Tanggung Jawab
Sikap
dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya yang
seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, lingkungan (alam, sosial,
budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa. Tanggung jawab menjadi sangat penting
untuk dimiliki setiap manusia karena dengan sikap ini, manusia akan memahami
kodrat dirinya sebagai makhluk individu, sosial, dan sebagai ciptaan dari Tuhan
Yang Maha Esa.
KAIDAH EJAAN YANG
DISEMPURNAKAN (EYD)
A. Pemakaian Huruf
1. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia
terdiri atas huruf yang berikut. Nama tiap huruf disertakan
disebelahnya.
Huruf
|
Nama
|
Huruf
|
Nama
|
Huruf
|
Nama
|
|||
A
B
C
D
E
F
G
H
I
|
a
b
c
d
e
f
g
h
i
|
a
be
ce
de
e
ef
ge
ha
i
|
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
|
j
k
l
m
n
o
p
q
r
|
je
ka
el
em
en
o
pe
ki
er
|
S
T
U
V
W
X
Y
Z
|
s
t
u
v
w
x
y
z
|
es
te
uv
e
we
eks
ye
zet
|
2. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia
terdiri atas huruf a, e, i, o dan u.
Huruf Vokal
|
Contoh pemakaian dalam kata
|
||
Di depan
|
Di tengah
|
Di akhir
|
|
a
|
Api
|
Padi
|
Lusa
|
e*
|
Enak
|
Petak
|
Sore
|
Emas
|
Kena
|
Tipe
|
|
i
|
Itu
|
Simpan
|
Murni
|
e
|
Oleh
|
Kota
|
Radio
|
o
|
Ulang
|
Bumi
|
Ibu
|
*Dalam pengajaran lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata
menimbulkan keraguan.
Misalnya:
Anak-anak bermain di teras (téras).
Upacara itu dihadiri pejabat teras pemerintah.
Kami menonton film seri (séri).
Pertandingan itu berakhir seri.
3. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa
Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p,
q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
Huruf Konsonan
|
Contoh pemakaian dalam kata
|
||
Di depan
|
Di tengah
|
Di akhir
|
|
b
|
Bahasa
|
Sebut
|
Abad
|
c
|
Cakap
|
Kaca
|
-
|
d
|
Dua
|
Ada
|
Adab
|
f
|
Fakir
|
Kafan
|
Maaf
|
g
|
Guna
|
Tiga
|
Gudeg
|
h
|
Hari
|
Saham
|
Tuah
|
j
|
Jalan
|
Manja
|
Mikraj
|
k
|
Kami
|
Paksa/rakyat*
|
Politik/bapak*
|
l
|
Lekas
|
Alas
|
Kesal
|
m
|
Maka
|
Kami
|
Diam
|
n
|
Nama
|
Anak
|
Daun
|
p
|
Pasang
|
Apa
|
Siap
|
q**
|
Quran
|
Furqan
|
-
|
r
|
Rasa
|
Bara
|
Putar
|
s
|
Sehat
|
Asli
|
Lemas
|
t
|
Timah
|
Mata
|
Rapat
|
v
|
Varia
|
Lava
|
-
|
w
|
Wanita
|
Hawa
|
-
|
z
|
Xenon
|
-
|
-
|
y
|
Yakin
|
Payung
|
-
|
z
|
Zeni
|
Lazim
|
Juz
|
* Huruf k disini melambangkan bunyi hamzah.
4. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Idonesia terdapat diftong yang
dilambangkan dengan ai, au, oi.
Huruf Diftong
|
Contoh pemakaian dalam kata
|
||
Di depan
|
Di tengah
|
Di akhir
|
|
Ai
|
Ain
|
Syaitan
|
Pandai
|
Au
|
Aula
|
Saudara
|
Harimau
|
Oi
|
-
|
Boikot
|
Amboi
|
5. Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan
huruf yang melambangkan konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing
melambangkan satu bunyi konsonan.
Gabungan Huruf Diftong
|
Contoh pemakaian dalam kata
|
||
Di depan
|
Di tengah
|
Di akhir
|
|
Kh
|
Khusus
|
Akhir
|
Tarikh
|
Ng
|
Ngilu
|
Bangun
|
Senang
|
Ny
|
Nyata
|
Hanyut
|
-
|
Sy
|
Syarat
|
Isyarat
|
-
|
6. Pemenggalan Kata
a. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai
berikut
1) Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan,
pemenggalan itu dilakukan diantara kedua huruf vokal itu.
Misalnya:
ma-in, sa-at, bu-ah.
Huruf
diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak
dilakukan diantara kedua huruf itu.
Misalnya:
au-la bukan a-u-la
sau-da-ra bukan sa-u-da-ra
am-boi bukan am-bo-i
2) Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan, termasuk
gabungan-huruf konsonan, diantara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan
sebelum huruf konsonan.
