Monday, November 13, 2023

SEKILAS TENTANG ANTROPOLINGUISTIK

Antropolinguistik adalah cabang linguistik yang mempelajari variasi dan  penggunaan bahasa dalam hubungannya dengan perkembangan waktu, perbedaan tempat komunikasi, sistem kekerabatan, pola-pola kebudayaan lain dari suatu suku bangsa (Rahim 2008; Sibarani 2015). Antropolinguistik menitikberatkan pada hubungan antara bahasa dan kebudayaan di dalam suatu masyarkat seperti peranan bahasa di dalam mempelajari bagaimana hubungan keluarga diekspresikan dalam terminologi budaya, bagaimana cara seseorang berkomunikasi dengan orang lain dalam kegiatan sosial dan budaya tertentu, dan bagaimana cara seseorang berkomunikasi dengan orang dari budaya lain, bagaimana cara seseorang berkomunikasi dengan orang lain secara tepat sesuai dengan konteks budayanya, dan bagaimana bahasa masyarakat dahulu sesuai dengan perkembangan budayanya (Sibarani 2015). Selanjutnya, Foley mendefinisikan antropolinguistik sebagai berikut;

“Antropological linguistics is that sub field of linguistics which is concern with the place of language in its wider social and cultural context, its role in forging and sustaining cultural practices and social structures. As such, it may be seen to overlap with another sub-field with a similar domain, sociolinguistics, and in practice this may indeed be so (Willian A. Foley 2001)yang jika diterjemahkan berarti linguistik antropologi sebagai sub disiplin linguistik yang berkaitan dengan tempat bahasa dalam konteks budaya maupun sosial yang memiliki peran menyokong dan menempa praktek praktek kultural dan struktur sosial.

Antropolinguistik memandang bahasa sebagai prisma atau inti dari konsep antropologi budaya untuk mencari makna dibalik penggunaan, ketimpangan penggunaan maupun tanpa menggunakan bahasa dalam bentuk register dan gaya yang berbeda. Dengan kata lain, Antropolinguistik memuat interpretasi bahasa untuk menemukan pemahaman kultural (Eriksen 2004). Hal tersebut sebagaimana yang diungkapkan oleh Foley berikut ini;

“Antropological linguistics views language through the prism of the core anthropological concept, culture, and such, seeks to uncover the meaning behind the use, misuse, or non-use of language, its different forms, registers and style. It is an interpretive discipline peeling away at language to find cultural understandings” (Willian A. Foley 2001) yang apabila diterjemahkan artinya; Linguistik antropologis memandang bahasa melalui prisma konsep inti antropologis, budaya, dan semacamnya, berusaha mengungkap makna di balik penggunaan, penyalahgunaan, atau non-penggunaan bahasa, berbagai bentuk, register, dan gayanya. Ini adalah disiplin interpretatif yang mengupas bahasa untuk menemukan pemahaman budaya”

 

Sebagai bidang interdisipliner, ada tiga bidang kajian antropolinguistik, yakni studi mengenai bahasa, studi mengenai budaya, dan studi mengenai aspek lain dari kehidupan manusia, yang ketiga bidang tersebut dipelajari dari kerangka kerja linguistik dan antropologi. Kerangka kerja linguistik didasarkan pada kajian bahasa dan kerangka kerja antropologi didasarkan pada kajian seluk-beluk kehidupan manusia. Dengan mendengar istilah antropolinguistik, paling sedikit ada tiga relasi penting yang perlu diperhatikan. Pertama, hubungan antara satu bahasa dengan satu budaya yang bersangkutan. Yang berarti bahwa ketika mempelajari suatu budaya, kita juga harus mempelajari bahasanya, dan ketika kita mempelajari bahasanya kita juga harus mempelajari budayanya. Kedua, hubungan bahasa dengan budaya secara umum yang berarti bahwa setiap ada satu bahasa dalam suatu masyarakat, maka ada satu budaya dalam masyarakat itu. Bahasa mengindikasikan budaya, perbedaan bahasa berarti perbedaan budaya atau sebaliknya. Ketiga, hubungan antara linguistik sebagai ilmu bahasa dengan antropologi sebagai ilmu budaya (Sibarani 2015).  

 

Bahasa itu adalah aktivitas rohani, proses yang berulang-ulang untuk membentuk ide atau gagasan dengan mengeluarkan bunyi artikulasi (Allen 1995; Appel and Muysken 2005; Campbell-Kibler 2009; Campbell‐Kibler 2010; Chomsky and Noam 2002; L. Thomas et al. 2004). Setiap bahasa mencerminkan lambang jiwa, tabiat, sifat suatu bangsa itu. Hal ini menimbulkan keragaman bahasa dan perbedaannya. Teorinya ini mengandung konsep dasar, bahasa milik suatu bangsa menentukan pandangannya terhadap dunia dan lingkungan sekitarnya melalui kategori gramatikal dan klasifikasi semantik yang mungkin ada dalam bahasa yang diwarisinya bersama-sama dengan kebudayaannya. Fungsi bahasa yang utama adalah alat untuk berpikir dan berekspresi. Fungsi utama bahasa ini berlaku pada setiap penutur bahasa di seluruh dunia. 

 

Perhatian utama antropolinguistik dalam pengkajian bahasa, budaya dan aspek-aspek lainnya dalam kehidupan manusia ditekankan pada tiga topik penting, yakni performansi (performance), indeksikalitas (indexicality), partisipasi (participation) (Duranti 1997). Melalui konsep performansi, bahasa dipahami dalam proses kegitan, tindakan, dan pertunjukan komunikatif, yang membutuhkan kreativitas. Bahasa sebagai unsur lingual yang menyimpan sumber-sumber kultural tidak dapat dipahami secara terpisah dari pertunjukan atau kegiatan berbahasa tersebut. Konsep indeksikalitas ini berasal dari pemikiran filosof Amerika Charles Sanders Pierce yang membedakan tanda atas tiga jenis yakni indeks (index), simbol (symbol), dan ikon (icon). Indeks adalah tanda yang mengindikasikan bahwa ada hubungan alamiah dan eksistensial antara yang menandai dan yang ditandai. Konsep indeks (indeksikalitas) diterapkan pada ekspresi linguistik seperti pronomina demonstratif (demonstrative pronouns), pronomina diri (personal pronouns), adverbia waktu (temporal expressions), dan adverbia tempat (spatial expressions). Konsep partisipasi memandang bahasa sebagai aktivitas sosial yang melibatkan pembicara dan pendengar sebagai pelaku sosial (social actors). Menurut konsep ini, kajian tentang aktivitas sosial lebih  penting dalam kajian teks itu sendiri (Morgan 2003).

 

No comments:

Post a Comment

Semangat Kolaborasi Riset Membangun IKN Berbudaya: Desa Telemow Bersiap Menjadi Laboratorium Hidup Kearifan Lokal

  Penajam Paser Utara, 16 September 2024 – Gemuruh semangat pembangunan Ibu Kota Negara Nusantara di Kalimantan Timur bergema hingga ke pel...