Menghargai
prestasi
Menghargai prestasi merupakan sikap dan tindakan yang mendorong dirinya
untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui serta
menghormati keberhasilan. Setiap pribadi senang dengan yang namanya pujian.
Apalagi jika pujian tersebut terkait dengan prestasi yang diraih. Menghargai
prestasi juga mendorong setiap individu untuk membuat suatu prestasi, karena
prestasi merupakan suatu keharusan dalam suasana sosial karena memberikan efek
positif terhadap lingkungan disekitarnya. Orang yang menghargai prestasi adalah
orang yang mau berubah kearah yang lebih baik.
PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL
A. Pengertian Artikel
Sekitar dekade 50-an, khususnya masyarakat Amerika dan
Eropa, menyebut setiap tulisan dalam media cetak dengan sebutan article.
Saat itu tidak ada perbedaan yang berarti antara tulisan opini, feature, interpretative, news,
esai, straight news, sport news dan hard news. Belakangan, pengertian
artikel menjadi semakin terfokus. Beberapa pengertian itu diantaranya:
Dalam Ensiklopedia Pers Indonesia (Gramedia, 1991:14) dan dalam ensiklopedia
Indonesia (Ichtiar Baru, 1984:273) disebutkan bahwa artikel adalah karangan
prosa dalam media masa yang membahas pokok masalah secara lugas. Dari
segi bentuk tak berbeda dengan esai namun ia bukan esai karena sifatnya tidak
pribadi dan cakupannya sangat luas. Terlebih artikel tidak terlalu
memperhatikan keindahan bahasa dan bentuk. Panjangnya bervariasi,
dimaksudkan untuk menyampaikan gagasan atau fakta dengan tujuan
meyakinkan, membujuk, menghibur pembaca. Yang penting dalam artikel
adalah isi yang benar dan aktual, susunanya rapi, dan hemat dengan
kata-kata.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988:49)
disebutkan bahwa artikel adalah karya tulis lengkap dalam majalah, surat
kabar, dan sebagainya. Andrian Room dalam Dictionary of ChangesMeaning
(London, 198:28) mengatakan bahwa artikel mula-mula berasal dari bahasa
inggris abad ke tiga belas dalam Clause of TheApostles dengan arti yang
sama dalam Tiga Puluh Sembilan Artikel yang termasuk dalam doa gereja
inggris. Pada abad ke empat belas, artikel berarti saat ata kejadian
yang tepat pada waktunya sebagaimana yang terdapat dalam The Article of
Temptation dan The Article of Necessity.
Sedangkan pada abad ke lima belas artikel sering kali
digunakan dalam hal perniagaan dan perdagangan. Pada konteks
inilah seorang Shakespeare dalam Hamlet (1602) mengatakan bahwa gagasan
adalah jiwa dari artikel. Dalam The America Heritage Desk Dictionary
(Boston, 1981:59) dikatakan bahwa artikel adalah bagian tulisan non
fiksi yang berbentuk bebas, bagian dari penerbitan seperti laporan dan
esai. Dalam Longman Pitman Office Dictionary (1989:41) dikatakan artikel
adalah sebuah tulisan prosa non fiksi, berbentuk biasa, bagian bebas
dari sebuah majalah, koran, dan lain-lain.
Dalam Essential English Dictionary (London, 1989:39)
dikatakan bahwa artikel adalah tulisan lengkap dalam surat kabar,
majalah, dan sebagainya. Dalam Webster’s Collegiate Thesaurus
(Massachusets-USA, 1988:47) diteangkan bahwa artikel adalah karangan,
catatan, kritik, manifes, reportase, putusan, pelajaran, survey. Dalam
Webster’s New World Dictionary (New York, 1990:26) dikatakan bahwa
artikel adalah tulisan non fiksi, biasanya singkat dan lengkap seperti berita
karangan khas dalam surat kabar, majalah.
Dalam Penguin English Student Dictionary (1991:31)
disebutkan bahwa artikel adalah sebuah tulisan yang ditulis untuk
dipublikasikan dalam surat kabar atau majalah. Sedangkan menurut
Rillan E. Wolseley meyakinkan, dalam understanding Magazines (Iowa,
1969:439) artikel adalah karangan tertulis yang panjangnya tak tentu bertujuan
menyampaikan gagasan dan fakta dengan maksud meyakinkan, mendidik atau
menghibur.