Misalnya:
ba-pak, ba-rang, sulit, lawan, mu-ta-khir.
3) Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang
berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan
huruf konsonan tidak pernah diceraikan.
Misalnya:
man-di, som-bong, cap-lok, bang-sa, makh-luk.
4) Jika ditengah kata ada tiga huruf konsonan atau lebih,
pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan
yang kedua.
Misalnya:
in-stru-men, ul-tra, bang-krut, ikh-las.
b. Imbuhan akhiran dan ibuhan awalan, termasuk awalan
yang mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai
dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada penggantian baris.
Misalnya:
makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu, per-gilah.
Catatan:
1) Bentuk dasar pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak
dipenggal.
2) Akhiran –i tidak dipenggal.
3) Pada kata yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata
dilakukan sebagai berikut.
Misalnya:
te-lun-juk, si-nam-bung, ge-li-gi.
c. Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan
salah satu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalan dapat
dilakukan (1) di antara unsur-unsur itu atau (2) pada unsure gabungan itu
sesuai kaidah 1a, 1b, 1c, dan 1d diatas.
Misalnya:
bio-grafi, bi-o-gra-fi
toto-grafi,
fo-to-gra-fi
pasca-panen, pas-ca-pa-nen
Keterangan: Nama orang, badan hokum, dan nama diri yang lain
disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan kecuali jika ada
pertimbangan khusus.
B. Pemakaian Huruf Kapital
1. Huruf Kapital atau Huruf Besar
a.
Huruf
kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:
Dia mengantuk.
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan
langsung. Misalnya:
Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
Bapak menasihatkan, “Berhati-hatilah, Nak!”
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam
ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti
untuk Tuhan.
Misalnya:
Allah,
Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Quran, Weda, Islam, Kristen.
d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar
kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Misalnya:
Mahaputra Yamin, Sultan Hasanuddin
e. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama
gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang. Misalnya:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
Tahun ini ia pergi naik haji.
f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama
jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau ai pengganti nama orang
tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik, Perdana Menteri Nehru
g. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama
jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama
tempat. Misalnya:
Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?
h. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
unsur-unsur nama orang. Misalnya:
Amir Hamzah, Dewi Sartika
i. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama
orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya:
Mesin diesel, 10 volt, 5 ampere
j. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama
bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Misalnya: bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa
Inggris
k. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama
bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya: Mengindonesiakan kata asing
l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama
tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Misalnya: tahun Hijriah,
tarikh Masehi, bulan Agustus
m. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama
peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama. Misalnya: Soekarno dan Hatta
memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
n. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama
geografi. Misalnya: AsiaTenggara, Banyuwangi, Bukit Barisan
o. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama
istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri. Misalnya: berlayar ke
teluk, mandi di kali, menyeberangi selat.
p. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama
geografi yang digunakan sebagai nama jenis. Misalnya: garam inggris,gula jawa,
kacang bogor, pisang ambon
q. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua
unsur nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen
resmi kecuali kata seperti dan. Misalnya: Republik Indonesia; Majelis
Permusyawaratan Rakyat
r. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata
yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan,
serta nama dokumen resmi. Misalnya: menjadi sebuah republik, beberapa badan
hukum.
s. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap
unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah
dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Misalnya: Perserikatan Bangsa-Bangsa,
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
t. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata
(termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat
kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk
yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya: Saya telah membaca buku Dari
Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
u. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur
singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan. Misalnya: Dr. (Doktor) M.A. (Master
of Arts), S.E. (Sarjana Ekonomi)
v. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata
penunjuk hubungan kekerabatanseperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan
paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan. Misalnya:
“Kapan
Bapak berangkat?” tanya Harto. Adik bertanya, “Itu apa, Bu?”
w. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata
penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau
penyapaan. Misalnya: Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
x. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti
Anda. Misalnya: Sudahkah Anda tahu? Surat Anda telah kami terima.
C. Huruf Miring
1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan
nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
majalah Bahasa dan Kesusastraan, buku
Negarakertagama karangan Prapanca,
surat kabar Suara Karya
2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan
atau mengkhusukan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Huruf pertama kata abad ialah a. Dia
bukan menipu, tetapi ditipu.
3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan
kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia
mangostana.
D. Penulisan Kata
1. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu
kesatuan.
Misalnya:
Ibu percaya bahwa engkau tahu.
Kantor pajak penuh sesak.
2. Kata Turunan
- Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya:
bergeletar, dikelola, penetapan, menengok.
- Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran ditulis dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya
Misalnya:
bertepuk tangan, garis bawahi, menganak sungai.
- Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya: menggarisbawahi, menyebarluaskan.
- Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,gabungan kata itu ditulis serangakai.
Misalnya:
adipati, aerodinamika, antarkota, anumerta.
3. Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan
tanda hubung. Misalnya: anak-anak, buku-buku, kuda-kuda, mata-mata.
4. Gabungan Kata
a.
Gabungan
kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya
ditulis terpisah. Misalnya: duta besar, kambing hitam.
b.
Gabungan
kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian
dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang
bersangkutan. Misalnya: alat pandang-dengar, anak-istri saya.
c.
Gabungan
kata berikut ditulis serangkai. Misalnya: acapkali, adakalanya,
akhirulkalam.
5. Kata Ganti -ku, -mu, dan –nya
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata
yang mengikutinya; ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Misalnya: Apa yang kumiliki boleh kauambil.
6. Kata Depan di-, ke-, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata
yang mengikutinya kecuali, didalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap
sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
Kain itu terletak di dalam lemari.
Bermalam sajalah di sini.
7. Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya. Misalnya: Harimau itu marah sekali kepada sang
kancil.
E. Partikel
1. Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan
kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik.
Jakarta adalah ibu kota Republik Indanesia.
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang
mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun yang dimakannya, ia tetep kurus.
Hendak pulang pun sudah tak ada kendaraan.
3. Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’
ditulis terpisah dari bagian kalimatyang mendahului atau mengikutinya.
Misalnya:
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
F. Singkatan dan Akronim
1. Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri
atas satu huruf atau lebih.
2. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau
pangkat diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
A.S.
Kramawijaya
S.E.
sarjana
3. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan,
badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal
kata ditulis denagan huruf capital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia.
4. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih
satu tanda titik.
Misalnya:
dll. dan lain-lain
dsb. dan sebagainya
5. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran,
timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
Misalnya:
Cu kuprum
TNT trinitro toluena
6. Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf
awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata
yang diperlukan sebagai kata.
1) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari
deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Misalnya:
ABRI
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
LAN Lembaga Administrasi Negara
2) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf
kapital.
Misalnya:
Akabri
Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Sespa Sekolah Staf Pimpinan Administrasi
3) Akronim yang bukan nama diri ybungan huruf, suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan
huruf kecil.
Misalnya:
Pemilu
(pemilihan umum)
Rapim (rapat pimpinan)
G. Angka dan Lambang Bilangan
1.
Angka
dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan
lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Misalnya:
Angka
Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
2.
Angka
digunakan untuk menyatakann (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii)
satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas.
Misalnya:
0,5
sentimeter 1 jam 20 menit
5
kilogram pukul 05.00
3.
Angka
lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau
kamar pada alamat.
Misalnya:
Jalan
Tanah Abang I No. 15
Hotel
Indonesia, Kamar 169
4.
Angka
digunakan juga menomori bagian karangan dan ayat kitab suci. Misalnya:
Bab
X, Pasal 5, halaman 252
Surah
Yasin: 9
5.
Penulisan
lambang bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a.
Bilangan
utuh
Misalnya:
dua
belas 12
dua
puluh dua 22
b.
Bilangan
pecahan
Misalnya:
setengah
½
tiga
perempat ¾
6.
Penulisan
lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
Misalnya:
a.
Paku
Buwono X ; pada awal abad XX; dalam kehidupan pada abad ke-20
b.
ini;
lihat Bab II, Pasal 5; dalam bab ke-2 buku itu; di daerah tingkat II itu;
c.
di
tingkat kedua gedung itu; di tingkat ke-2 itu; kantornya di tingkat II itu;
7.
Penulisan
lambang bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara yang berikut.
Misalnya:
Tahun
’50-an atau tahun lima puluhan
Uang
5000-an atau uang lima ribuan
8.
Lambang
bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan
huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti
dalam perincian dan pemaparan.
Misalnya:
Amir
menonton drama itu sampai tiga kali.
Ayah
memesan tiga ratus ekor ayam
9.
Lambang
bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat
diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau
dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Lima
belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
Pak
Darmo mengundang 250 orang tamu.
10.
Angka
yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya
lebih mudah dibaca.
Misalnya:
Perusahaan
itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
11.
Bilangan
tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali
di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Misalnya:
Kantor
kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
12.
Jika
bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya:
Saya
lampirkan tanda terima uang sebesar Rp 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh
sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah)
Setelah mahasiswa memahami kaidah penulisan ilmiah
sesuai Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), diharapkan mahasiswa dapat lebih
bertanggung jawab dalam kegiatan berbahasa (menulis) bahasa Indonesia dengan
memperhatikan asas kebenaran tulisan sesuai kaidah tersebut.
No comments:
Post a Comment