Pelaksanaan pembelajaran bahasa
sangat dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran
yang digunakan oleh guru. Pendekatan sangat berpengaruh terhadap penentuan tujuan pembelajaran, metode,
teknik apa yang digunakan. Istilah pendekatan,
metode, dan teknik sering dipakai secara tumpang tindih. Metode pembelajaran tidak ada yang sempurna.
“Setiap metode selalu memiliki kekurangan
dan kelebihan. Meskipun selalu banyak dilakukan penelitian dan eksperimen
yang diadakan mengenai metode-metode
mana yang paling efektif, tetapi masih tetap sulit untuk membuktikan secara ilmiah metode mana yang paling baik” (Sri
Utami Subyakto dan Nababan, 1993:
150-151). Menurut Beeby (Djago
Tarigan dan Henry Guntur Tarigan, 1986: 38) bahwa salah satu kelemahan pengajaran di dalam kelas adalah terletak
pada penggunaan metode. Guru-guru
cenderung mengajar secara rutin. Kurang variasi dalam penyampaian materi. Cara guru mengajar tersebut mempengaruhi cara
siswa belajar.
Bila guru mengajar hanya dengan
metode ceramah, maka siswa pun belajar dengan cara menghafal. Bila guru mengajar dengan memberikan banyak
latihan, maka siswa belajar melalui
pengalaman. Metode ceramah lebih cocok bagi penyampaian materi berupa pengantar dan teori. Belajar
melalui pengalaman lebih cenderung pada praktik. Kadang-kadang dalam proses belajar,
siswa perlu diajak ke luar sekolah untuk
meninjau tempat-tempat atau objek yang lain, sehingga siswa menjadi tidak
jenuh dan tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan dan tidak
membosankan.
Dalam hal ini, Syaiful Sagala
(2006:176) menyatakan bahwa belajar yang menyenangkan dapat dilihat
dari: (1) tidak tertekan; (2) bebas berpendapat; (3) tidak ngantuk; (4) bebas
mencari objek; (5) tidak jemu; (6) berani berpendapat; (7) belajar sambil
bermain; (8) banyak ide; (9) santai tapi serius (serius tapi santai); (10)
dapat berkomunikasi dengan orang lain; (11) tidak merasa canggung; (12) belajar
di alam bebas; dan (13) tidak takut. Oleh karena itu, salah satu metode yang
dapat digunakan dan menjadi alternatif bagi guru untuk menciptakan suasana
pembelajaran yang tidak kaku dan mengembangkan kreativitas siswa dalam pembelajaran
menulis puisi adalah field trip.
Field trip dapat
diartikan sebagai kunjungan atau karyawisata. Akan tetapi Roestiyah N.K. (2008:
85) mengatakan bahwa field trip bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk
belajar atau memperdalam pelajaran dengan melihat kenyataan. Karena itu
dikatakan metode field trip, yaitu cara mengajar yang dilakukan dengan
mengajak siswa ke suatu tempat atau objek tertentu di luar sekolah untuk
mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, suatu
bengkel mobil, toko serba ada, dan sebagainya. Hal yang sama juga diungkapkan
oleh Syaiful Sagala (2006: 214) bahwa field trip adalah pesiar
yang dilakukan oleh para peserta didik untuk melengkapi pengalaman belajar
tertentu dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah.
Dengan field trip sebagai
metode belajar mengajar, anak didik di bawah bimbingan guru mengunjungi
tempat-tempat tertentu dengan maksud untuk belajar. Metode field trip mempunyai
beberapa kebaikan, antara lain: (1) anak didik dapat mengamati kenyataan
kenyataan yang beragam dari dekat; (2) anak didik dapat menghayati
pengalaman-pengalaman baru dengan mencoba turut serta di dalam suatu kegiatan;
(3) anak didik dapat menjawab masalah-masalah atau pertanyaanpertanyaan dengan
melihat, mendengar, mencoba, atau membuktikan secara langsung; (4) anak didik dapat
memperoleh informasi dengan jalan mengadakan wawancara atau mendengarkan
ceramah yang diberikan on the spor; dan (5) anak didik dapat mempelajari
sesuatu secara internal dan komprehensif (Syaiful Sagala, 2006: 215).
Keunggulan metode field trip menurut
Roestiyah N.K. (2008: 87) antara lain sebagai berikut:
a. siswa
dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan petugas pada objek
karya wisata itu, serta mengalami dan menghayati langsung apa pekerjaan mereka;
b. siswa
dapat melihat berbagai kegiatan para petugas secara individu maupun secara
kelompok dan dihayati secara langsung yang akan memperdalam dan memperluas
pengalaman mereka;
c. siswa
dalam kesempatan ini dapat bertanya jawab, menemukan sumber informasi yang
pertama untuk memecahkan segala persoalan yang dihadapi; dan
d. siswa
dapat memperoleh bermacam-macam pengetahuan dan pengalaman yang terintegrasi
dengan objek yang ditinjau itu.
Adapun tujuan teknik ini adalah
siswa diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung dari objek yang
dilihatnya, dapat turut menghayati tugas pekerjaan milik seseorang, serta dapat
bertanggung jawab. Dengan demikian, mereka mampu memecahkan persoalan yang
dihadapi dalam pembelajaran.
A.
Implementasi
Metode Field Trip dalam Pembelajaran Menulis Puisi
Metode field trip akan
sangat bermanfaat bila diterapkan dalam pembelajaran menulis puisi. Metode ini dapat menggugah siswa dalam berekspresi
yang dituangkan dalam puisi dengan
cara siswa mengamati suatu objek, misalnya saja objek alam yang berupa pohon beringin seperti puisinya
Sutan Takdir Alisyahbana yang berjudul Pohon
Beringin. Dalam puisi karangan Sutan Takdir Alisjahbana tersebut dilukiskan tentang keadaan luar dari pohon
beringin. Jadi, bagaimana bentuk pohon beringin itu dapat ditulis menjadi puisi dengan menggunakan kata-kata puisi.
Setelah itu, siswa dapat
mempraktikkannya dengan melakukan di luar kelas, yaitu mengamati objek secara langsung. Adapun langkah-langkah yang
harus ditempuh adalah:
1. Langkah Persiapan
Ada
beberapa prosedur yang harus ditempuh pada langkah persiapan ini adalah:
a. guru
menentukan tujuan yang diharapkan dicapai oleh para siswa, dan siswa diberitahu
tujuan dari pembelajaran tersebut agar siswa mengerti tujuan yang akan
dilakukannya;
b. menentukan
objek yang akan diamati. Dalam hal ini, guru menentukan objek yang sekiranya
cocok untuk pembelajaran menulis puisi; dan
c. menentukan
cara belajar siswa dalam mengamati objek.
2. Langkah Pelaksanaan
Pada
langkah ini, guru mengajak siswa ke luar kelas untuk mendekatkan siswa pada objek (konteks) nyata yang akan
dijadikan puisi. Siswa mengamati objek secara
langsung, kemudian siswa mencoba mengungkapkan apa yang dilihat dan dirasakan. Setelah itu, perasaan atau
objek yang dilihatnya dituangkan dalam bahasa
puitis.
3.
Tindak
Lanjut
Setelah
melakukan pengamatan objek dan mengerjakan apa yang ditugaskan oleh guru, yaitu menulis puisi dengan
metode field trip, maka siswa diharapkan untuk kembali ke kelas. Setelah itu, guru mencoba melihat hasil dari
yang dilakukan siswa dengan melihat
hasil puisi yang telah dituliskan oleh siswa, kemudian dikoreksi dan dibahas
bersama-sama.
No comments:
Post a Comment