Kreatif
___&___
Kerja Keras
Kreatif
merupakan berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil
baru dari sesuatu yang telah dimiliki. Bagi generasi mudah, kreatif merupakan
identitas yang harus yang dimiliki. Karena jika tidak, maka ketertinggalan
adalah jawabannya. Pemudah harus mampu berpikir kreatif untuk mencari solusi
atas diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negaranya. Kerja keras
merupakan perilaku yang menunjukkan upaya sunguh-sungguh dalam mengatasi
berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan
sebaik-baiknya. Jangan katakan dirimu sebagai generasi di era sekarang ini jika
berpikir kreatif dan bekerja keras untuk meraih kesuksesan dunia akhirat belum
dimiliki.
PEMBENTUKAN KATA
A. Beberapa Pengertian Pembentukan Kata
Karena kata dalam bahasa Indonesia dapat dibentuk dari
kata lain, ada berbagai pengertian dan istilah yang diperlukan untuk
menerangkan proses pembentukan itu. Berikut ini diuraikan beberapa konsep dan
istilah yang akan membantu kita untuk memahaminya.
1. Morfem, Alomorf, dan (Kata) Dasar
Dalam bahasa ada bentuk (seperti kata) yang dapat
“dipotong-potong” menjadi bagian yang lebih kecil lagi sampai ke bentuk yang,
jika dipotong lagi, tidak mempunyai makna. Kata memperbesar, misalnya, dapat
kita potong sebagai berikut.
Mem-perbesar
per-besar
Jika besar dipotong lagi, maka be- dan -sar
masing-masing tidak mempunyai makna. Bentuk seperti mem-, per-, dan besar
disebut morfem. Morfem yang dapat berdiri sendiri, seperti besar,
dinamakan morfem bebas, sedangkan yang melekat pada bentuk lain, seperti
mem- dan per-, dinamakan morfem terikat. Dengan batasan itu, maka sebuah
morfem dapat berupa kata (seperti besar di atas), tetapi sebuah kata dapat
terdiri atas satu morfem atau lebih.
Contoh memperbesar di atas adalah satu kata yang
terdiri atas tiga morfem, yakni dua morfem terikat mem- dan per- serta satu
morfem bebas besar. Sebaliknya, bentuk besar itu sendiri adalah satu morfem
yang kebetulan juga satu kata. Berikut ini beberapa contoh lain beserta
keterangannya.
membawa morfem bebas : bawa
morfem terikat
: mem
mempembuatan morfem bebas : buat
morfem terikat
: pem-an
Pada contoh di atas kita temukan bentuk mem- dan men-
yang masingmasing dilekatkan pada bawa dan dapat. Baik mem- maupun men-
sebenarnya mempunyai fungsi dan makna yang sama, yakni merupakan pembentuk
verba aktif. perbedaan dalam wujudnya itu ditentukan oleh fonem pertama yang
mengawali kata bawa dan dapat: jika fonem pertama yang mengikutinya berupa
fonem /b/maka bentuknya adalah men, anggota satu morfem yang wujudnya berbeda,
tetapi yang mempunyai fungsi dan makna yang sama dinamakan alomorf. Morfem
biasanya diapit oleh dua tanda kurung kurawal {…}. Dengan demikian,mem dan men
adalah dua alomorf dari satu morfem yang sama, yakni {meng-}. Disamping mem dan
men, masih ada alomorf meny {seperti pada kata menyingkir}, meng (seperti kata
mengambil), me (seperti melamar), dan menge (seperti pada kata mengecat).
Bentuk seperti duduk, darat, dan temu dapat dipakai
dasar untuk membentuk kata. Dari ketiga bentuk ini dapat diperoleh kata berikut
ini.
Duduk
|
Darat
|
Temu
|
Duduki
Menduduki
Dudukkan
Mendudukkan
(Pendudukan)
|
Mendarat
Daratkan
Mendaratkan
(Pendaratan)
|
Bertemu
Pertemuan
Mempertemukan
(Pertemuan)
|
Dengan demikian, kita dapat mengatakan bahwa kata
menduduki dan mendudukkan diturunkan secara bertahap dari dasar duduk, mendarat
dari dasar darat, bertemu dari dasar temu, dan mempertemukan dari dasar
pertemukan. Selanjutnya, kata seperti pendudukan, pendaratan, dan pertemuan
tidak dibentuk atau diturunkan dari dasar duduk, darat, dan temu, tetapi dari
dasar menduduki, mendarat, dan bertemu. Dengan kata lain, kata yang diturunkan
dari dasar tertentu dapat pula menjadi dasar pembentukan kata turunan yang
lain. Jadi, urutan pembentukannya dapat dilihat pada bagan berikut.