Dalam teknik penulisan feature (Gramedia, 1994) Andi
Baso Mappatoto (dengan mengutip pendapatnya Malvin L. DeFleur, Stephen
Engleberg, dan Geordie Greig) merumuskan artikel sebagai:
1. Karya tulis lengkap dalam majalah, surat kabar, dan
sebagainya
2. Tulisan non fiksi, biasanya singkat dan lengkap,
seperti berita dan karkhas (karangan khas) dalam surat kabar atau majalah.
3. Karangan tertulis yang panjangnya tak tentu bertujuan
untuk menyampaikan gagasan dan fakta dengan maksud untuk meyakinkan, mendidik,
atau meghibur.
B. Ide dalam Artikel
Sebuah tulisan pada dasarnya merupakan ungkapan ide
atau gagasan yang dituangkan kedalam bentuk untaian kata, kalimat dan paragraf,
yang dikemas berdasarkan kerangka berfikir dan analisis tertentu, dengan gaya
bahasa yang mudah dipahami. Ide dasar bisa berasal dari pengalaman sendiri,
fenomena yang muncul ditempat bekerja, lingkungan, dari buku atau sumber bacaan
lainnya, atau dari hasil perenungan sendiri. Baru kemudian disimpulkan, apakah
masalah itu penting kita kemukakan?
Setelah pokok permasalahan itu ditemukan, kemudian
dianalisis berdasarkan kerangka tertentu, baik menggunakan kerangka berpikir
induksi atau deduksi. Dari persoalan yang bersifat umum ke khusus, atau justru
dari yang bersifat khusus ke yang bersifat umum.
Kecakapan teknis dalam menyusun kata kalimat dan
paragraf sama pentingnya dengan kecakapan mendiagnosis dan menganalisis
persoalan yang kita angkat. Sedangkan model penulisan, biasanya dikenal ada
tiga, yakni tulisan yang berbentuk naratif, deskriptif, dan model argumentatif.
Namun perlu dicatat, dalam dunia artikel, hingga kini tidak ada patokan yang
baku terutama menyangkut gaya penulisan sebab masing-masing penulis tentunya
mempunyai gaya,ciri, dan karakter tertentu dalam proses kreatif menulis hanya
saja, secara subtantif,ada empat pokok penting yang patut diketahui ketika
hendak menulis sebuah artikel. Pertama, sumber-sumber subyek persoalan. Kedua,
ide-ide segar dan informatif. Ketiga, fakta yang bisa dipercaya dan aktual.
Keempat, gaya penulisan yang memikat.
C. Langkah-langkah Menulis Artikel
1. Meracik Judul
Sering kita temui sebuah problematika: sebuah tulisan
selesai dibuat namun kerapkali
seorang penulis kesulitan membuat judul. Artinya, tidak jarang judul dibuat setelah sebuah tulisan dibuat. Atau
sebaliknya, judulnya sudah ada namun
” mentok ” tidak bisa menjabarkannya. Sebagai
bagian dari sebuah proses hal itu memeng lazim terjadi.karena itulah, keterampilan meracik judul merupakan salah
satu tuntutan yang harus dikuasai
seorang calon penulis. Sebab, judul, untuk
sebuah tulisan, merupakan hal pertama yang akan dibaca. Maka dengan demikian, harus terus dipupuk
keterampilan ini dengan cara melatih diri
membuat judul.
Judul, dengan demikian, menjadi penting bagi penulis
agar fokus perhatiannya tidak merambah kemana-mana. Ini perlu dicamkan karena
ketika proses menulis dilkukan, terkadang, secara tiba-tiba, seorang penulis
”diganggu” oleh tema atau topik lain, yang pada akhirnya akan memecah
konsentrasi. Akibatnya, proses menulis tidak selancar sebagaimana yang
diharapkan.
Judul harus menjadi bagian pertama yang berfungsi
sebagai ”pemancing” (berdaya-pikat) bagi calon pembaca. Judul harus
menggambarkan (mewakili) keseluruhan sebuah tulisan. Karena judul merupakan
etalase pertama untuk sebuah tulisan maka sekali lagi judul harus dapat menjadi
mangnet atau memiliki gaya gugah bagi setiap calon pembaca. Judul harus
memiliki kekuatan agar calon pembaca menjadi tertarik dan berhasrat membca
tulisan yang disajikan. Berhubung judul merupakan bagian integral dari sebuah
tulisan maka kita pun harus paham bahwa tulisan harus memiliki ”jiwa” atau
memiliki kekuatan. Tulisan tanpa jiwa ibarat manusia tanpa ruh.
