Sunday, November 12, 2017

KAIDAH EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN

Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, lingkungan (alam, sosial, budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa. Tanggung jawab menjadi sangat penting untuk dimiliki setiap manusia karena dengan sikap ini, manusia akan memahami kodrat dirinya sebagai makhluk individu, sosial, dan sebagai ciptaan dari Tuhan Yang Maha Esa.

KAIDAH EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)

A. Pemakaian Huruf
1.  Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut. Nama tiap huruf disertakan disebelahnya.
Huruf
Nama
Huruf
Nama
Huruf
Nama
A
B
C
D
E
F
G
H
I
a
b
c
d
e
f
g
h
i
a
be
ce
de
e
ef
ge
ha
i
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
j
k
l
m
n
o
p
q
r

je
ka
el
em
en
o
pe
ki
er
S
T
U
V
W
X
Y
Z
s
t
u
v
w
x
y
z
es
te
uv
e
we
eks
ye
zet









2.  Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o dan u.
Huruf Vokal
Contoh pemakaian dalam kata
Di depan
Di tengah
Di akhir
a
Api
Padi
Lusa
e*
Enak
Petak
Sore
Emas
Kena
Tipe
i
Itu
Simpan
Murni
e
Oleh
Kota
Radio
o
Ulang
Bumi
Ibu

*Dalam pengajaran lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata menimbulkan keraguan.
Misalnya:
Anak-anak bermain di teras (téras).
Upacara itu dihadiri pejabat teras pemerintah.
Kami menonton film seri (séri).
Pertandingan itu berakhir seri.
3.  Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
Huruf Konsonan
Contoh pemakaian dalam kata
Di depan
Di tengah
Di akhir
b
Bahasa
Sebut
Abad
c
Cakap
Kaca
-
d
Dua
Ada
Adab
f
Fakir
Kafan
Maaf
g
Guna
Tiga
Gudeg
h
Hari
Saham
Tuah
j
Jalan
Manja
Mikraj
k
Kami
Paksa/rakyat*
Politik/bapak*
l
Lekas
Alas
Kesal
m
Maka  
Kami
Diam
n
Nama
Anak
Daun
p
Pasang 
Apa
Siap
q**
Quran
Furqan
-
r
Rasa
Bara
Putar
s
Sehat
Asli
Lemas
t
Timah
Mata
Rapat
v
Varia
Lava
-
w
Wanita
Hawa
-
z
Xenon
-
-
y
Yakin
Payung
-
z
Zeni
Lazim
Juz

* Huruf k disini melambangkan bunyi hamzah.
** Khusus untuk nama dan keperluan ilmu.

4.  Huruf Diftong
Di dalam bahasa Idonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, oi.
Huruf Diftong
Contoh pemakaian dalam kata
Di depan
Di tengah
Di akhir
Ai
Ain
Syaitan
Pandai
Au
Aula
Saudara
Harimau
Oi
-
Boikot
Amboi

5.  Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.
Gabungan Huruf Diftong
Contoh pemakaian dalam kata
Di depan
Di tengah
Di akhir
Kh
Khusus
Akhir
Tarikh
Ng
Ngilu
Bangun
Senang
Ny
Nyata
Hanyut
-
Sy
Syarat
Isyarat
-