Duduk _____ menduduki ______ pendudukan
Darat _____ mendarat _____ pendaratan
Temu _____
bertemu _____ pertemuan
2. Analogi
Pembentukan kata pendaratan dan pertemuan dikaitkan
dengan mendarat dan bertemu, kita dapat juga menyaksikan pembentukan kata baru
berdasarkan contoh yang sudah ada. Kesamaan pola pembentukan berdasarkan contoh
itu disebut analogi. didalam dunia olah raga kita mengenal
paradigma bergulat-pegulat dan
bertinju-petinju. Kini muncul kata pegolf, pehoki dan pecatur yang
masing-masing dibentuk berdasarkan pola pegulat dan petinju tanpa
memperhitungkan ada tidaknya kata bergolf, pesuluh dan pesapa yang berdasarkan
pola penyuruh-pesuruh yang sudah lama ada dalam bahasa kita.
3. Proses Morfofonemik
Seperi dinyatakan diatas, sebuah morfem dapat bervariasi
bentuknya. Kidah yang menentukan bentuk itu dapat diberikan sebagai proses yang
berpijak pada bentuk yang dipilih sebagai lambing morfem. proses perubahan
bentuk yang isyaratkan oleh jenis fonem
atau morfem yang digabungkan dinamakan proses morfofonemik. Jadi,
seperti pada contoh diatas proses perubahan mengmenjadi mem-, men-, meny-,
menge-, dan me- adalah proses morfofonemik.
4. Afiks, Prefiks,Sufiks, infiks, dan Konfiks
Kata yang dibentuk dari kata lain pada umumnya
mengalami tambahan bentuk pada kata dasarnya. Kata seperti bertiga, ancaman,
gerigi dan berdatangan terdiri atas kata dasar tiga, ancam, gigi, dan datang
yang masing-masing dilengkapi dengan bentuk yang berwujud ber, an, er, dan
ber-an. Bentuk atau morfem terikat yang dipakai untuk menurunkan kata dinamakan
afiks atau imbuhan. Keempat bentuk terikat diatas adalah afiks
atau imbuhan.
Afiks yang ditempatkan dibagian muka suatu kata dasar
disebut prefiks atau awalan. Bentuk atau morfem terikat seperti
ber-, meng-, peng-, dan per- adalah prefiks atau awalan. Apabila morfem terikat
ini digunakan dibagian belakang kata, maka namanya adalah sufiks atau akhiran.
Morfem terikat seperti –an, -kan, dan –i adalah contoh sufik atau akhiran. Infiks
atau sisipan adalah afiks yang diselipkan ditengah kata dasar.
Bentuk seperti –er- dan –el- pada gerigi dan gelatar adalah afiks atau sisipan.
Gabungan prefix dan sufiks yang membentuk suatu
kesatuan dinamakan konfiks. Kata berdatangan, misalnya, dibentuk kata
dasar datang dan konfiks ber- -an yang secara serentak diimbuhkan. Kita harus
waspada terhadap bentuk yang mirip dengan konfiks, tetapi yang bukan konfiks
karena proses penggabungannya tidak secara serentak. Kata berhalangan,
misalnya, pertamatama dibentuk dengan menambahkan sifiks –an pada dasar halang
sehingga terbantuk kata halangan. Sesudah itu barulah prefix ber- diimbuhkan.
Jadi, ber--an pada berdatangan adalah konfiks karena
afiks itu merupakan kesatuan-tidak ada bentuk datangan. sebaliknya, ber-an pada
berhalangan bukan konfiks karena merupakan hasil proses penggabungan perfiks
ber- dengan halangan.
B. Pembentukan Kata
Ada dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam dan
dari luar bahasa Indonesia. Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kosa
kata baru dengan dasar kata yang sudah ada, sedangkan dari luar
terbentuk kata baru melalui unsur serapan. Dari dalam bahasa Indonesia
terbentuk kata baru, misalnya:
Tata daya
serba
Tata buku daya
tahan serba putih
Tata bahasa daya
pukul serba plastik
Hari tutup
lepas
Hari sial tutup
tahun lepas tangan
Hari jadi tutup
buku lepas pantai
Dari luar bahasa Indonesia terbentuk kata-kata melalui
pungutan kata, misalnya
Bank Wisata
Kredit Santai
Valuta Nyeri
Televisi Candak kulak.