2. Meramu Intro
Intro atau lead atau alinea pertama atau paragraf
pertama dalam sebuah tulisan, merupakan bagian yang biasanya paling sering
dibaca setelah judul. Itulah sebabnya mengapa kemampuan meramu intro dalam
sebuah tulisan demikian penting.
Langkah berikutnya, yang harus dikuasai oleh setiap
calon penulis adalah kemahiran meramu intro. Sebab, kalau judul sebuah tulisan
sudah menarik minat calon pembaca, biasanya sang calon pembaca akan membaca
paragraf pertama (intro) dari tulisan itu. Jika alinea pertamanya dirasa
menarik biasanya tulisan itu akan dibaca. Macam intro (bahkan untuk
alinea-alinea berikutnya) yang lazim digunakan adalah :
- Intro Deduktif
- Intro Induktif
- Intro Induktif –Deduktif
- Intro Ringkasan
- Intro Deskriftif
- Intro Kutipan
- Intro Naratif
- Intro Pertayaan
- Intro pemantik
3. Mengelola Tubuh
Tubuh sebuah tulisan merupakan penjabaran atas apa
yang tersurat (atau bahkan yang
tersirat) dari judul atau intro. Maksudnya kalau judul bercertita tentang ”rasa jenuh”, maka intro dan tubuh tulisan pun
harus konsisten membicarakan soal
”rasa jenuh”. Konsistensi terhadap persoalan agar tetap fokus, untuk itu anda harus membuat anatomi alur
pemikiran. Ada skema yang akan
membantu anda agar tetap fokus pada persoalan: gunakanlah pohon faktor! Seperti pada tema sentral kemudian
”dipecah” menjadi beberapa tema. Dan
tema sendiri kemudian ”dipecah lagi” menjadi
beberapa subtema. Begitu seterusnya, sehingga kalau digambarkan tampak seperti gambar pohon faktor. Beberapa tema dan subtema ini kemudian akan membantu
(menjadi semacam pemandu) anda dalam
membuat untaian kalimat kedalam beberapa paragraf.
Sedapat mungkin tubuh tulisan harus menjabarkan secara
dialektis apa yang hendak dikemukakan oleh penulis, secara runut, argumentatif
obyektif, dan mudah dimengerti oleh para pembaca. Tubuh tulisan yang terdiri dari
gabungan beberapa paragraf dimana masing-masing paragraf berisi sebuah tema
(atau subtema) bahasan, hanya akan menjadi manakala penulisanya memiliki
pengetahuan yang luas dengan ragam khazanah informasi. Tanpa refrensi yang memadai,
sebuah tubuh tulisan akan sulit dibuat. Itulah sebabnya, bukan saja si penulis
harus menguasai betul persoalan yang ditulisnya, tetapi juga harus didukung
oleh berbagai cakrawala pengetahuan dan informasi yang bisa disajikan referensi
guna menghidupkan sebuah tulisan. Dalam bahasa lain, kebiasaan membaca dari
seorang penulis akan menentukan tingkat ” kehidupan” sebuah tulisan.
4. Menggagas Ending
Sebuah tulisan memang harus ditutup sememikat mungkin.
Artinya, anda harus tahu betul kapan
sesunguhnya sebuah tulisan harus diakhiri.
Tidak ada aturan baku untuk sebuah penutup tulisan. Bisa berupa kesimpulan, atau sebuah pertanyaan
susulan, atau mungkin saran. Karena hingga
buku ini dibuat tidak ada aturan baku bagaimana membuat sebuah ending maka cara yang paling mungkin
dilakukan oleh setiap calon penilis adalah
dengan mempelajari berbagai ending dalam setiap artikel yang dibacanya.
Sebuah ending bisa dimanfaatkan sebagai moment untuk menggugah ingatan para pembaca akan
pernyataan yang kita buat sehingga
setiap pembaca menjadi tahu bahwa gagasan, peryataan, atau hipotesis itu merupakan buah pikiran kita selaku penulis. Penutup
disini lebih berkonotasi sebagai
semacam catatan khusus sehingga, alangkah
baiknya, apabila kemudian mengantarkan para pembaca kepada alam kebebasan dalam mengapresiasi tulisan
yang kita buat. Mengantarkannya
kedunia imajinasi, atau boleh jadi juga, mengantarkan pembaca kepada gerbang sesuatu yang baru yang membangkitkan kretifitas berfikirnya.