6.  Pemenggalan Kata
a.  Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut
1)   Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan diantara kedua huruf vokal itu.
Misalnya: ma-in, sa-at, bu-ah.
Huruf diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan diantara kedua huruf itu.
Misalnya:
au-la bukan a-u-la
sau-da-ra bukan sa-u-da-ra
am-boi bukan am-bo-i
2)   Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan, termasuk gabungan-huruf konsonan, diantara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
Misalnya:
ba-pak, ba-rang, sulit, lawan, mu-ta-khir.
3)   Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah diceraikan.
Misalnya:
man-di, som-bong, cap-lok, bang-sa, makh-luk.
4)   Jika ditengah kata ada tiga huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
in-stru-men, ul-tra, bang-krut, ikh-las.
b.  Imbuhan akhiran dan ibuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada penggantian baris.
Misalnya:
makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu, per-gilah.
Catatan:
1)   Bentuk dasar pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak dipenggal.
2)   Akhiran –i tidak dipenggal.
3)   Pada kata yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata dilakukan sebagai berikut.
Misalnya: te-lun-juk, si-nam-bung, ge-li-gi.
c.   Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakukan (1) di antara unsur-unsur itu atau (2) pada unsure gabungan itu sesuai kaidah 1a, 1b, 1c, dan 1d diatas.
Misalnya:
bio-grafi, bi-o-gra-fi
toto-grafi, fo-to-gra-fi
pasca-panen, pas-ca-pa-nen
Keterangan: Nama orang, badan hokum, dan nama diri yang lain disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan kecuali jika ada pertimbangan khusus.
B. Pemakaian Huruf Kapital
1.  Huruf Kapital atau Huruf Besar
a.  Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Misalnya:
Dia mengantuk.
b.  Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Misalnya:
Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
Bapak menasihatkan, “Berhati-hatilah, Nak!”
c.   Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Quran, Weda, Islam, Kristen.
d.  Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Misalnya:
Mahaputra Yamin, Sultan Hasanuddin
e.  Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang. Misalnya:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
Tahun ini ia pergi naik haji.
f.   Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau ai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik, Perdana Menteri Nehru
g.  Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat. Misalnya:
Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?
h.  Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Misalnya:
Amir Hamzah, Dewi Sartika
i.    Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya:
Mesin diesel, 10 volt, 5 ampere
j.   Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Misalnya: bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris
k.  Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan. Misalnya: Mengindonesiakan kata asing
l.    Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Misalnya: tahun Hijriah, tarikh Masehi, bulan Agustus
m. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama. Misalnya: Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
n.  Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Misalnya: AsiaTenggara, Banyuwangi, Bukit Barisan
o.  Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri. Misalnya: berlayar ke teluk, mandi di kali, menyeberangi selat.
p.  Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis. Misalnya: garam inggris,gula jawa, kacang bogor, pisang ambon
q.  Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan. Misalnya: Republik Indonesia; Majelis Permusyawaratan Rakyat
r.   Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi. Misalnya: menjadi sebuah republik, beberapa badan hukum.
s.   Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Misalnya: Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
t.   Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya: Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
u.  Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan. Misalnya: Dr. (Doktor) M.A. (Master of Arts), S.E. (Sarjana Ekonomi)
v.  Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatanseperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan. Misalnya:
“Kapan Bapak berangkat?” tanya Harto. Adik bertanya, “Itu apa, Bu?”
w.   Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan. Misalnya: Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
x.    Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Misalnya: Sudahkah Anda tahu? Surat Anda telah kami terima.
C. Huruf Miring
1.  Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya: majalah Bahasa dan Kesusastraan, buku Negarakertagama karangan Prapanca, surat kabar Suara Karya
2.  Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhusukan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya: Huruf pertama kata abad ialah a. Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
3.  Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya: Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.
D. Penulisan Kata
1.  Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Ibu percaya bahwa engkau tahu.
Kantor pajak penuh sesak.
2.  Kata Turunan
  1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya: bergeletar, dikelola, penetapan, menengok.
  1. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran ditulis dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya
Misalnya: bertepuk tangan, garis bawahi, menganak sungai.
  1. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya: menggarisbawahi, menyebarluaskan.
  2. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,gabungan kata itu ditulis serangakai.
Misalnya: adipati, aerodinamika, antarkota, anumerta.
3.  Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Misalnya: anak-anak, buku-buku, kuda-kuda, mata-mata.
4.  Gabungan Kata
a.  Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah. Misalnya: duta besar, kambing hitam.
b.  Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan. Misalnya: alat pandang-dengar, anak-istri saya.
c.   Gabungan kata berikut ditulis serangkai. Misalnya: acapkali, adakalanya, akhirulkalam.
5.  Kata Ganti -ku, -mu, dan –nya
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: Apa yang kumiliki boleh kauambil.
6.  Kata Depan di-, ke-, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali, didalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
Kain itu terletak di dalam lemari.
Bermalam sajalah di sini.
7.  Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya: Harimau itu marah sekali kepada sang kancil.
E.  Partikel
1.  Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik.
Jakarta adalah ibu kota Republik Indanesia.
2.  Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun yang dimakannya, ia tetep kurus.
Hendak pulang pun sudah tak ada kendaraan.
3.  Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimatyang mendahului atau mengikutinya.
Misalnya:
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
F.  Singkatan dan Akronim
1.  Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
2.  Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
A.S. Kramawijaya
S.E. sarjana
3.  Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis denagan huruf capital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia.
4.  Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih satu tanda titik.
Misalnya:
dll. dan lain-lain
dsb. dan sebagainya
5.  Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
Misalnya:
Cu kuprum
TNT trinitro toluena
6.  Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlukan sebagai kata.
1)   Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Misalnya:
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
LAN Lembaga Administrasi Negara
2)   Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Misalnya:
Akabri Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Sespa Sekolah Staf Pimpinan Administrasi
3)   Akronim yang bukan nama diri ybungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
Pemilu (pemilihan umum)
Rapim (rapat pimpinan)

G. Angka dan Lambang Bilangan
1.  Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Misalnya:
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
2.  Angka digunakan untuk menyatakann (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii) satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas.
Misalnya:
0,5 sentimeter 1 jam 20 menit
5 kilogram pukul 05.00
3.  Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.
Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No. 15
Hotel Indonesia, Kamar 169
4.  Angka digunakan juga menomori bagian karangan dan ayat kitab suci. Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 252
Surah Yasin: 9
5.  Penulisan lambang bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a.    Bilangan utuh
Misalnya:
dua belas 12
dua puluh dua 22
b.    Bilangan pecahan
Misalnya:
setengah ½
tiga perempat ¾
6.  Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
Misalnya:
a.    Paku Buwono X ; pada awal abad XX; dalam kehidupan pada abad ke-20
b.    ini; lihat Bab II, Pasal 5; dalam bab ke-2 buku itu; di daerah tingkat II itu;
c.    di tingkat kedua gedung itu; di tingkat ke-2 itu; kantornya di tingkat II itu;
7.  Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara yang berikut.
Misalnya:
Tahun ’50-an atau tahun lima puluhan
Uang 5000-an atau uang lima ribuan
8.  Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.
Misalnya:
Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
Ayah memesan tiga ratus ekor ayam
9.  Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.
10.  Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
11.  Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Misalnya:
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
12.  Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah)
Setelah mahasiswa memahami kaidah penulisan ilmiah sesuai Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), diharapkan mahasiswa dapat lebih bertanggung jawab dalam kegiatan berbahasa (menulis) bahasa Indonesia dengan memperhatikan asas kebenaran tulisan sesuai kaidah tersebut.

No comments:

Post a Comment

Semangat Kolaborasi Riset Membangun IKN Berbudaya: Desa Telemow Bersiap Menjadi Laboratorium Hidup Kearifan Lokal

  Penajam Paser Utara, 16 September 2024 – Gemuruh semangat pembangunan Ibu Kota Negara Nusantara di Kalimantan Timur bergema hingga ke pel...