Kata-kata pungut adalah kata yang diambil dari
kata-kata asing. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan kita terhadap nama dan
penamaan benda atau situasi tertentu yang belum dimiliki oleh bahasa Indonesia.
pemungutan kata-kata asing yang bersifat internasional sangat kita perlukan
karena kita memerlukan suatu komunikasi dalam dunia dan teknologi modern, kita
memerlukan komunikasi yang lancar dalam segala macam segi kehidupan.
Kata-kata pungut itu ada yang dipungut tanpa diubah,
tetapi ada juga yangdiubah. Kata-kata pungut yang sudah disesuaikan dengan ejaan
bahasa Indonesia disebut bentuk serapan. Bentuk-bentuk serapan itu ada empat
macam.
1. Kita mengambil kata yang sudah sesuai dengan ejaan
bahasa Indonesia. Yang termasuk kata-kata itu ialah :
Bank,
Opname, dan Golf.
2. Kita mengambil kata dan menyesuaikan kata itu dengan
eajaan bahasa Indonesia. Yang kata-kata itu ialah
Subject
Subjek,
Apotheek
Apotek,
Standard
Standar, dan
University
Universitas.
3. Kita menerjemahkan istilah-istilah asing kedalam
bahasa Indonesia. Yang tergolong kedalam bentuk ini ialah
Starting
point titik tolak
Meet
the press jumpa pers,
Up
to date mutakhir,
Briefing
taklimat, dan
Hearing
dengar pendapat.
4. Kita mengambil istilah yang tetap seperti aslinya
karena sifat keuniversalnya. yang termasuk golongan ini adalah
De facto,
Status
quo,
Cum
laude, dan
Ad
hoc.
Dalam menggunakan kata, terutama dalam situasi resmi, kita perlu
memperhatikan beberapa ukuran.
a. Kata yang lazim dipakai dalam bahasa tutur atau bahasa
setempat dihindari. Misalnya:
nongkrong
Raun
Kata-kata itu dapat dipakai kalau sudah menjadi milik umum. Contoh:
Ganyang
anjang sana senang
Lugas
kelola Heboh
b. Kata-kata yang mengandung nilai rasa hendaknya dipakai
secara cermat dan hati-hati agar sesuai dengan tempat dan suasana pembicaraan.
Contoh:
Tunanetra
buta
Tunarungu
tuli
Tunawicara
bisu
c. Kata yang tidak lazim dipakai dihindari, kecuali kalau
sudah dipakai oleh masyarakat. Contoh:
Konon
puspa
Bayu
lepau
Lascar
didaulat
Sebuah kata dikatakan baik kalau tepat arti dan tepat
tempatnya, seksama dalam pengungkapan, lazim dan sesuai dengan kaidah ejaan.
Beberapa contoh pemakaian kata dibawah ini dapat dilihat
a. Kata raya tidak dapat disamakan dengan kata besar,
agung. Kata-kata itu tidak terlalu dapat dipertukarkan. contoh masjid raya,
rumah besar, hakim agung.
b. Kata masing-masing dan tiap-tiap tidak sama dalam
pemakaiannya. Kata tiap-tiap harus diikuti oleh kata benda, sedangkan kata
masing-masing tidak boleh diikuti kata benda. Contoh yang benar:
1) tiap-tiap kelompok terdiri atas tiga puluh orang.
2) Berbagai gedung bertingkat dijakarta memiliki gaya
arsitektur masing-masing.
3) Masing-masing mengemukan keberatannya.
4) Para pemimpin Negara APEC yang hadir dijakarta
masing-masing dijaga ketat oleh pegawai kepresidenan Indonesia.
c. Pemakaian kata dan lain-lain harus dipertimbangkan
secara cermat. Kata dan lain-lain sama kedudukannya dengan seperti, antara
lain, misalnya. Misanya:
Bentuk
yang salah
Dalam
ruang itu kita dapat menemukan barang-barang seperti meja, buku bangku, dan
lain-lain.
Bentuk
yang benar
1) Dalam ruang itu kita dapat menemukan meja,buku,bangku,
dan lain-lain.