5. Editing
Editing
atau dalam istilah lain penyuntingan, merupakan sebuah proses yang seyongianya dikuasai oleh seorang (calon) penulis.
Dalam dunia tulis menulis ada
ungkapan, sebelumnya tulisan yang kita buat diedit oleh orang lain maka kita sebaiknya menjadi pihak pertama yang
menjadi editor untuk tulisan yang
kita buat. Memang, ada ilmu tersendiri untuk melakukan editing. Namun
sebagai pengetahuan awal, bisa dikatakan
bahwa editing merupakan proses
penyempurnaan dari sebuah naskah tulisan,
baik dari sisi teknis maupun non teknis.
Dalam sebuah proses penyuntingan yang harus diutamakan
adalah:
a. Penyuntingan esensi (content) tulisan.
Penyuntingan esensi ini menyangkut: kedalam makna dan obyektivitas isi sebuah tulisan. Apakah esensi
tulisan yang sudah dibuat memang memilki
makna yang bisa bermanfaat (ada hal-hal baru) yang patut diketahui para pembaca atau sebaliknya? Isi tulisan harus tidak berpihak alias obyektif rasional dan
argumentatif.
b. Penyuntingan teknis.
Penyuntingan secara teknis ini menyangkut: apakah bahasa yang digunakan bisa sampai kepada pembaca
atau tidak? Apakah sistematika
tulisan sudah sesuai dengan kaidah atau standar bahasa indonesia yang baik?
Apakah secara keseluruhan naskah tulisan sudahn jadi satu kesatuan yang utuh atau tidak? Logika paragraf yang digunakan, apakah
sudah memenuhi kaidah SPOK (subjek,
predikat, objek), penggunaan tanda baca yang tepat, dsb. Logika bahasa dan alur narasi yang dibuat sudah pada tempatnya
atau belum? Perhatikan dengan
seksama, apakah ada salah mengetik huruf
atau tidak, salah mengetik tanda baca atau tidak? Salah menulis nama orang, nama tempat, atau tidak? Dan
seterusnya.
6. Mengirimkan Tulisan
Proses berikutnya, setelah sebuah tulisan selesai
diedit adalah mengirimkanya kemdia
massa yang kita kehendaki. Namun sebelum itu, harus diketahui terlebih dahulu, ke mana tulisan yang kita buat
akan dikirimkan. Hal ini penting
sebab setiap koran atau majalah memiliki
karakter dan sagmentasi pasar tersendiri. Kita harus paham betul,tulisan yang kita buat cocoknya
dikirim ke media mana. Alangkah baiknya
Anda mengenal siapa penangungjawab rubriknya. Sambil bersilahturahmi Anda bisa mencari masukan dari penanggungjawab ruplik tersebut. Tetapi bisa juga
mengirimkanya melalui pos atau faksimili
(bahkan di antaranya bisa melalui e-mail).
Apabila kita hendak mengirimkan sebuah naskah tulisan kepada sebuah media massa, maka yang
harus diperhatikan adalah:
a. Kenali karakter (gaya) penulisan media massa yang
hendak kita kirimi tulisan. Hal ini
penting diketahui agar tulisan yang kita
kirimkan tidak salah sasaran. Terutama karena masing-masing media cetak biasanya memilki gaya
selingkung yang berlainan.
b. Kenali segmentasi pasar media massa tadi. Hal ini
dikarenakan bahwa masing-masing
media massa (cetak) memilki target market
tertentu. Artikel yang mengangkat tema remaja lebih baik dikirimkan kepada media yang memang
segmen pasalnya para remaja. Begitu
juga dengan artikel dengan tema politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, kriminal, seyogianya dikirimkan kepada media massa yang sesuai dengan
orientasi pasarnya.
c. Usahakan tahu nama penanggung jawab rubriknya agar
lebih muda kepada siapa artikel yang
kita buat ditujukan. Maka yang penting
tercantum dalam amplop adalah: tulian yang kita buat ditujukan untuk rubrik apa.
d. Cantumkan nama rubrik di sudut kiri atas amplop.
Jangan lupa tulis nama pengirim dan
alamat yang jelas.
e. Jangan lupa pula menyertakan surat pengantar yang
ditujukan kepada desk/redaktur yang
tepat (contoh surat pengantar, terlampir).
f. Sertakan pula copy Kartu Identitas diri.
No comments:
Post a Comment