikologi itu
sendiri merupakan ilmu yang membicarakan persoalan-persoalan manusia dari aspek
kejiwaan.
Pendekatan psikologi
dalam penelitian karya sastra berpijak pada psikologi kepribadian.
Artinya, penerapan psikologi
sastra terhadap karya
sastra sering diterapkan berdasarkan
karakter-karakter tokoh, perilaku,
dan perbuatan tokoh tersebut
(Sangidu, 2007: 30). Hal ini dapat dikaji ketika melihat psikologi pada
tokoh dalam sebuah karya sastra.
Hubungan antara
psikologi dengan sastra
telah lama ada,
semenjak usia ilmu itu sendiri. Menurut Downs (Ngalong, 2016: 29) menyebutkan
bahwa psikologi itu
sendiri bekerja pada
suatu wilayah yang gelap,
mistik dan paling
peka terhadap bukti-bukti
ilmiah. Dan wilayah
yang gelap itu memang ada
pada manusia, dari wilayah yang
gelap itulah kemudian muncul perilaku
serta aktifitas yang
beragam, termasuk perilaku
baik, buruk, kreatif, bersastra
dan lain-lain.
Pendekatan psikologi
sastra dapat diartikan
sebagai suatu cara
analisis berdasarkan sudut pandang
psikologi. Sudut pandang yang
bertolak dari asumsi bahwa karya sastra
selalu membahas tentang peristiwa
kehidupan manusia yang merupakan pancaran
dalam menghayati dan
menyikapi kehidupan. Akan tetapi,
mengkaji karya sastra dapat dilihat pada segi kejiwaan tokoh.
Fungsi psikologi itu
sendiri adalah melakukan penjelajahan kedalam batin jiwa yang dilakukan
terhadap tokoh-tokoh yang terdapat dalam karya sastra dan untuk mengetahui
lebih jauh tentang seluk-beluk tindakan manusia dan responnya terhadap tindakan
lainnya (Hardjana, 1991: 60).
Pendapat tersebut
dapat diperkuat oleh Wellek
dan Warren (1993: 81-93),
bahwa psikologi sastra memasuki bidang
kritik sasra lewat
beberapa jalan, antara lain
pembahasan tentang proses
penciptaan sastra. Pembahasan
psikologi terhadap pengarang (baik
sebagai suatu tipe maupun
sebagai seorang peneliti). Pembicaraan tentang ajaran dan
kaidah psikologi yang dapat ditimba dari karya sastra.
Psikologi sastra
merupakan suatu pendekatan
yang mempertimbangkan segi-segi
kejiwaan dan menyangkut
batiniah manusia (Hardjana, 1985:
66). Melalui tinjauan psikologi akan nampak
fungsi dan peran sastra
untuk menghidangkan citra manusia untuk memancarkan karya
sastra dan melukiskan kehidupan
manusia.
Menurut Schott
(Sangidu, 2007: 30), ada tiga macam
metode psikologi sastra yang dapat dimanfaatkan untuk menganalisis suatu karya
sastra.Pertama, menguraika hubungan ketidaksengajaan antara pengarang danpembaca.Kedua,
memahami kehidupan pengarang untuk memahami karyanya. Ketiga, menguraikan
karakter para tokoh
yang ada dalam
karya yang diteliti.
Sedangkan dalam
pandangan Endraswara
(2003: 97-98) ada
tiga macam pendekatan dalam psikologi
sastra. Pertama pendekatan
tekstual yang mengkaji aspek psikologis tokoh dalam karya sastra. Kedua,
pendekatan represif –pragmatik
yang mengkaji aspek
psikologis pembaca sebagai
penikmat karya sastra, yang
terbentuk dari pengaruh
karya yang ia
baca, serta proses
resepsi pembaca ketika menikmati
karya. Ketiga, pendekatan
ekspresif yang menkaji aspek
psikologis penulis dalam
proses kreatif yang
diwujudkan ke dalam karyanya.
Penelitian psikologi
sastra berlandaskan pada
asumsi dasar yang dipengaruhi oleh,
pertama, adanya anggapan
bahwa karya sastra
merupakan produk dari suatu
kejiwaan, kedua kajian
psikologi sastra di
samping menelitiperwatakan tokoh
secara psikologis juga
aspek-aspek pemikiran dan
perasaan pengarang ketika menciptakan karya itu (Endrawsrara,
2003:96).
Kajian psikologi
sastra adalah kajian
sastra yang memandang
karya sebagai aktivitas kejiwaan.
Seksualitas dari dimensi
psikologis erat kaitannya dengan bagaimana menjalankan fungsi
sebagai makhluk seksual, identitas peran atau jenis. Dari dimensi sosial dilihat pada bagaimana seksualitas muncul dalam hubungan antar
manusia, bagaimana pengaruh
lingkungan dalam membentuk pandangan tentang
seksualitas menjadi perilaku
seks. Dimensi perilaku
menerjemahkan seksualitas menjadi perilaku seksual, yaitu perilaku yang muncul berkaitan
dengan doronganatau hasrat seksual.Dimensi kultral menunjukkan perilaku seks
menjadi bagian dari budaya yang ada di masyarakat.
Hubungan antara
ilmu psikologi dengan
ilmu sastra adalah
ketika menggunakan ilmu psikologi
dalam menelaah karya
sastra. Pada karya sastra, baik
novel, cerpen, dan puisi terdapat penokohan.Kesinambungan ilmu psikologi adalah
saat mengkaji aspek kejiwaan baik tokoh maupun pengarang. Freud membedakan pikiran
manusia dalam tiga tingkat yaitu pikiran sadar (conscious mind) yang
berisi semua proses mental yang kita sadari; pikiran prasadar (preconscious
mind) yang berisi memori-memori yang dapat diingat kembali pada pikiran
sadar dalam kondisi tertentu; dan pikiran bawah sadar (unconscious mind)
yang berisi naluri-naluri (instincts) biologis, terutama
dorongan-dorongan primitif seperti seks dan agresi (Jarvis, 2006:48). Walaupun
manusia mengetahui apa yang terjadi dalam pikiran sadar, namun pengalaman masa
lalu yang tersimpan dalam alam prasadar dan naluri dalam alam bawah sadar tetap
memengaruhi keputusannya.
Label:
PSIKOLOGI SASTRA
Selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik demi kemajuan diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara
Subscribe to:
Posts (Atom)
Semangat Kolaborasi Riset Membangun IKN Berbudaya: Desa Telemow Bersiap Menjadi Laboratorium Hidup Kearifan Lokal
Penajam Paser Utara, 16 September 2024 – Gemuruh semangat pembangunan Ibu Kota Negara Nusantara di Kalimantan Timur bergema hingga ke pel...
-
PENGERTIAN STILISTIKA Stilistika ( stylistic ) menurut Ratna (2009: 1) adalah ilmu tentang gaya, sedangkan stil ( style ...
-
Secara etimologis, puisi berasal dari bahasa Yunani poeima yang memilki makna membuat, poeisis yang berarti pembuatan, atau poeitis yan...
-
S emangat Kebangsaan ___&___ Cinta Tanah Air Semangat kebangsaan merupakan cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menem...