2) Dalam ruang itu kita dapat menemukan barang-barang
seperti meja,buku,dan bangku
d. Pemakaian kata pukul dan jam harus dilakukan tepat.
kata pukul menunjukkan waktu, sedangkan kata jam menunjukkan jangka waktu.
Misalnya:
1) Seminar tentang kardiologi yang diselenggarakan oleh
fakultas kedokteran Universitas Muslim Indonesia berlangsung selama 4 jam,
yaitu dari jam 8.00 s.d. 12.00. (salah)
2) Seminar tentang kardiologi yang diselenggarakan oleh fakultas
kedokteran Universitas Muslim Indonesia berlangsung selama 4 jam, yaitu dari
pukul 8.00 s.d. pukul 12.00. (benar)
e. kata sesuatu dan suatu harus dipakai secara tepat.
Kata Sesuatu tidak diikuti oleh kata benda, sedangkan kata suatu harus diikuti kata
benda. Contoh:
1) ia mencari sesuatu.
2) Pada suatu waktu ia datang dengan wajah berseri- seri.
f. Kata dari dan daripada tidak sama pemakaiannya. Kata
dari dipakai untuk menunjukkan asal sesuatu, baik bahan maupun arah Contoh:
1) Ia mendapat tugas dari atasannya.
2) Cincin itu terbuat dari emas.
Kata
daripada berfungsi membandingkan. Contoh:
1) Duduk lebih baik daripada berdiri.
2) Indonesia lebih luas daripada Malaysia
C. Kesalahan Pembentukan dan Pemilihan Kata
Pada bagian berikut akan diperlihatkan kesalahan
pembentukan kata, yang sering kita temukan, baik dalam bahasa lisan maupun
dalam bahasa tulis. Setelah diperlihatkan bentuk yang salah, diperlihatkan pula
bentuk yang benar, yang merupakan perbaikannya.
1. Penanggalan awalan me-
Penanggalan awalan me- pada judul berita dalam surat
kabar diperbolehkan. Namun, dalam teks beritanya awalan me- harus
diekplisit. Dibawah ini diperlihatkan bentuk yang salah dan bentuk yang
benar.
a.
Amerika
serikat luncurkan pesawat bolak-balik Colombia.(salah)
b.
Amerika
serikat meluncurkan pesawat bolak balik colombia.(benar)
c.
Jaksa
Agung, Marzuki Darusman, periksa mantan Presiden Soeharto. (salah)
d.
Jaksa
Agung, Marsuki Darusman, memeriksa mantan presiden soeharto. (benar)
2. Penanggalan awalan ber-
Kata-kata yang berawalan ber- sering menanggalkan
awalan ber-. Padahal, awalan ber- harus dieksplisikan secara jelas. dibawah ini
dapat dilihat bentuk salah dan benar dalam pemakaiannya.
a. Sampai jumpa lagi. (salah)
b. Sampai berjumpa lagi. (benar)
c. Pendapat saya beda dengan pendapatnya. (salah)
d. Pendapat saya berbeda dengan pendapatnaya. (benar)
e. Kalau saudara tidak keberatan, saya akan meminta saran
saudara tentang penyusunan proposal penelitian. (salah)
f. Kalau saudara tidak berkeberatan, saya akan meminta
saran saudara tentang penyusunan propososal penelitian. (benar)
3. Peluluhan bunyi /c/
Kata dasar yang diawali bunyi /c/ sering menjadi luluh
apabila mendapat awalan me-. Padahal, sesungguhnya bunyi/c/ tidak luluh
apabila mendapat awalan me-. Dibawah ini diperlihatkan bentuk
salah dan bentuk benar.
a. Wakidi sedang menyuci mobil. (salah)
b. Wakidi sedang mencuci mobil. (benar)
c. Eka lebih menyintai boby dari pada menyintai roy.
(salah)
d. Eka lebih mencintai boby dari pada mencintai roy.
(benar)
4. Penyengauan kata dasar
Ada lagi gejala penyengauan bunyi awal kata dasar.
penyengauan kata dasar ini sebenernya adalah ragam lisan yang dipakai dalam
ragam tulis. Akhirnya, pencampuradukkan antara ragam lisan dan tulis
menimbilkan suatu bentuk kata yang salah dalam pemakaian. Kita sering menemukan
penggunaan kata-kata, nyopet, nolak, nyuap dan nyari. Dalam bahasa Indonesia
baku tulis, kita harus menggunakan kata-kata mencopet, memandang, mengail
mengantuk, menabrak, menanam, menulis, mencubil, mengepung, menolak, mencabut,
menyuap dan mencari.
5. Bunyi /s/, /k/, /p/, dan yang tidak luluh
Kata dasar yang bunyi awalnaya /s/, /k/, /p/, atau /t/
sering tidak luluh jika mendapat awalan me- atau pe-. padahal, menurut kaidah
baku bunyi-bunyi itu harus lebur menjadi bunyi sengau. Dibawah ini dibedakan
bentuk salah dan bentuk benar dalam pemakaian sehari-hari.
a. Eksistensi Indonesia sebagai Negara pensuplai minyak
sebaiknya dipertahankan. (salah)
b. Eksistansi Indonesia sebagai Negara penyuplai minyak
sebaiknya dipertahankan. (benar)
c. Bangsa Indonesia mampu mengkikis habis paham komunis
sampai keakar-akrnya. (salah)
d. Bangsa Indonesia mampu mengikis habis paham komunis
sampai keakarakar. (benar)
Kaidah penyuluhan bunyi s, k, p, dan t tidak berlaku
pada kata-kata yang dibentuk dengan gugus konsonan. Kata traktor apabila diberi
berawalan me-, kata ini akan menjadi mentraktor bukan menraktor. Kata
proklamasi apabila diberi berawalan me-, kata itu akan menjadi
memproklamasikan.
6. Awalan ke- yang keliru
Pada kenyatan sehari-hari, kata-kata yang seharusnya
berawalan ter- sering diberi berawalan ke-. Hal itu disebabkan oleh
kekurang cermatan dalam memilih awalan yang tepat. Umumnya, kesalahan
itu dipengaruhi oleh bahasa daerah (jawa/sunda). Dibawah ini dipaparkan
bentuk salah dan bentuk benar dalam pemakaian awalan.
a. Pengendara motor itu meninggal karena kertabrak oleh
metro mini. (salah)
b. Pengendara motor itu meninggal karena tertabrak oleh
metro mini. (benar)
c. Dompet saya tidak kebawa karena waktu berangkat, saya
tergesa-gesa. (salah)
d. Dompet saya tidak terbawa karena waktu berangkat, saya
tergesa-gesa. (benar)
e. Mengapa kamu ketawa terus?(salah)
f. Mengapa kamu tertawa terus?(benar)
Perlu diketahui bahwa awalan ke- hanya dapat menempel
pada kata bilangan. Selain kata bilangan, awalan ke- tidak dapat dipakai.
Pengecualian terdapat pada kata kekasih, kehendak, dan ketua. oleh sebab itu,
kata ketawa, kecantol, keseleo, ketawa, ketabrak bukanlah bentuk baku dalam
bahasa Indonesia. bentuk-bentuk yang benar ialah kedua, ketiga, keempat,
kesepuluh, keseribu, dan seterusnya.
7. Pemakaian akhiran –ir
Pemakaian akhiran –ir sangat produktif dalam
penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari. Padahal, dalam bahasa Indonesia baku,
untuk padanan akhiran –ir adalah –asi atau –isasi. Dibawah ini ungkapan bentuk
yang salah dan bentuk yang benar.
a. Saya sanggup mengkoordinir kegiatan itu. (salah)
b. Saya sanggup mengkoordinasi kegiatan itu. (benar)
c. Sukarno-Hatta memproklamirkan Negara republik Indonesia.
(salah)
d. Sukarno-hatta memproklamasikan Negara republik Indonesia.
(benar)
Perlu diperhatikan ,akhiran –asi atau –isasi pada
kata-kata lelenisasi, turinisasi, neonisasi, pompanisasi, dan koranisasi
merupakan bentuk yang salah karena kata dasarnya bukan kata serapan dari bahasa
asing. Kata-kata itu harus diungkapkan
menjadi usaha peternakan lele, usaha peternakan turi, usaha pemasangan neon,
gerakan memasyarakatkan radio, gerakan pamasangan pompa, dan usaha
memasyarakatkan Koran.
8. Padanan yang tidak serasi
Karena pemakai bahasa kurang cermat memilih padanan
yang serasi, yang muncul dalam pembicaraan sehari-hari adalah padanan yang
tidak sepadan atau tidak serasi. Hal itu terjadi karena dua kaidah bahasa
bersilang, atau bergabung dalam sebuah kalimat. dibawah ini dipaparkan bentuk
salah dan bentuk benar terutama dalam memakai ungkapan penghubung antarkalimat.
a. Karena modal dibank terbatas sehingga tidak semua
pengusaha lemah memperoleh kredit. (salah)
b. Karena modal dibank terbatas, tidak semua pengusaha
lemah memperoleh kredit. (benar)
c. Modal dibank terbatas sehingga tidak semua pengusaha
lemah memperoleh kredit. (benar)
d. Apabila pada hari itu saya berhalangan hadir, maka
rapat akan dipimpin oleh sdr. Daud. (salah)
e. Apabila pada hari itu saya berhalangan hadir, rapat
akan dipimpin oleh sdr. daud. (benar)
f. Pada hari itu saya berhalangan hadir, maka rapat akan
dipimpin oleh sdr. Daud. (benar)
Bentuk-bentuk diatas adalah bentuk yang menggabungkan
kata karena dan sehingga, kata apabila dan maka, dan walaupun dan tetapi.
Penggunaan dua kata itu dalam sebuah kalimat tidak diperlukan.
Bentuk-bentuk lainnya yang merupakan padanan yang
tidak serasi adalah disebabkan karena, dan lain sebagainya, karena, maka, untuk….maka,
meskipun. . . . tetapi, kalau . . . . maka, dan sebagainya. Bentuk yang baku
untuk mengganti padanan itu adalah disebabkan oleh,dan lain-lain, atau dan
sebagainya; karena/untuk/ kalau saja tanpa diikuti maka, atau maka saja tanpa
didahului oleh karena/untuk/kalau; meskipun saja tanpa disusul tetapi atau
tetapi saja tanpa didahului meskipun.
9. Pemakaian Kata Depan di ,ke ,dari ,bagi ,pada,
daripada, dan terhadap
Dalam pemakaian sehari-hari, pemakaian di, ke, dari,
bagi, dan daripada, sering dipertukarkan. Dibawah ini dipaparkan bentuk benar
dan bentuk salah dalam pemakaian kata depan.
a. Putusan daripada pemerintah itu melegakan hati rakyat.
(salah)
b. Putusan pemerintah itu melegakan hati rakyat. (benar)
c. Meja ini terbuat daripada kayu. (salah)
d. Meja ini terbuat dari kayu. (benar)
10. Pemakaian Akronim dan Singkatan
Kita membedakan istilah ‘’singkatan’’ dengan ‘’bentuk
singkat’’. Yang dimaksud dengan singkata istilah PLO, UI, dan lain-lain. Yang
dimaksud dengan bentuk singkat ialah lab (laboratorium), memo (memorandum) dan
lain-lain. pemakaian akronim dan singkatan dalam bahasa indonesia kadang-kadang
tidak teratur. Singkatan IBF mempunyai dua makna, yaitu internasional boxing federation dan internasional badminton federation. oleh sebab itu pemakaian
akronim dan singkatan sedapat mungkin dihindari karena menimbulkan berbagai
tafsiran terhadap akronim atau singkatan itu. singkatan yang dapat dipakai
adalah singkatan yang sudah umum dan maknanya telah mantap. Walaupun demikian
,agar tidak terjadi kekeliruan kalau hendak mempergunakan bentuk akronim atau
singkatan dalam suatu artikel atau makalah serta sejenis dengan itu, akronim
atau singkatan itu lebih baik didahului oleh bentuk lengkapnya.
11. Penggunaan kesimpulan, keputusan, penalaran, dan
pemukiman
Kata-kata kesimpulan bersaing pemakaiannya dengan kata
simpulan; kata keputusan bersaing pemakaiannya dengan kata putusan; kata
pemukiman bersaing dengan kata permukiman; kata penalaran bersaing dengan kata
pernalaran lalu, bentukan yang manakah yang sebenarnya paling tepat? Apakah
yang tepat kesimpulan dan yang salah simpulan, ataukah sebaliknya. Apakah yang
tepat keputusan dan yang salah putusan, ataukah sebaliknya. mana yang benar
penalaran ataukah pernalaran; kata pemukiman ataukah permukiman?
Pembentukan kata dalam bahasa indonesia sebenarnya
mengikuti pola yang rapi dan konsisten. kalau kita perhatikan dengan seksama,
bentukan-bentukan kata itu memiliki hubungan antara satu dan yang lain. Dengan
kata lain, terdapat korelasi diantara berbagai bentukan tersebut. Perhatikanlah,
misalnya, verba yang berawalan meng- dapat dibentuk menjadi nomina yang
bermakna ‘proses’ yang berimbuhan peng-an, dan dapat pula dibentuk menjadi
nomina yang bermakna ‘ hasil’ yang berimbuhan –an. Perhatikanlah keteraturan
pembentukan kata berikut.
Tulis, menulis,
penulis, penulisan, tulisan
Pilih, memilih,
pemilih, pemilihan, pilihan
Bawa, membawa,
pembawa, pembawaan, bawaan
Pakai, memakai,
pemakai, pemakaian, pakaian
Pukul, memukul,
pemukul, pemukulan, pukulan
Ada lagi pembentukan kata yang mengikuti pola berikut.
Tani, bertani,
petani, pertanian
Tinju, bertinju,
petinju, pertinjauan
Silat, bersilat,
pesilat, persilatan
Mukim, bermukim,
pemukim, permukiman
Gulat, bergulat,
pegulat, pergulatan
Kelompok kata dibawah ini mengikuti cara yang lain.
Satu, bersatu,
mempersatukan, pemersatu, persatuan
Solek, bersolek,
mempersolek, pemersolek, persolekan
Oleh, beroleh,
memperoleh, pemeroleh, perolehan
Berdasarkan kaidah diatas, bentukan-bentukan berikut
dipandang kurang konsisten.
a. Karya ilmiah harus mengandung bab pendahuluan,
analisis,dan kesimpulan. (kurang rapi)
b. Karya ilmiah harus mengandung bab pendahuluan,
analisis, dan simpulan. (lebih rapi)
c. Sesuai dengan keputusan pemerintah, bea masuk barang
mewah dinaikkan menjadi 20%. (Kurang rapi)
d. Sesuai dengan putusan pemerintah, bea masuk barang
mewah dinaikkan menjadi 20%. (Lebih rapi)
e. Petugas Puskesmas di sana kurang memberikan pelayanan
yang memuaskan. (Kurang rapi)
f. Petugas Puskesmas di sana kurang memberikan layanan
yang memuaskan. (Lebih rapi)
g. Paman saya sudah membeli rumah di pemukiman Puri Giri
Indah. (Kurang rapi)
h. Paman saya sudah membeli rumah di permukiman Puri Giri
Indah. (Lebih rapi)
12. Penggunan kata yang hemat
Salah satu cirri pemakaian bahasa yang efektif adalah
pemakaian bahasa yang hemat kata, tetapi padat isi. Namun, dalam komunikasi
sehari-hari sering dijumpai pemakaian kata yang tidak hemat (boros). Berikut ini
didaftar kata yang sering digunakan tidak hemat itu.
Boros Hemat
sejak dari sejak
atau dari
agar supaya agar
atau upaya
demi untuk demi
atau untuk
adalah merupakan adalah
atau merupakan
seperti dan sebagainya seperti atau dan sebagainya
Mari kita lihat perbandingan pemakaian kata yang boros
dan hemat berikut.
a. Apabila suatu reservoir masih mempunyai cadangan
minyak, maka diperlukan tenaga dorong buatan untuk memproduksi minyak lebih besar.
(Boros, Salah)
b. Apabila suatu reservoir masih mempunyai cadangan
minyak, diperlukan tenaga dorong buatan untuk memproduksi minyak lebih besar.
(Hemat, Benar)
c. Untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi minyak dan
gas bumi di mana sebagai sumber devisa Negara diperlukan tenaga ahli yang terampil
di bidang geologi dan perminyakan. (Salah)
d. Untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi minyak dan
gas bumi yang sebagai merupakan sumber devisa Negara diperlukan tenaga ahli
yang terampil di bidang geologi dan perminyakan. (Benar)
e. Karena sumber sembur alam mempunyai tekanan yang
tinggi sehingga mampu mengalirkan fluida reservoir ke permukaan. (Boros, Salah)
f. Karena sumber minyak sembur alam mempunyai tekanan
yang tinggi, sembur alam tersebut mampu mengalirkan fluida reservoir ke permukaan.
(Hamat, Benar)
13. Anologi
Di dalam dunia olahraga terapat istilah petinju. Kata
petinku berkorelasi dengan kata bertinju. Kata petinju berarti ‘orang yang
(biasa) bertinju’, bukan ‘orang yang (biasa) meninju’. Dewasa ini dapat
dijumpai banyak kata yang sekelompok dengan petinju, seperti pesenam, pesilat,
pegolf, peterjun, petenis, dan peboling. Akan tetapi, apakah semua kata
dibentuk dengan cara yang sama dengan pembentukan kata petinju? Jika harus
dilakukan demikian, akan tercipta bentukan seperti berikut ini.
Petinju ‘orang
yang bertinju’
Pesenam ‘orang
yang bersenam’
Pesilat ‘orang
yang bersilat’
Peski ’orang
yang berski’
Peselancar ’orang
yang berselancar’
Pegolf ‘orang
yang bergolf’
Petenis ‘orang
yang bertenis’
Peboling ‘orang
yangberboling’
Kata bertinju, bersenam, dan bersilat mungkin biasa
digunakan, tetapi kata bergolf, berterjun, bertenis, dan berboling bukan kata
yang lazim. Oleh sebab itu, muncul kata
Peski
Peselancar
Pegolf
Petenis
Peboling
Pada dasarnya tidak dibentuk dari
Berski (yang baku bermain ski)
Berselancar (yang baku bermain selancar)
Bergolf (yang baku bermain golf)
Bertenis (yang baku bermain tenis)
14. Bentuk jamak dalam bahasa indonesia
Dalam pemakaian sehari-hari kadang-kadang orang salah
menggunakan bentuk jamak dalam bahasa indonesia sehingga terjadi bentuk yang
rancau atau kacau. bentuk jamak dalam bahasa indonesia dilakukan dengan cara
sebagai berikut.
a. Bentuk jamak dengan melakukan pengulangan kata yang
bersangkutan seperti:
Kuda-kuda
Meja-meja dan
Buku-buku.
b. Bentuk jamk dengan menambah kata bilangan seperti :
Beberapa meja,
Sekalian
tamu,
Semua
buku,
Dua tempat, dan
Sepuluh computer.
c. Bentuk jamak dengan menambah kata bantu jamak seperti
: para tamu.
d. Bentuk jamak dengan menggunakan kata ganti orang
seperti : Mereka, kita, dan Kami, kalian.
Dalam pemakaian kata sehari-hari orang cendrung
memilih bentuk jamak asing dalam menyatakan jamak dalam bahasa indonesia.
Dibawah ini beberapa bentuk jamak dan bentuk tunggal dari bahasa asing.
Bentuk jamak Bentuk
tunggal
Detum Data
Alumnus Alumni
Alim Ulama
Dalam bahasa indonesia bentuk detum dan data yang
dianggap baku ialah data yang dipakai sebagai bentuk tunggal. Bentuk alumnus
dan alumni yang dianggap baku ialah bentuk alumni yang dipakai sebagai bentuk
tunggal. Bentuk alim dan ulama kedua-duanya dianggap baku yang dipakai
masing-masing sebagai bentuk tunggal. Oleh sebab itu, tidak salah kalau ada
bentuk seperti : Beberapa data, Tiga alumni, dan seterusnya.
15. Kreativitas Pembentukan Kata
Allah Swt. mahakuasa atas segala ciptaannya.
Kecerdasan dan kreativitas yang diberikan kepada manusia melalui akal dan
pikiranlah yang telah memunculkan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia adalah
bahasa yang produktif. Keproduktifan tersebut ditandai oleh pola-pola kelahiran
bahasa Indonesia dari proses pembentukannya seperti yang dikemukakan
sebelumnya. Tentu, hal tersebut tidak lain pula cerminan kreatifitas penutur
bahasa Indonesia. Memang, untuk menjadikan bahasa Indonesia menjadi bahasa yang
maju dan berkembang, kreativitas berbahasa adalah modal utama. oleh karena itu,
kreativitas berbahasa harus dimiliki oleh segenap mahasiswa sebagai agen of cange atau pelaku perubahan
dalam hal ini perubahan bahasa Indonesia ke arah yang lebih baik serta social control atau kontrol sosial yaitu mahasiswa harus mampu menjadi
teladan berbahasa yang baik di masyarakat.
No comments:
Post a Comment